PENGARANG Anak Agung Panji Tisna, telah tiada. Penulis dari
tidak kurang 20 buah buku ini meninggal dalam usia 70 tahun,
tanggal 2 Juni yang lalu di rumahnya yang dikelilingi kebun
jeruk di pantai Lovina, 15 km ke arah barat kota Singaraja,
Bali.
Panji Tisna lulus MULO di Jakarta. Begitu selesai, dia kembali
ke istana ayahnya, Anak Agung Putu Jelantik, raja Buleleng.
Putera raja ini kemudian membuka kursus bahasa Belanda dan
nggeris. Darah mudanya kemudian membawanya ke dunia komidi
stambul, yang di zaman itu diharamkan bagi orang bangsawan,
apalagi Putera Mahkota kerajaan Buleleng.
Tapi bagi kalangan pemuda, Panji Tisna cukup populer waktu itu.
Lebih-lebih setelah dia tinggal di Batur selama beberapa bulan,
untuk menyelami kehidupan penduduk dusun tersebut. Umum heboh
karena Putera Mahkota telah meninggalkan puri. Ternyata, Panji
Tisna mencari ilham sambil menghayati kehidupan penduduk Batur
untuk menulis bukunya yang berjudul I Swasta setahun di
Bedahulu, sebuah roman percintaan dan persahabatan berdasarkan
sejarah.
Ketika usianya 24 tahun, Panji Tisna konon difitnah karena
menurut kabar dia telah meracun orangtuanya. Karena
kejengkelannya ini, lahirlah roman Ni Rawit, Ceti Penjual
Orang.
April 1945, Panji Tisna dinobatkan jadi Raja Buleleng. Rupanya,
dialah raja Buleleng yang terakhir, karena tahun berikutnya
Panji Tisna telah merobah kerajaan jadi daerah swatantra dan dia
sendiri cukup disebut Kepala Swatantra Buleleng.
Pemberontakannya ini cukup menghebohkan.
Tapi ada lagi pemberontakannya yang lebih besar. Yaitu ketika
dia begitu terpukau dengan agama Kristen Protestan dan
meninggalkan agama leluhurnya, Hindu Bali. Panji kemudian pergi
meninggalkan puri sungguh-sungguh dan tak pernah kembali lagi.
Dia kemudian pergi ke Lombok, bekerja dalam urusan angkutan.
Kemudian kembali lagi ke Buleleng, jadi eksportir babi. Setelah
itu, dia berkelana ke India. Kembali lagi ke Bali, dia menetap
di pantai Lovina sampai akhir hayatnya. "Lovina" konon nama
seorang wanita Perancis yang pernah dicintainya. Menikah
sebanyak 4 kali, dia adalah ayah dari 13 orang anak.
Buku-buku lain yang pernah ditulisnya antara lain Asuhan Dewata
Raya Swandewi dan I Made Widiati. Buku yang terakhir ini sangat
bernapaskan Kristen, agama yang kemudian merasuk betul di
kalbunya (di Lovina, dia juga mendirikan sebuah gereja).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini