DUA kembang Keraton disunting dalam sepekan. Kembang pertama, Gusti Raden Ayu Kus Supiyah, putri keenam salah satu dari enam garwa ampil Sunan Paku Buwono XII. Sebenarnya, Supiyah, 37 tahun, tak lagi kembang di tangkai. Dua belas tahun yang lalu ia dipetik oleh Ir. Silvanus, waktu itu gubernur Kalimantan Tengah. Mereka bercerai 18 bulan lalu. Toh, pernikahan janda satu anak itu dengan R.M. Satriyo Rachadi, 41 tahun, duda dua anak, Senin malam pekan lalu, tetap sebuah perkawinan agung. Pengantin diarak dengan kereta keemasan bernama Kiai Siswandho. Di depan dan belakang kereta, sepasukan prajurit Keraton membawa perlsal dan tombak. Dari Keraton, iring-iringan ini menuju Sasonomulyo (artinya gedung kemuliaan), sekitar 200 meter di sebelah barat laut Keraton, tempat resepsi diadakan. Sejumlah tamu penting hadir: antara lain Pangdam dan Kapolda Jawa Tengah, K.G.P.H. Mangkubumi dari Keraton Yogyakarta. "Sekarang saya merasa lega," kata Kus Supiyah kepada wartawan TEMPO Kastoyo Ramelan. "Saya bersyukur pada Tuhan," kata mempelai pria. Ternyata pasangan ini bukan "pasangan" baru. Keduanya malah mengaku sudah menjalin cinta semasa masih duduk di SMA. Satriyo memang Solo asli, malah masih kerabat Keraton Solo yang satunya, yakni Mangkunegaran. Ke mana rencana berbulan madu? "Bulan madu?" mempelai wanita balik bertanya. "Tidak. Saya yakin, kami berdua tiap hari sudah mendapatkan madu, kok." Kembang kedua, G.R.A.Y. Kus Ismaniyah, disunting oleh Haryo Prasongko. Dan Kamis pekan lalu akad nikah tak dilakukan di Keraton Solo, tapi di Katedral Jakarta. Soalnya, nama kedua mempelai dilengkapi dengan Elisabeth dan Yohannes keduanya memang Katolik dan sama-sama tinggal di Kompleks Perumahan Hankam, Jakarta. Lalu sama-sama setuju membina rumah tangga bersama-sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini