ADA keributan sedikit, Sabtu 27 Mei lalu, di Kampung Tambun
Sianjur, Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Sekitar 36 penduduk di sana, jam 14.30, menyerang rombongan
Camat Ernis Siahaan. Mobil safari camat warna merah jambu itu
dilempari batu. Kening camat terkena juga. Ucok Pardede,
penyemprot hama turut jadi sasaran. Dia terpaksa dirawat di
Rumah Sakit Umum Pematang Siantar. Seorang petugas penyuluhan
dari Diperta Kabupaten Simalungun digenjot dadanya. Korban
diopname di rumah sakit Pematang Siantar.
Setelah pengeroyokan itu 3 di antara penyerbu, Harungguan
Hutahayan, Harangan Tambunan dan Marisi Napitupulu ditangkap
dan ditahan polisi Simalungun. Sementara itu sumber TEMPO di
Kodak II/Sumatera Utara mengatakan, buntut dari pengeroyokan itu
sudah ditahan 27 orang. "Dan di antaranya ada 2 orang eks
tahanan PKI yang sudah dibebaskan." katanya.
Belum diketahui apakah insiden ini memang ada latar belakang
politik. Tapi peristiwa Simalungun tadi sudah dalam pembahasan
antara Kadapol II/Sumatera Utara Brigjen Anton Soedjarwo dengan
Pangdam II/Bukit Barisan Brigjen Ismail.
Hari itu camat Siantar dan rombongan baru kembali dari sawah
penduduk di kampung Tambun Sianjur. Mereka baru saja memusnahkan
9,5 hektar padi lokal yang ditanam penduduk. Padi itu dapat
mengancam padi bibit unggul IR 32 dan IR 36 yang ditanam di sana
seluas 1.622 hektar maka padi lokal (yang sudah dilarang ditanam
tapi tak dipatuhi penduduk setempat) terpaksa disemprot untuk
dimusnahkan. Akibat tindakan ini penduduk nan 36 orang tadi
marah. Di tengah jalan mereka mencegat camat dan rombongannya.
Dalam masa tanam barusan Bupati Simalungun BF Silalahi SH sudah
memperingati petani daerah itu agar mereka menanam padi bibit
unggul anti hama wereng. Jangan tanam bibit lokal seperti si
Manis, si Cantik dan semacamnya. Ternyata peringatan ini tak
diacuhkan. Menurut Kepala Diperta Simalungun, ir B. Sinulingga,
dari hasil penelitian terhadap padi lokal telah dijumpai 5
sampai 10 hama wereng dalam setiap rumpunnya. Sedang pada padi
IR 32 dan IR 36 hanya dijumpai satu hama coklat itu, dalam
setiap rumpun. Khawatir hama tadi dapat memusnahkan padi varitas
unggul yang 1.622 hektar, maka jalan satu-satunya adalah
memusnahkan padi lokal yang ditanam menyisip tak jauh dari padi
bibit unggul anti wereng itu. Sampai 31 Mei lalu yang belum
dimusnahkan ada 3,5 hektar lagi.
Dibantu Langsung
Gara-gara ada ribut-ribut itu Bupati Silalahi juga terpaksa ke
sana. Dia sudah menjanjikan: petani-peuni yang padinya
dimusnahkan akan diganti dengan bibit varitas IR 32 dan IR 36.
"Mereka kita bantu secara langsung dan sawah mereka akan
dikerjakan bergotong royong untuk menghindari masa panen yang
jauh," kata Silalahi. Selain dibantu memberi pupuk, kata bupati
lagi, "bibit-bibit tadi akan ditabur saja di sawah."
Setelah padi-padi lokal lenyap maka saat ini dibutuhkan biaya Rp
1,7 juta untuk mengkelola persawahan yang telah dimusnahkan.
Biaya ini kedenarannya sedikit jika dibandingkan engan padi
yang hendak diselamatkan di areal lebih 1.600 hektar itu yang
dinilai sampai Rp 500 juta.
Cuma, kenapa tindakan kekerasan tadi terpaksa dilakukan? Banyak
yang menyesalkan sikap tersebut. "Diperta Simalungun atau
petugas penyuluh gagal menggiring penduduk Tambun Sianjur agar
patuh pada anjuran bupati," kata seorang penduduk. Malah ada
yang mengatakan, "bibit unggul yang dibutuhkan petani justru
selama ini sulit diperoleh dan tidak sepenuhnya disediakan dari
sumbernya di Balai Benih." Dan setelah terjadi pemusnahan yang
memancing emosi penduduk, memang agak aneh kedengarannya, petani
juga yang disalahkan sebagai "tidak mematuhi anjuran pemerintah"
untuk menanam bibit padi varitas unggul anti hama wereng atau
VUAW itu.
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumatera Utara kabarnya
pernah menawarkan untuk mengadakan bibit unggul anti wereng.
"Tapi ditolak Diperta," kata Mansen Purba, SH dari DPD HKTI.
"Dan banyak bibit unggul yang dibagikan kepada petani justru
berasal dari petani sendiri," tambahnya. Dia menilai insiden
Simalungun tersebut karena "tidak berhasilnya petugas penyuluhan
melaksanakan fungsinya." Sedangkan insiden-insiden seperti
itu, menurut Mansen, sudah sering terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini