Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pembalap muda Amato Rudolph menjuarai Indonesia Touring Car Race (ITCR) 1200 Seri 6 Tahun 2023.
Amato memulai langkah sebagai pembalap di arena motocross saat masih SMP, tapi tidak direstui orang tuanya. Karena itu, ia pindah ke balap mobil.
Amato juga berprestasi dan aktif berorganisasi di bangku kuliahnya di Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Mahasiswa Universitas Indonesia, Muhammad Aqsha Aufarahim Amato Rudolph, menorehkan prestasi gemilang di dunia balap. Pemuda 21 tahun itu baru-baru ini menjuarai Indonesia Touring Car Race (ITCR) 1200 Seri 6 Tahun 2023. ITCR merupakan kelas kejuaraan nasional (kejurnas) dalam kompetisi balap mobil Indonesia Sentul Series of Motorsport (ISSOM).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISSOM mencakup empat kelas kejurnas, yaitu ITCR 1200, ITCR 1500, ITCR 1600 MAX, dan ITCR 3600 MAX. Setiap kelas menggelar kompetisi sebanyak enam seri. Dalam ITCR 1200, Amato menjuarai dua seri dengan Toyota All New Agya GR Sport. Atas hasil ini pula, mahasiswa teknik mesin tersebut menyabet gelar juara II nasional ITCR. "Cukup senang debut All New Agya berlangsung mulus," kata Amato kepada Tempo, Kamis, 30 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kompetisi yang bergulir sejak Maret lalu itu rampung pada Ahad, 26 November. Amato Rudolph meraih kemenangannya setelah memulai balapan di posisi kedua. Ia menaklukkan setiap tikungan dan mencapai garis finis pada posisi pertama setelah melewati 12 putaran. Berkat kemenangan ini pula, Amato menyelesaikan masa training dalam Toyota Gazoo Racing Indonesia (TGRI) dan siap berlaga penuh pada tahun depan.
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Muhammad Aqsha Aufarahim Amato Rudolph (kedua dari kanan), menjadi juara pertama Indonesia Touring Car Race (ITCR) 1200 Seri 6 Tahun 2023 di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Jawa Barat, 19 November 2023. Dok. Toyota Gazzo Racing Indonesia
Dari Sentul, Jawa Barat, Amato naik kelas ke kompetisi balap internasional pertamanya di Jepang. Bersama timnya, Toyota Gazoo Racing, Amato mengikuti Yaris Cup 2023 di Sirkuit Fuji Speedway pada 25 November lalu. Kompetisi balap tahunan ini diikuti 70-80 peserta. Amato start di posisi ke-25 setelah lolos babak kualifikasi. Namun ia belum bisa mencicipi podium lantaran ada kendala teknis.
"Aku finis cukup belakang. Jadi sudah sempat maju ke posisi 19, lalu tiba-tiba ada yang rusak," ujarnya. Kekalahan ini tak membuatnya risau. Amato mengaku senang bisa tampil dalam grand final race Yaris Cup tahun ini dan memetik pelajaran dari kompetisi tersebut. "Aku bisa punya PR, ada yang harus aku rapihin di sini."
Selain itu, Amato mendapat pengalaman berkesan selama mengikuti Yaris Cup. Ia bercerita bahwa para pembalap di sana saling membantu dalam menganalisis sirkuit. Dia juga mempelajari kebiasaan masyarakat Jepang menonton balapan. "Kayak nonton bola. Ada yang bawa keluarganya. Mereka benar-benar enjoy the race. Budaya motorsport di sana sudah sangat maju," katanya.
Amato adalah pembalap muda yang baru bergabung dalam tim TGRI tahun ini. Pemuda asal Jakarta itu sebelumnya pembalap swadaya sejak 2017, saat berusia 15 tahun. Selama menjadi pembalap pemula itu, berbagai prestasi pun telah direngkuh. Pada 2019, misalnya, dia menempati podium pertama semua seri ITCR 1200. Ia pun menjadi juara utama tingkat nasional pada tahun itu.
Amato menyukai adu balap sejak kanak-kanak. Bukan balap mobil, melainkan sepeda motor. Kecintaan pada adu kebut ini tumbuh setelah menyaksikan MotoGP di televisi saat duduk di bangku kelas II sekolah dasar. Beranjak sekolah menengah pertama, ia pernah mengikuti kejuaraan balap motocross yang digelar di sirkuit tanah. "Karena sepeda motor makin kencang makin bahaya, orang tua kurang kasih dukungan. Akhirnya pindah ke mobil," kata pengagum Michael Schumacher dan Valentino Rossi itu.
Amato mengaku belajar menyetir mobil sejak kelas IV SD. Biasanya ia hanya berkeliling di sekitar kompleks perumahan. Karena kakinya belum sampai ke pedal gas, ia pun menggunakan bantal sebagai alas duduk. Setelah makin percaya diri menyetir, Amato nekat membawa mobil Agya—yang biasa digunakan keluarganya untuk antar-jemput sekolah—ke arena sirkuit untuk latihan balap. Baru dua kali colong-colongan membawa mobil, ia sudah ketahuan orang tuanya. "Kan mobil harian dibawa ke sirkuit lama-lama bannya kemakan. Kampas rem jadi bau. Orang jadi curiga, ini diapain mobil. Dari situ tuh ketahuannya," ujarnya seraya tertawa.
Meski sempat dilarang balapan, Amato tetap gigih meminta izin orang tuanya. Setelah dua tahun "merengek", ia pun akhirnya dibolehkan ikut balapan, lalu memulai debut dalam kejuaraan nasional ISSOM seri ke-5 dan 6. Dalam pertandingan pertamanya itu, mentalnya langsung diuji gara-gara penalti dari panitia.
Amato bercerita, karena minim pengetahuan soal regulasi, bobot mobilnya kurang 2 kilogram. Akibatnya, ia harus start di posisi ekor. Padahal, saat kualifikasi, ia mendapat pole position atau start paling depan. Meski mulai balapan dari posisi paling belakang, dia mampu menaklukkan lintasan sirkuit dan berhasil finis di posisi pertama. Sejak saat itu, keluarga Amato pun mendukung penuh kariernya di dunia balap.
Mobil Toyota All New Agya GR Sport yang dikemudikan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Muhammad Aqsha Aufarahim Amato Rudolph, dalam kejuaraan Indonesia Touring Car Race (ITCR) 1200 Tahun 2023 di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Jawa Barat, 19 November 2023. Dok. Toyota Gazzo Racing Indonesia
Walau kini disibukkan dengan kompetisi balap, Amato tak melupakan pendidikan. Di kampusnya di Depok, Jawa Barat, mahasiswa semester VII ini mampu mempertahankan nilai akademiknya dengan indeks prestasi kumulatif di atas 3,3. Menurut dia, setelah menjadi mahasiswa, ia justru lebih mudah membagi waktu latihan dan kuliah. "Lebih susah zaman SMA, sih. Kalau kuliah, kelas sudah bisa dipilih di awal tahun," ujarnya. "Jadi tidak banyak izin."
Amato juga aktif mengikuti kegiatan kampus. Salah satunya menjadi Duta Hubungan Masyarakat UI. Ia mengikuti organisasi tersebut sejak awal masuk kuliah. Tugasnya menjadi narasumber atau master of ceremony dalam berbagai acara talk show. Bersama teman-temannya, dia juga aktif mensosialisasi program-program kampus hingga membuat konten edukasi di media sosial.
Amato sempat menyabet beasiswa untuk kuliah satu semester di University of Groningen, Belanda. Dalam program Indonesian International Student Mobility Award itu, Amato mengambil mata kuliah ekonomi dan penataan kota. Ia mengambil jurusan ekonomi karena memiliki cita-cita sebagai pengusaha yang dapat memajukan dunia balap Tanah Air.
FRISKI RIANA | TEMPO.CO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo