PENDAFTARAN penduduk sampai hari ini umurnja masih disertai
dengan bin atau bintinja. Dibelakang bin atau binti itu adalah
nama manusia jang diketahui atau setidak-tidaknja dipertjaja
sebagai orang jang telah menjebabkan kelahirannja kedunia. Tapi
kebiasaan demikian bukan mustahi akan berobah dimasa depan.
Seorang machluk manusia memang sebegitu djauh masih belum bisa
lain asalnja dari perkawinan djenis benih manusia djantan dan
betina. Tetapi ternjata ada diantara machluk manusia djuga
rupanja jang tidak puas dengan prosedur produksi jang sudah
berlangsung selama ini. Mereka mentjoba-tjoba djuga mengawinkan
kedua djenis benih manusia bukan ditempatnja jang biasa
melainkan dalam sebuah tabung didalam laboratorium.
Tikus. Dan soal mentjoba-tjoba kerdjaan jang astaga seperti ini
memang bukan baru. Beberapa tahun jang lalu adalah suami isteri
sardjana bangsa Italia jang setjara diam-diam pernah melakukan
pertjobaan serupa -- jang achirnja ketahuan djuga. Dan akibatnja
dari Vatikan terdengar kutukan oleh Paus Pius XII. Suami-isteri
Italia itu terpaksa menghantjurkan embrio manusia jang sedang
tumbuh didalam laboratorium mereka.
Sebegitu djauh memang sampai hari ini belum terdengar berhasil
ditjiptakan si John bin Tabung atau Judith binti Laboran, akan
tetapi pertjobaan sematjam itu rupanja tidak berhenti oleh
kutukan Paus. Begitulah setidak-tidaknja apa jang telah
dilakukan oleh Universitas John Hopkins di Amerika Serikat
seperti jang dibentangkan oleh madjalah Nature baru-baru ini.
Akan tetapi penelitian di Universitas tersebut rupanja lebih
hati-hati, karena pertjobaan-pertjobaan pertama tidak langsung
terhadap benih-benih kelamin manusia melainkan benih-benih
kelamin tikus.
Dapat dibajangkan bahwa tabung-tabung tempat mempertumbuhkan sel
telur jang telah dibuahi sperma tikus djantan diatur sedemikian
rupa sehingga dapat berfungsi sebagai rahim tiruan. Dalam waktu
antara 10 sampai empatbelas hari, mulai terlihat tumbuhnja
pulau-pulau darah dan itulah rupanja djaringan-djaringan darah
dalam fase jang sederhana dalam djanin-djanin jang mulai
terbentuk. Dengan asjiknja para peneliti dilaboratorium itu
mentjatat bahwa 25 persen dari objek pertjobaan mereka itu
memperlihatkan kontraksi-kontraksi dengan frekwensi antara 70-80
denjut setiap detik.
Meskipun begitu, terlihat adanja kekurang-sempurnaan pertumbuhan
djanin dalam tabung dibandingkan djika ia tumbuh dalam rahim --
dan sebabnja diduga karena jang tumbuh dalam tabung kekurangan
gizi. Tapi hal ini tidaklah mengurangi kenjataan bahwa
pertjobaan-pertjobaan jang dilakukan memang menundjukkan hasil
seperti jang diduga. Adapun kekurangan-kekurangan jang
disinjalir diatas, bukanlah hal jang tidak bisa diatasi.
Mandul. Pertjobaan jang dilakukan terhadap benih-benih kelamin
manusia ternjata memberikan hasil-hasil jang lebih fantastis.
Dan sekaligus djuga menimbulkan banjak masalah baru. Pertjobaan
jang mengikuti djedjak kedua sardjana suami-isteri Italia
terdahulu dilakukan di Cambridge oleh kelompok jang dipimpin
oleh Dr R.G. Edwards. Meskipun penjelidikan ini bertolak dari
mentjari upaja mengatasi kemandulan manusia, tapi jang dilakukan
tidak beda dengan jang telah dikutuk Paus Pius XII almarhum
djuga. Kedua djenis benih kelamin manusia jang telah dikawinkan
dibesarkan dalam tabung, sampai menbapai tingkat jang disebut
blastocyst dimana djumlah sel-sel sudah berkembang sampai 64
misalnja. Blastocyst inilah jang kemudian bisa dipindahkan dari
tabung kedalam kandungan seorang wanita mandul, dan disana ia
kemudian dibesarkan sampai pada saatnja dilahirkan sebagai orok
dari rahim si wanita tadi.
Tapi bagi para sardjana jang haus untuk tahu, mudah dimengerti
djika dengan pertjobaan itu mereka tidak hanja mau berhenti
memenuhi kebutuhan orang-orang mandul belaka. Dari blastocyst
jang masih dalam tabung itu, ternjata terbuka kemungkinan bagi
mereka untuk mentjoba mengadakan pertjobaan-pertjobaan ilmiah
lebih djauh lagi. Bagaimana djadinja, sekiranja blastocysf itu
dibiarkan sadja tumbuh sampai besar dalam tabung pertjobaan?
Apakah jang terlihat dari perkembangan-perkembangannja jang bisa
ditjatat? Dan ternjata memang banjak rahasia awal kedjadian
manusia bisa dilihat disana. Dengan pentjangkokan blastocyst
misalnja, ternjata djenis kelamin baji jang akan djadi bisa
ditentukan -- dan dengan demikian terbuka kemungkinan bagi
seorang ibu mandul untuk memesan anak dengan djenis kelamin jang
diinginkannja. Tidak hanja djenis kelamin sitjalon baji bisa
diseleksi, tetapi penjakit genetis -- jaitu jang bisa
diturunkan -- djuga bisa disisihkan.
Pertjobaan jang dilakukan terhadap tikus, lebih djauh
menundjuk-kan bahwa segala watak jang terkandung dalam
blastocyst itu masih bisa dirobah dengan menggabungkan sel-sel
tambahan dari luar kepadanja. Dan hasilnja adalah apa jang
disebut chimaera -- jaitu embrio jang membawa serta sifat
sel-sel jang disumbangkan kepada-nja. Pemberian sel-sel asing
ini bisa dilakukan baik didalam tabung maupun didalam kandungan.
Dan disimpulkan djika hal itu bisa dilakukan terhadap tikus,
mengapa tidak djuga bisa dilakukan terhadap manusia? Dan proses
ini bisa ditrapkan tidak hanja untuk memperbaiki penjakit
keturunan tapi djuga dapat mengubah kepribadian.
Bin siapa? Mudah dibajangkan bahwa masalah jang timbul kemudian
bukan hanja menjangkut masalah biologis akan tetapi lebih-lebih
juridis. Dalam madjalah Nature aspek hukumnja ini dibitjarakan
oleh D.J. Sharpe dari Pusat Hukum Universitas George Washington.
Dalam setiap pertjobaan sematjam ini, sudah pasti demikian
banjak blastocyst akan terbuang dan mendjadi korban. Soalnja,
apakah terhadapnja sudah bisa dianggap berstatus "manusia" jang
sudah berada dibawah lindungan hukum? Sebab apabila ia sudah
dianggap "manusia", maka terbunuhnja hasil-hasil pembuahan
akibat pertjobaan-pertjobaan demikian akan sama artinja dengan
melakukan abortus dan melakukan abortus -- setidak-tidaknja di
Indonesia sudah ada jang didjatuhi hukuman karenanja. Dan
kemudian -- dalam hubungan dengan pemberian sel-sel asing kepada
blastocyst, jang berarti bahwa baji jang lahir kelak berasal
dari sedjumlah sel jang dipungut dari sana-sini, siapa jang bisa
dianggap sebagai bapaknja?
Bagaimanapun persoalan-persoalan ikutan jang timbul dari suatu
penemuan ilmiah seperti itu memang biasa dan sudah sejogjanja.
Tapi itu tidak mengurangi kenjataan bahwa hasil-hasil percobaan
pembiakan diluar rahim itu amat menarik. Dan agaknja bukan pula
tak ada gunanja sebagai penambah hazanah ilmu-pengetahuan
manusia. Siapa tahu suatu ketika disuatu negara atau suatu orpol
atau suatu ormas memerlukan seorang pimpinan jang berkwalitas
tertentu bisa memanfaatkan penemuan ini dengan memesannja
dilaboratorium pembiakan manusia?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini