Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

<font face=verdana size=1>Mari Alkatiri:</font><br />Bukan Reinado yang Menembak Horta

18 Februari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Drama berdarah itu berlangsung di kediaman Presiden Jose Ramos Horta dan mobil yang ditumpangi Perdana Menteri Xanana Gusmao—dalam tempo berbeda—Senin pekan lalu. Xanana selamat. Ramos Horta yang baru saja usai berolahraga rebah bersimbah darah setelah dihajar rentetan tembakan di halaman rumahnya. Mayor Alfredo Reinado, 42 tahun, yang memimpin serangan pagi itu juga tumbang ke tanah. Tapi dia tak pernah bangun kembali. Reinado tewas bersama salah satu anggota pasukannya.

Ramos Horta, penerima Hadiah Nobel untuk Perdamaian 1996, segera diterbangkan ke Royal Darwin Hospital, Darwin, Australia. ”Ini jelas kudeta. Saya tak akan membiarkan pihak mana pun mengambil kesempatan ini,” kata Xanana. Sejak itu, status darurat diberlakukan di seluruh Timor Leste.

Serangan bersenjata itu sebenarnya hanya puncak gunung es dari gejolak politik yang melanda negeri bertahun-tahun. Ada yang menyebut ini ekor kerusuhan Mei 2006, yang pecah akibat kebijakan Mari Alkatiri. Mari, Perdana Menteri Timor Leste itu, ingin merampingkan militer. Sekitar 600 tentara tergusur. Mereka protes dan menuduh kebijakan Alkatiri diskriminatif. Ini karena sebagian besar tentara yang dipecat berasal dari bagian barat Timor Leste. Sementara mayoritas pimpinan mereka berasal dari wilayah timur.

Mereka lalu membentuk geng jalanan. Komplotan tanpa nama ini terdiri dari bekas militer, polisi, dan anak-anak muda, komandan militer. Salah satunya Mayor Alfredo Reinado. Aksi mereka sempat meledakkan Dili dalam kerusuhan besar. Sejumlah warga sipil ikut tewas. Mari Alkatiri pun mundur dari pos perdana menteri.

Sehari setelah penembakan Horta, sejumlah jurnal di Dili menuliskan tudingan pada Mari dan bahwa partainya terlibat dalam aksi Reinado. Mari membantah dengan tegas. Selasa lalu, dia menggelar jumpa pers, menyanggah keras tudingan tersebut.

Di tengah ketegangan situasi darurat Timor Leste, Mari menyempatkan diri menerima kontributor Tempo di Dili, Jose Sarito Amaral, untuk wawancara khusus. Perbincangan berlangsung di teras rumahnya, Jumat pagi pekan lalu. Wawancara itu kemudian dilengkapi oleh wartawan Tempo Widiarsi Agustina dan Faisal Assegaf melalui sambungan langsung internasional.

Berikut ini petikannya:

Apa komentar Anda terhadap penembakan Presiden Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana?

Semua masih misterius dan saya tak mau spekulasi masalah ini. Yang jelas, kematian Reinado kian memunculkan banyak pertanyaan. Apalagi, ia mati sebelum Presiden Horta tertembak. Artinya, Reinado sebenarnya tidak berniat membunuh Horta karena dia mati lebih dulu. Ini yang membuat saya bingung.

Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas dua serangan itu?

Sekali lagi, sulit menentukan siapa dalang dari insiden itu. Saya hanya tahu bukan Reinado yang menembak Presiden Horta. Anehnya, satu jam setelah penembakan ada serangan terhadap Perdana Menteri Xanana Gusmao. Semua ini harus membutuhkan investigasi khusus segera. Saya mengusulkan tim investigasi internasional yang profesional.

Menurut Anda, siapa yang layak dituduh?

Saya tak mau menuduh siapa pun, karena itu perlu bukti dan investigasi mendalam: kenapa serangan Reinado secara militer amat tidak profesional dan dilakukan bersamaan. Ini kan aneh. Menurut saya, penembakan Horta dilakukan kelompok terorganisir.

Punya perkiraan siapa yang bersekongkol dengan Reinado?

Saya belum bisa bicara banyak. Yang jelas, pembunuhan ini misterius dan satu sama lain saling berkaitan. Saya sendiri bukan investigator meskipun berupaya mencari keterangan dan melakukan analisis: siapa yang mendorong Reinado. Kenapa dia tewas lebih dulu sebelum Horta tertembak.

Sejumlah kabar menyebutkan, serangan itu terkait pertemuan para politisi dengan Presiden Horta seminggu sebelum insiden.

Menurut saya ini amat berkaitan. Memang, ada pertemuan tokoh politik di kediaman Horta seminggu sebelum insiden. Yang hadir Partai Conselho Nacional Reconstrusaun Timorense (CNRT) pimpinan Xanana Gusmao, Partai Sosial Demokrat, Asosiasi Partai Demokrat-Sosial Timor (ASDT), dan Partai Fretilin.

Apa yang dibahas dalam pertemuan itu?

Presiden Horta menyambut baik proposal Partai Fretilin yang diajukan ke Sekretaris Jenderal PBB. Intinya, menyatukan semua partai dalam Aliansi Mayoritas Parlementer (AMP) dengan Partai Fretilin dalam membentuk pemerintahan inklusif, bukan pemerintahan persatuan nasional. Fretilin sendiri tak mau masuk pemerintahan persatuan nasional seperti ini. Inisiatif ini (diambil) untuk menyelesaikan masalah Alfredo Reinado, tentara desersi pimpinan Salsinha Gastao, juga para pengungsi.

Di antara elite partai, menurut Anda, ada yang terlibat?

Saya hanya ingin mengatakan ini: orang di balik penembakan Horta mungkin tak setuju dengan inisiatif Presiden membentuk pemerintah baru dan pemilihan ulang.

Sebagai oposisi, bukankah partai Anda berpeluang melakukan kudeta?

Kami ingin pemilu ulang, bukan kudeta. Apalagi Presiden Horta sudah menyetujuinya. Tapi tiba-tiba kelompok Reinado mengambil jalan kudeta melawan negara.

Kami ingin mengkonfirmasikan apakah Anda terlibat dalam gerakan di atas?

Banyak surat kaleng yang menuding saya di balik semua ini. Mereka tak mau saya kembali menjadi perdana menteri dan mengatakan mau berbuat apa saja asalkan Alkatiri tak kembali menjadi perdana menteri. Semua orang membenci saya. Sudah saya jelaskan tadi, jika saja Horta tidak tertembak, kesepakatan pembentukan pemerintahan inklusif dan pemilihan ulang akan dilakukan. Dan itu usulan partai saya. Jadi, kenapa saya harus membunuh atau kudeta?

Banyak kabar beredar, Anda dan Fretilin di belakang aksi Reinado....

Sudah menjadi budaya di Timor Leste, kalau ada masalah, orang selalu menuduh Mari Alkatiri, tapi itu tidak apa-apa. Makanya, saya menuntut dibentuknya komisi investigasi internasional. Misi integrasi PBB dan pasukan stabilitas internasional di Timor Leste juga harus mengklarifikasi lemahnya pengamanan mereka selama di Timor Leste. Kenapa mereka bisa tidak mendeteksi akan adanya penyerangan itu, padahal posisi mereka amat dekat.

Seberapa besar kepercayaan publik pada pemerintahan Xanana dan Horta, menurut Anda?

Kudeta dan penembakan menunjukkan kepercayaan publik pada pemerintahan Xanana Gusmao sudah jatuh. Kalau pemerintah ini tak sempat mengorganisir aparat untuk memberikan perlindungan kepada Presiden Horta, saya bisa mengatakan pemerintah sekarang tak punya kapasitas.

Fretilin menghendaki ini?

Fretilin tidak menghendaki hal ini. Kami tak mau krisis bertambah besar. Fretilin membela negara ini demi stabilitas. Saya bersama Ketua Fretilin telah menelepon Xanana. Kami katakan, penembakan Horta itu melawan negara, bukan melawan Xanana atau Horta.

Menurut Anda, apa sebenarnya motif kelompok Reinado?

Fretilin tidak pernah menggunakan Reinado untuk kepentingan politik. Saya tidak pernah berpisah dengan Reinado, karena saya tidak pernah bersama dia. Mereka yang bersatu menjatuhkan pemerintah saya, tapi sekarang mereka berpisah. Menurut Anda, ada apa di balik semua ini?

Anda setuju dengan gerakan Reinado?

Ini bukan persoalan mendukung gerakan Reinado atau tidak. Saya meragukan kenapa harus terjadi.

Benarkah beberapa hari sebelum penembakan Reinado bertemu sejumlah anggota parlemen?

Ada tiga orang anggota parlemen bertemu Reinado tiga hari sebelum penembakan. Mereka dari fraksi PSD/ASDT dan PD. Saya hanya membayangkan, kalau anggota parlemen dari fraksi Fretilin bertemu Reinado saat itu, entah sekarang orang bilang apa. Pertemuan mereka rahasia dan tentara internasional sempat mendeteksi mereka. Karena itu, Jaksa Agung harus menyelidiki mereka. Saya tak mau menuduh mereka terlibat penembakan ini. Tapi, sekali lagi, harus ada investigasi untuk mencari kebenaran.

Tentang dukungan politik bagi pemerintahan sekarang, apa pendapat Anda?

Saya pikir politik AMP mulai goyah. Mungkin sebentar lagi jatuh. Pemerintah AMP tak ada kapasitas dalam segala hal. Dari segi politik, mereka sudah pincang karena tak mampu menyelesaikan masalah Reinado, para desersi pimpinan Gastao, juga pengungsi. Ini membuat pendukung AMP di level basis kecewa. Dari segi keamanan, Presiden Horta tak mendapat pengamanan baik sehingga tertembak. Dari segi ekonomi, semua tahu, krisis beras sedang terjadi. Harga barang semua naik dan pemerintah belum bisa mengontrol. Ini membuat pemerintah AMP jatuh, kecuali ada pelaksanaan pemilihan ulang atau membentuk pemerintah inklusif.

Kira-kira berapa besar pendukung Xanana di level basis?

Sekarang sudah tidak ada sama sekali karena tidak ada kapasitas menjamin keamanan Presiden Horta. Kalau rakyat menghendaki, pemerintahan koboi ini kemungkinan tetap berkuasa. Kalau tidak, saya tak punya solusi lain. Sambil menunggu kesembuhan Presiden, kami tetap melanjutkan proses menuju pemilihan ulang.

Soal pengamanan, bagaimana kehadiran pasukan PBB dan juga pasukan Australia?

Pemerintah lebih berkompeten menjawab. Secara pribadi, saya mempertanyakan profesionalisme mereka di Timor Leste. Posisi mereka amat dekat tapi tidak bisa mendeteksi kelompok Reinado. Saya tidak mau menuduh, tapi kondisinya sungguh jelas.

Sejak merdeka, kekerasan seperti tak pernah berhenti di Timor Leste. Mengapa?

Ini karena ada kelompok yang memutuskan memakai kekerasan untuk berpolitik (berkuasa—Red.) Seharusnya, pengalaman membuat kami harus belajar memahami kehendak rakyat.

Bagaimana dengan usaha rekonsiliasi selama ini?

Tak ada usaha rekonsiliasi. Sebelum dan sesudah pemilihan tahun lalu, semua partai menyingkirkan Fretilin. Bukannya meminta semua bersatu, tapi justru memisahkan. Lalu di proses pemilihan, Fretilin dituduh segala macam agar nama baiknya jatuh.

Bagaimana kalau Horta sampai meninggal?

Saya yakin ia sembuh. Tapi jika ia meninggal, harus ada pemilihan presiden baru dalam waktu enam bulan.

Mari Bin Amude Alkatiri

Lahir:

  • Dili, 26 November 1949

Pendidikan:

  • Doktor hukum dari Universitas Eduardo Mondlane, Maputo, Mozambik.

Pekerjaan:

  • Konsultan hukum swasta di Maputo (1992-1998)
  • Konsultan hukum parlemen Mozambik (1995-1998)

Karier politik:

  • Pendiri kelompok klandestin Gerakan Pembebasan Timor Leste (1970)
  • Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Sosial Demokratik Timor, ASDT (1974)
  • Wakil Sekretaris Hubungan Internasional Fretilin (1974)
  • Mendirikan sayap militer Falintil (1975)
  • Menteri Negara Urusan Politik Timor Leste (1975)
  • Menteri Luar Negeri Timor Leste di Pengasingan (1975-1999)
  • Perdana Menteri Timor Leste (2002-2006)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus