Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Banyak cara dilakukan para selebritas untuk terlibat dalam penanganan wabah virus corona. Salah satunya dengan menggalang dana.
Perancang Anne Avantie dan sutradara Angga Dwimas Sasongko berfokus pada pemenuhan baju hazmat untuk para petugas medis.
Penyanyi kelompok musik reggae Conrad Good Vibration menciptakan lagu tentang pentingnya tetap tinggal di rumah selama wabah.
DWI Lestari Pramesti Ariotedjo masygul mendengar kabar muram dari kawan-kawannya sesama dokter. Setiap hari mereka mencurahkan isi hati masing-masing seputar kekurangan alat pelindung diri (APD) untuk menangani pasien Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). “Di rumah sakit besar pun masker untuk dokter masih kekurangan,” kata dokter yang akrab disapa Mesty itu saat dihubungi, Selasa, 7 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mesty, 30 tahun, tak lagi bertugas di rumah sakit sejak beberapa pekan lalu setelah ada seorang pasien ibu hamil meninggal karena terinfeksi virus corona. Sejak itu, perempuan yang juga dikenal sebagai model dan harpis tersebut lebih banyak bekerja di rumah dan mengelola wecare.id, situs penggalangan dana yang ia bikin bersama temannya. Melalui situs yang semula dipakai untuk mengumpulkan uang bagi pasien tak mampu itu, Mesty menggalang dana buat membeli APD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter Mesty Ariotedjo, saat ditemui di Jakarta./ tempo/Frannoto
Hingga Selasa, 7 April lalu, dana yang terkumpul mencapai Rp 6,4 miliar dari 3.022 donatur. Mesty dan timnya telah membelanjakan separuh dari duit donasi itu untuk membeli APD, seperti baju hazmat, kacamata, sarung tangan, dan masker. Mereka lalu mendistribusikannya ke rumah sakit rujukan di luar Jakarta dan rumah sakit non-rujukan yang kekurangan APD.
Sederet pesohor bergerak menggalang solidaritas melawan pandemi ini. Dengan cara masing-masing, mereka berjuang membantu tenaga medis dengan memberikan baju hazmat hingga meningkatkan kesadaran warga atas pentingnya menjaga jarak aman.
Perancang Anne Avantie, 53 tahun, menyulap butik kebayanya untuk membuat APD. Ia membagikan ribuan baju hazmat yang dijahit para pekerjanya lewat Yayasan Anne Avantie. "Tiap hari ada ribuan e-mail yang masuk minta APD ke kami," ujarnya, Selasa, 7 April lalu.
Anne Avantie saat membuat pakaian APD./Dok. Anne Avantie
Ia mendapat uluran tangan dari beberapa pengusaha yang mengirimkan bahan untuk baju hazmat. Perusahaan pengiriman barang, kata dia, bahkan menawarkan jasa pengiriman baju pelindung itu ke semua rumah sakit di Indonesia tanpa biaya.
Sutradara Angga Dwimas Sasongko bahkan merogoh koceknya untuk membeli baju hazmat dan mengirimkannya ke rumah-rumah sakit di wilayah Indonesia timur. Ditambah donasi dari sejumlah temannya, ia mengeluarkan duit Rp 220 juta untuk membeli 200 setel baju hazmat pakai ulang dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). "Saya beli yang disposable. Bahannya lumayan tebal dan untuk dipakai berkali-kali," ucap Angga, 35 tahun, Senin, 6 April lalu.
Ia memilih memusatkan bantuannya ke Indonesia timur, seperti Buton, Sulawesi Tenggara; Alor dan Kecamatan Komodo, Nusa Tenggara Timur; Pulau Buru, Maluku; dan Sentani, Papua. "Daerah itu yang selalu jadi urutan kesekian dari prioritas pusat setiap ada masalah," ujarnya. Angga telah mengirimkan 100 setel baju hazmat ke rumah sakit di sepuluh kota dengan kasus positif Covid-19, pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang dalam pemantauan (ODP) terbanyak.
Agar baju hazmat diterima pihak yang tepat, Angga menelusuri sendiri setiap rumah sakit rujukan Covid-19. "Kami tanya ODP, PDP, positif, pasien yang meninggal, mereka punya semua datanya," katanya. Di Alor, misalnya, sudah ada 14 ODP dan 6 PDP, tapi rumah sakitnya tidak punya APD. Begitu pula di Komodo, tempat dua pasien dalam pengawasan meninggal. "Petugas medis di sana masih pakai jas hujan. Bayangin aja. Di mana negara?"
Coendrad Scolastika B.D., vokalis grup musik reggae Conrad Good Vibration, memiliki cara unik dalam aksi solidaritasnya. Bersama istri dan dua putranya, Junior dan Lamen, pria 39 tahun ini menciptakan lagu Tenang-tenang di Rumah Lawan Corona dan mengunggahnya di YouTube. Lewat tembang berdurasi 2 menit 29 detik itu, ia mengimbau orang tetap tinggal di rumah selama masa penanganan wabah untuk mencegah penyebaran virus corona.
Coenrad Scolastika (kanan) dan keluarga./coenrad (Istimewa)
"Aku enggak ngajakin pakai masker dan APD karena aku enggak bisa nyumbang masker dan APD. Aku tulis liriknya sesuai dengan apa yang aku bisa," ujarnya, Senin, 6 April lalu. Coendrad juga mengimbau siapa pun yang perlu keluar dari rumah berusaha menghindari kerumunan dan menjaga jarak aman.
Ia mengatakan awalnya menggubah lagu itu untuk menghilangkan kejenuhan kedua anaknya. Sejak sekolah diliburkan, 20 Maret lalu, Junior dan Lamen menghabiskan banyak waktu di rumah. Apalagi tawaran manggung untuk Coendrad juga sedang sepi. "Ternyata tenang-tenang di rumah juga bisa menyenangkan," tutur musikus berambut gimbal itu.
MAHARDIKA SATRIA HADI, NUR ALFIYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo