PESERTA sidang Dewan Pers 5 Juni yang lalu tampak tertegun
ketika dari arah depan, muncul seseorang "penderita cacat"
memasuki Hotel Miramar, Surabaya. Dua tongkat penyangga ada di
kedua ketiak, beberapa orang berada di belakangnya, mengiringi
dengan penuh sabar dan hormat. Dia adalah Gubernur Jawa Timur,
Sunandar Priyosudarmo. Sekitar sebulan lamanya Sunandar tidak
muncul di depan umum. Sidang Dewan Pers rupanya dianggapnya
penting, karena itu dia memerlukan hadir. Setidak-tidaknya
karena hadir pula Menteri Penerangan Ali Murtopo.
Awal Mei lalu, dia terpeleset jatuh di kamar mandi, di rumahnya
di Malang. Akibatnya tulang persendian pangkal pahanya yang
sebelah kanan, retak di dua tempat.
"Tiga minggu saya di rumah sakit," ujar Sunandar. "Tapi sekarang
sudah baik. Kemarin difoto, retaknya sudah pulih."
Ternyata Sunandar cukup mempunyai "pengalaman" dalam hal kaki
patah atau retak tulang. Di tahun 1965, dia juga pernah retak
tulang ketika main sepakbola. Waktu itu ia masih siswa SESKOAD
di Bandung. "Tapi ada untungnya," ujar Sunandar. Sebab sehari
sesudah pertandingan sepakbola, ada ujian. Pengujinya Dr.
Mohammad Hatta yang oleh para siswa mendapat julukan "killer."
"Maka dengan alasan kaki patah, saya minta ujian ditunda
seminggu." Walhasil, Bung Hatta yang terkenal jarang memberi
angka 6 itu, memberi angka 7 untuk Sunandar. "Selama seminggu
saya pergunakan betul untuk belajar menghadapi ujian Bung
Hatta," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini