Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Olga Lidya, 29 tahun, merayakan Imlek dengan hati berbunga-bunga. Pemandu acara televisi dan model iklan ini membuka studio rekaman semi-pro dan tempat latihan vokal di Jakarta bersama kakaknya hanya sehari sebelum tahun baru Cina yang jatuh pada 29 Januari. Jadi, setelah keriaan Imlek, Olga langsung tancap gas mengurus usaha barunya.
Gadis berdarah Tionghoa ini mulai berbisnis pada Juni 2004. Kala itu, empat kawannya mengajak berkongsi membikin tempat biliar. Mula-mula Olga gemetar tatkala mendengar modal yang diperlukan ”lebih dari Rp 1 miliar”, apalagi dia satu-satunya perempuan. Mula-mula ”lima sekawan” memboyong teman-teman mereka ke La Forca—nama biliar itu. Lama-kelamaan, banyak anak muda menjadikan La Forca tempat nongkrong. Modal lambat kembalinya, tapi risikonya kecil—ini membikin Olga tak lagi gemetar.
Olga bukan berasal dari keluarga pebisnis. Kakek-neneknya tukang gigi. Tiga dari empat kakaknya mengikuti jejak sang ayah, menjadi karyawan. Olga justru terbalik. Di sekolah dasar dia sudah berjualan kartu Natal.
Dalam waktu dekat dia berniat melebarkan usahanya ke restoran Jepang di hotel berbintang. Jadi, serius berdagang? Olga mengangguk. Dia bahkan bermimpi bisa sesukses pengusaha properti Ciputra. ”Aku ingin jadi Ciputri,” kata Olga sembari tergela.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo