BERHENTILAH makan sebelum kenyang," itu prinsip Sudiro. Mungkin
karena itu, sesudah 7 tahun memangku jabatan gubernur DKI,
ketika hendak diangkat kembali 1960 -- ia menolak. Maka ia pun
diganti oleh Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo (1960-1964). Kedua
orang itu ternyata bersahabat. Malah hari, tanggal, bulan dan
tahun kelahirannya sama: Senin Pahing, 24 April 1911.
Gubernur DKI Tjokropranolo pun merasa perlu merayakan HUT ke-70
keduanya. Untuk mengenang jasa mereka "terhadap pertumbuhan dan
pengembangan Jakarta," katanya antara lain. Hadir pada acara
Jumat pagi di Balai Kota itu: Ali Sadikin, Henk Ngantung (bekas
Waub di masa Soemarno), Ibnu Sutowo, Mahar Mardjono, Nugroho
Notosusanto dll.
"Hati dan jantung saya hampir meledak karena haru," ujar Sudiro,
yang hari itu minta restu pula supaya bisa memperingati kawin
emasnya, bersama Siti Djauhari, 13 Desember nanti.
"Karya besar Pak Diro," sebagaimana diakui Tjokropranolo, ialah
lahirnya Rencana Induk 20 Tahun Pembangunan DKI Jakarta dari
1965 sampai 1985. "Pak Dirolah yang mempersiapkan segala
kondisinya, dan selanjutnya Pak Marnolah yang menyusun dalam
suatu konsep yang matang. "
Hari itu Penerbit Gunung Agung pun menyerahkan otobiografi
Sudiro Pejuang Tanpa Henti, 342 hal., ditulis oleh Soebagijo
I.N. dan Dan Rimba Raya ke Jakarta Raya 462 hal., ditulis
Soemarno sendiri. Dalam buku Pak Marno itu, antara lain
dikisahkan bagaimana ia didesak Bung Karno untuk jadi kepala
daerah Jakarta, padahal sejak 14 Agustus 1964 ia sudah dilantik
jadi menteri dalam negeri. Tapi desakan BK itu memang beralasan:
belum ada orang yang disetujui BK untuk menggantikan Soemarno
sebagai gubernur. Sementara Henk Ngantung, Wa-Gubnya, sedang
sakit.
Pak Marno lantas menulis: 1« bulan sesudah ia menerima jabatan
kedua itu meletuslah G-30-S. "Tak kunjung henti saya
bertanya-tanya dalam hati, apakah hubungannya -- andaikata ada
-- antara desakan Presiden Sukarno . . .dengan meletusnya
G-30-S."
Sudiro ayah 5 anak dan sudah punya buyut 2 orang. Cukup sibuk
sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Giat mengurangi gula
dan lemak karena pernah mengalami penyempitan pembuluh darah.
Seminggu sekali melakukan fisioteraphi. Hasilnya? "Saya sudah
berani ke Bali sendiri," katanya.
Sedang Soemarno beranak 7 dan bercucu 20 orang. Masih praktek
dokter di rumahnya di Kebon Sirih. Masih kelihatan segar. H.B.
Jassin, sudah mengucapkan selamat, langsung bertanya, "Bapak
masih gesit. Saya mau tahu rahasianya." Jawab Pak Marno, "Hati
harus tetap muda, tapi mengerti badan tetap tua."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini