"KARYA musik harus tjotjok untuk tua dan muda, nasional dan internasional", demikian pendapat Kusbini. Di rumahnja jang didjadikan "Sanggar Olah Seni Indonesia" di Djakarta, Kusbini selandjutnja mengambil tjontoh tentang lagu tjiptaannja Padamu Negeri. "Siapa pun boleh menjanjikan lagu ini untuk negerinja masing-masing". Dan hymne itu (jang kemudian mendjadi sematjam lagu wadjib bagi generasi '66) menjebab kan ditahun 1940-an dia tidak djadi di djebloskan pendjara oleh Djepang. Karena "orang Djepang-pun boleh menjanjikan lagu itu". Kusbini, walau sekarang tidak seproduktif dulu lagi, ternjata tetap berketjimpung didalam dunianja. Bagaikan kuda tua jang terlalu berat beban, pagi hari dia bekerdja dan mendjadi Kepala Lembaga Musikologi dan Koreografi PDK untuk daerah Jogja. Sore hari, ia memberi les musik dirumahnja. Konon tidak berapa lama lagi akan meng-operetkan lagu-lagunja Kuda Kepang, Tan Pajung dan Saputangan, Ronda Desa, Djantung Hati Tahun jang lalu, dia menggali kembali musik kerontjong dengan maksud agar generasi muda mentjitjipi keindahan kerontjong. Tetapi bagaimana dia menelorkan karja-karjanja? Mentjipta musik karena musik thok, itu adalah "pendapat jang konjol", sanggahnja. Mentjipta harus dilihat dari segi pendidikan, kulturil, politik, religi dan histori. Bagaimana band-band anakmuda jang sekarang tumbuh subur? "Anak-anak muda djangan hanja mengeloni alat musik thok. Djangan hanja karena duit dan hanja megal-megol di nite-elub-nite club. Mereka ini bukan memamerkan alunan biola atau suara, tetapi memamerkan paha dan buah dada .........". Maklumlah, Kusbini sekarang 65 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini