AULA Universitas Indonesia di Rawamangun tampak apik hari itu.
Ada serumpun tanaman hias di dekat podium, di sudut yang lain
ada beberapa buket kembang. Pada deretan gurubesar, tampak juga
orang dedengkot Psikologi: Slamet Iman Santoso, Saparinah Sadli
dan Fuad Hassan Sabtu, 19 Juni pagi, Prof. Dr Haji Mulyono
Gandadiputra MA 49 tahun, membacakan pidato pengukuhannya
sebagai gurubesar tetap. Judulnya Psikologi dan Pembentukan
Kepribadian yang Terintegrasi.
Menjelang akhir pidaronya yang 45 menit, Mulyono membaca agak
tergesa-gesa. Mungkin ia lelah, karena "minggu lalu saya baru
dioperasi," ujarnya, ketika usai. "Sekarang pun masih dalam
perdarahan". Kabarnya, Mulyono -- bintang teve dalam urusan
psikologi -- menderita kanker kandung kemih.
Meskipun begitu, dia cukup cerah. Bahkan melucu. Di luar teks,
ditambahkannya: "Tak mungkin saya lupakan istri saya, Tien.
Bukan Ibu Tien Suharto, tapi Tien Mulyono, yang telah sama-sama
mengarungi suka-dukanya kehidupan." Yang hadir tentu saja gerr,
tak terkecuali Tien yang pagi itu mengenakan kebaya hijau.
Pernah bekerja di Bappenas, Tien, bernama asli Adawari, asal
Kuningan, "selalu membebaskan dan membiarkan apa yang saya mau
lakukan. Sampai-sampai saya telah menjadi terbiasa untuk
mengendalikan diri dalam hal-hal tertentu."
Banyak yang hadir, termasuk 8 saudaranya (lelaki semua) dan
kerabatnya. Juga kedua orangtua Mulyono. "Eh, tadi dengerin
pidato saya nggak?", tanya Mulyono, kepada salah seorang
saudaranya. "Bagus atau enggak, itu perkara lain. Yang penting,
kalian dengerin".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini