Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat liburan kuliah seperti sekarang, Diinar Hasnaa' Iftikhoor, 20 tahun, tetap datang ke kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Tiap Senin dan Kamis, mahasiswi jurusan fisika angkatan 2022 itu berangkat pukul 08.00 dari rumahnya di daerah Tanjungsari. Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, dia melanjutkan berkeliling kampus seluas 175 hektare itu dengan sepeda motor. Kadang ia berjalan kaki ketika menyambangi belasan gedung fakultas. “Buat ngasih makan kucing-kucing,” kata Diinar, Selasa, 7 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbekal makanan basah dalam kaleng dan makanan kering kemasan 1 kilogram, ia menargetkan bisa menjumpai sedikitnya sepuluh ekor hingga maksimal bertemu dengan 15 ekor kucing. Seekor yang sangat ingin ditemuinya adalah Jimbo, kucing jantan berbadan gemuk bersuara nyaring di fakultas ilmu budaya (FIB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biasanya, begitu melihat Diinar, kucing-kucing itu langsung mendekat seperti sudah kenal. Suatu hari ada kejadian lucu ketika mampir ke fakultas ilmu komunikasi. Seekor kucing yang disuguhi makanan meresponsnya dengan suara lantang berulang-ulang. Diinar menyangka sajian makanannya ditolak mentah-mentah. “Ternyata kayaknya dia manggil yang lain sampai datang lima kucing,” ujar Diinar seraya tertawa.
Namun, pada bulan lalu, kesenangan Diinar memberi makan kucing diliputi duka. Di sekitar fakultasnya sendiri, ia menemukan Blacky tergolek mati di pinggir jalan. Biasanya, kucing jantan muda yang berbulu hitam itu suka bermain di sekitar area kantin fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA). “Ada kemungkinan matinya tertabrak kendaraan.”
Dia menyayangkan kucing itu ditinggalkan mati begitu saja. Kemudian bersama seorang penjaga kampus, Diinar ikut menguburkan Blacky. Kejadian yang dikabarkan lewat media sosial itu disambut ungkapan belasungkawa dari para mahasiswa. Salah satu akun bernama puguhseto menulis: “Makasih udh mau nemenin gw ngopi, nugas, sama misuh2. Rest easy blacky.”
Penggiat Unpad Street Feeding Animal Friend memberi vitamin kepada kucing jalanan di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, 8 Februari 2023. TEMPO/Prima Mulia
Mahasiswi lainnya, Theresia Melanie, yang berkeliling memberi makan kucing tiap Sabtu, biasanya suka bertemu dengan 30-an ekor. Mahasiswi sastra Prancis angkatan 2020 itu berjalan kaki keliling kampus Unpad Jatinangor mulai pukul 07.30 hingga pukul 11.00. “Awalnya pegal-pegal seperti habis olahraga. Setelah dua bulan, terasa badan lebih ringan,” ujarnya.
Di setiap lokasi, Theresia dan Diinar biasanya berhenti sekitar 15 menit sekaligus rehat. Sambil menunggu makan kucing sampai habis, mereka juga memberi asupan vitamin dan minyak ikan, memeriksa kucing yang sakit, atau memberi obat flu pada kucing yang pilek. Tugas itu mereka lakukan sebagai relawan komunitas Unpad Street Feeding Animal Friend.
Kelompok yang dibentuk sejak Maret 2021 itu digagas para mahasiswa berbagai jurusan dari angkatan 2016-2018. Jumlah anggota intinya sebanyak sepuluh orang ditambah tiga sampai lima relawan. Semuanya mahasiswa Unpad.
Sejak Agustus tahun lalu, aksi serupa mereka lakukan di kampus Unpad di Jalan Dipati Ukur, Bandung. Di luar itu, mereka juga berjejaring dengan komunitas serupa di Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga.
Lazuardyas Zhafran Ligardi, salah seorang pendiri, mengatakan, pembentukan komunitas peduli kucing di Unpad itu dilatari kondisi pandemi Covid-19. Ketika kampus dikunci, kantin yang biasa menjadi lokasi kucing untuk mencari makan juga tutup. “Kami melihat keadaan kucing yang menyedihkan, susah makan jadi sakit dan kurus,” kata mahasiswa jurusan perpustakaan dan sains informasi di fakultas ilmu komunikasi 2018 itu, Selasa, 7 Februari 2023.
Mereka tergerak memberi makan kucing-kucing di dalam kampus ketika akses masuk mulai terbuka untuk mahasiswa tingkat akhir. Aksi bersama kemudian mereka sepakati tiap Sabtu. Dari gerbang kampus Unpad di Jatinangor, Sumedang, mereka berjalan kaki. Terbagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 2-3 orang, mereka menyebar ke arah fakultas MIPA serta fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, lalu terus ke belakang. Mulai sekitar pukul 06.00 hingga pukul 10.00, mereka berkeliling sambil membawa makanan kering dan basah, vitamin, serta kapsul minyak ikan.
Penggiat Unpad Street Feeding Animal Friend, Lazuardyas Zhafran Ligardi danTere Melanie, di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, 8 Februari 2023. TEMPO/Prima Mulia
Bekal seberat empat kilogram itu bukan untuk kudapan mereka selama perjalanan, melainkan dibagikan secukupnya bagi kucing jalanan yang dijumpai. Tak selalu langsung merapat dan lahap menyantap, sebagian kucing memilih waspada sambil menjaga jarak. Dari kejauhan terlihat bahwa kucing itu baru makan setelah tidak ada orang di sekitar suguhan.
Dari pemberian makan dan suplemen, gerakan komunitas berkembang ke isu kesejahteraan hewan. Mereka ikut memperhatikan kondisi kesehatan kucing-kucing yang berkeliaran di kampus. Secara berkala mereka meneteskan obat cacing sesuai dengan dosis dan obat flu.
Sementara pada kasus sakit seperti scabbies atau penyakit kudis pada kucing, flu berat atau akibat virus lain, maupun akibat terlanggar kendaraan, kucing dibawa ke dokter hewan. Komunitas menjalin kerja sama dengan pusat kesehatan hewan yang terdekat, yaitu di Tanjungsari dan Cileunyi.
Dari hasil survei komunitas, setidaknya ada 80-an ekor kucing di kampus Unpad Jatinangor dan 7 ekor di kampus Bandung. “Paling banyak di FIB dan fakultas pertanian,” ujar Lazuardyas. Selain karena beranak pinak, keberadaan kucing di kampus beberapa di antaranya berasal dari pembuangan orang, pun yang masih bayi di dalam kardus.
Sejauh ini, dari laporan yang mereka terima, ada lima ekor bayi kucing yang dibuang orang ke kampus Unpad Jatinangor. Sebagian ada yang mengadopsi, tapi dua di antaranya mati. Nasib serupa pada beberapa kucing yang melintas di jalan. “Kucing yang ketabrak kendaraan di dalam kampus juga biasanya langsung mati.” Seekor korban pernah mereka bawa, tapi nyawanya tak tertolong.
Komunitas telah berupaya menghindari kasus kecelakaan seperti itu, terutama pada waktu malam yang rawan. Caranya dengan memasang kalung reflektif di leher kucing yang bisa memantulkan cahaya ketika tersorot cahaya seperti lampu kendaraan. Harapannya, mata pengendara menjadi lebih awas, sehingga kecelakaan bisa dihindari tanpa korban jiwa maupun korban luka.
Tapi masalahnya, dari 50 kalung yang mereka beli dan pasang, sebagian telah hilang dari leher kucing. Entah siapa yang mencopot atau mengambilnya. “Kami juga bingung sendiri,” kata Lazuardyas. Sedangkan fungsi lain dari kalung itu juga sebagai penanda bagi kucing yang akan disterilkan.
Pengebirian oleh dokter hewan itu dilakukan sejak dua tahun lalu. Sempat terhenti karena masalah biaya, pada tahun ini mereka memfokuskan untuk sterilisasi kucing dari hasil donasi. Prioritasnya pada kucing betina, diawali oleh beberapa ekor kucing yang dikenal di suatu lokasi kampus. “Misalnya Brenda, kucing betina cantik berbulu putih di fakultas teknik industri pertanian.”
Penggiat Unpad Street Feeding Animal Friend, Lazuardyas Zhafran Ligardi danTere Melanie, memberikan obat cacing kucing jalanan di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, 8 Februari 2023. TEMPO/Prima Mulia
Sampai sekarang, sudah delapan ekor kucing betina yang diangkat organ reproduksinya agar tidak beranak lagi. Selain untuk menekan perkembangan populasi, sterilisasi dinilai sebagai solusi atas masalah penelantaran bayi-bayi kucing oleh induknya. Komunitas memanfaatkan program sterilisasi kucing yang digelar berbagai pihak dengan harga subsidi.
Pada awalnya, ketika komunitas menyampaikan rencana sterilisasi kucing ke warga kampus, beberapa mahasiswa ada yang tidak setuju. Alasannya, sterilisasi dianggap mengambil hak hidup kucing untuk bereproduksi. “Kita bilang karena kucing juga tinggal di lingkungan yang sama, manusia harus intervensi,” kata Lazuardyas.
Selama ini, biaya keperluan kucing itu utamanya masih ditanggung bersama oleh anggota dan relawan komunitas. Setelah dikenal luas lewat publikasi di media massa dan media sosial, donasi berupa uang dan barang mengalir. Untuk menghindari upaya penipuan pihak lain, kata Lazuardyas, mereka tidak mengumumkan donasi secara terbuka, melainkan lewat jalur personal.
Bentuk kewaspadaan lain juga mereka terapkan pada jenis pakan. Dari sekian banyak makanan kucing, komunitas memilih yang punya peringkat baik dan produsennya jelas. Mereka pun sengaja tidak punya markas untuk tempat berkumpul. “Supaya enggak ada yang buang kucing,” ujarnya.
Kiprah komunitas itu dan aksi serupa di kampus lain turut menginspirasi sekelompok dosen dan pegawai Fakultas Hukum Unpad. Sejak medio Januari lalu, mereka menempatkan semacam dispenser kecil yang berisi pakan kering dan air di empat titik sekitar gedung. “Kami ingin menjadikan fakultas yang ramah kucing,” kata Deviana Yuanitasari, dosen Fakultas Hukum Unpad, Rabu, 8 Februari 2023.
Mereka juga memasang kalung reflektif pada leher kucing. Rencana berikutnya melakukan vaksinasi dan sterilisasi. Saat ini ada dua ekor kucing dewasa dan tiga ekor anak kucing yang tinggal di gedung Fakultas Hukum Unpad Jatinangor. Adapun kucing yang sering melintas ada 2-3 ekor. Sejauh ini, menurut Deviana, tidak ada keluhan atau pihak yang berkeberatan soal keberadaan kucing di lingkungan gedung fakultas.
Menurut dia, pihak dekanat secara informal mendukung aksi kepedulian para dosen kepada kucing jalanan itu. Dekan Fakultas Hukum Unpad, Idris, membenarkan soal pemberian makan dan minum kucing oleh beberapa dosen yang menyukai kucing. “Saya juga senang kucing. Kasihan kalau ada kucing jalanan yang kelaparan. Ini juga ibadah,” kata Idris, Rabu, 8 Februari 2023.
Biaya pakan dan yang lainnya nanti itu sementara berasal dari para dosen. Deviana berharap aksi kepedulian itu bisa memunculkan kesadaran di kalangan mahasiswa, dosen, dan tenaga pendidik agar mau berbagi dengan binatang seperti kucing dan makhluk hidup di sekitarnya.
ANWAR SISWADI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo