Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Psikolog Tika Bisono selalu berada di baris terdepan pembagian uang "tunjangan hari raya" saat keluarga besarnya berkumpul merayakan Idul Fitri. Bukan memberi, tapi meminta. "Aku tukang palak om dan tante," katanya di Jakarta, Kamis tiga pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi-bagi THR itu momen yang paling Tika tunggu. Biasanya, setelah keluarganya kenyang menikmati hidangan, keseruan kumpul menurun. Saat itulah para kerabat meminta Keke-panggilan Tika-menghidupkan kembali suasana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ibu tiga anak itu pun minta uang jago ke paman dan bibinya. Namun tidak ada selembar pun yang masuk dompet pelantun Ketika Senyummu Hadir itu. Dia mencari tempat tinggi, lalu menebarkan hasil palakan bak ratu sawer. Angka nominalnya mulai Rp 10 ribu sampai Rp 100 ribu. Para saudara dan keponakannya pun berebut sampai jatuh-bangun. "That's the best part!" kata Tika, tertawa.
Demi asas keadilan, para keponakan yang masih piyik dibedakan "kloter"-nya. Cuma, angka nominalnya dibatasi maksimal Rp 50 ribu. "Yang penting mereka dapat. Kalau tidak, nangis," ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo