Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gelar doktor hukum lingkungan internasional dari Sydney University ibarat penebusan dosa masa kanak-kanak bagi Laode Muhammad Syarif, 51 tahun. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ini tergugah belajar hukum lingkungan karena ikut menikmati ikan yang ditangkap dengan cara tak ramah lingkungan.
Ia berkisah, kampung kelahirannya di Lemoambo, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, terletak di pesisir pantai yang permai. Sayang, nelayan di sana menangkap ikan dengan bom dan potas. Laode kecil dan teman-temannya akan langsung naik perahu sesaat setelah mendengar bom agar bisa segera menyelam dan mengambil ikan-ikan mati. "Nelayan di kampung baru sadar metode itu merusak sumber protein mereka sendiri," katanya Rabu pekan lalu.
Toh, Laode tetap bangga lahir sebagai bocah pantai. Ia menjadi terampil berenang dan mendayung hanya dengan melihat orang lain melakukannya. "Laut dan pantai adalah taman bermain saya," tuturnya.
Ia pun bisa mengenali jenis-jenis ikan hanya dengan melihat riak dan kecipak air laut. Riak ikan belanak (Moolgarda seheli), misalnya, berjalan cepat dan berbusa, kadang ikannya melompat ke permukaan. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynnus affinis), dan tuna (Thunnini) lebih mudah dikenali karena riaknya besar dan buihnya banyak. "Paling sulit mengenali ikan kembung karena tak tampak di permukaan, tapi pergerakan ikan ini tak cepat dan kadang melingkar," ujarnya.
Lain waktu, ia mencari cacing pasir untuk umpan pancing hanya dengan mengoleskan ludah ke jemari. Cacing itu akan keluar menggigit jemari dan mudah dicabut dari pasir. "Hidup di tepi pantai amat menyenangkan karena pandangan menembus jauh, tak terhalang tembok kota yang angkuh," kata Laode.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo