Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia cuma pemimpin sebuah gereja kecil di Gainesville, Florida, Amerika Serikat. Jumlah anggota jemaatnya tak lebih dari 60 orang. Tapi nama Pendeta Terry Jones mendadak tenar ke seantero dunia setelah dia mengumumkan rencana membakar Al Quran, kitab suci umat Islam sedunia. Tindakan yang sedianya dilakukan pada 11 September lalu itu yang disebutnya ”Hari Membakar Quran” memang urung dilakukan. Namun kontroversi dan ketegangan akibat rencana itu telah menjalar ke seluruh dunia.
Rakyat Amerika terbelah oleh ajakan pemimpin gereja Dove World Outreach Center itu. Sebagian menyokong dengan menyatakan, ”Untuk kenangan (atas peristiwa serangan 11 September 2001), mari bakar Quran.” Tapi tak sedikit pula yang menentang, seraya mengingatkan dengan nada keras, ”Nazi awalnya membakar buku, kemudian membakar manusia.”
Sejumlah pejabat tinggi Amerika, dari petinggi Biro Penyelidik Federal (FBI), wali kota, sampai Jenderal David Petraeus, komandan NATO di Afganistan, ikut membujuk Terry Jones agar membatalkan niatnya. Sesuai dengan konstitusi Amerika tentang kebebasan berekspresi, tindakan sang pendeta memang tak menyalahi hukum. ”Saya betul betul ditekan, ditelepon, diimbau, bahkan mendapat ratusan ancaman pembunuhan,” ujarnya.
Pada Sabtu pagi yang ditentukan, melalui anak laki lakinya, Luke, Jones akhirnya mengumumkan batal membakar ratusan Al Quran yang sudah dipajang semalaman di halaman gereja. ”Kami mendapat pertanda Tuhan untuk membatalkan rencana itu,” ujar Jones belakangan.
Mungkin lantaran sebagian orang kesal atas rencananya yang dianggap keterlaluan, pekan lalu berembus kabar bahwa Jones meninggal akibat kecelakaan mobil. Kabar itu mula mula tersiar dari sejumlah blogger dan pesan pendek di Inggris. ”Itu hanya pertanyaan dari SMS seseorang. Kami tak menggubris soal itu,” kata Stephanie Sapp, salah satu pendeta dalam aliran gereja Dove World Outreach Center.
Pekan lalu pula Yophiandi dari Tempo mewawancarai Terry Jones melalui sambungan telepon. Dengan suara bariton, dia menjelaskan pandangannya tentang Islam dan radikalisme agama. Secara tegas dia mengkritik Presiden Barack Obama, yang dianggapnya tidak adil karena hanya mendukung pembangunan masjid di New York. ”Seharusnya dia juga mengakui bahwa membakar Quran adalah hak kami.”
Bagaimana kehidupan antarpemeluk agama di Amerika setelah peristiwa 11 September?
Dari pengalaman saya, di sini, kota kecil di Florida, di Tampa Bay, tak ada masalah. Semuanya berjalan dengan harmonis. Mungkin di kota besar seperti New York dan Washington, DC, berbeda. Apalagi, di Amerika, kebebasan beragama dan berpendapat dijamin oleh konstitusi. Semua agama jelas dilindungi konstitusi kami.
Bagaimana reaksi dari kalangan Kristen dan Islam setelah Anda mengumumkan akan membakar Quran?
Banyak yang memprotes, baik dari kalangan Kristen maupun Islam. Juga di seluruh dunia.
Apa yang Anda lakukan setelah dihujani protes?
Semula kami mau melakukannya karena kami yakin tindakan itu benar. Kami ingin memberikan pesan kepada elemen radikal Islam, yang kami yakin lebih banyak dan berbahaya ketimbang yang dilansir dan dikenal pemerintah dan media Amerika. Kami ingin mereka tahu, mereka yang pelan pelan ada di sini, atau menuju ke sini, tapi dengan ideologi radikalisme, tak bisa seenaknya mengubah konstitusi atau pandangan tentang kebebasan berpendapat di sini.
Anda sudah pernah membaca Quran?
Belum. Saya cuma tahu beberapa kalimatnya.
Lalu bagaimana cara Anda menilai Quran dan Islam?
Kesimpulan kami tentang Islam berasal dari pengamatan kami di seluruh dunia. Negara negara yang didominasi Islam dan hukum syariah tak menjadi negara yang menjamin kebebasan berpendapat dan beribadah. Mereka juga kurang menghargai hak individu, yang merupakan hak setiap warga negara.
Anda membenci Islam?
Tentu tidak. Kami tak membenci muslim (pemeluknya) dan Islam (agamanya). Tapi kami merasa, banyak elemen radikal Islam yang kemudian mempraktekkan secara salah pesan pesan dan ajaran itu. Memang kami (Kristen) dan Islam tak bisa bersatu, tapi jelas kami tak membenci mereka. Banyak yang salah menginterpretasi pesan kami. Yang tak kami sukai adalah perbuatan orang orang di antara mereka yang melakukan teror.
Mengapa Anda memilih membakar Quran?
Itu cara paling radikal yang seimbang dengan tindakan mereka. Jadi kami memutuskan membakar Quran karena itu pesan radikal, karena kami Kristen.
Mengapa akhirnya Anda batal melakukannya?
Kami mendapat pertanda dari Allah. Sampai Jumat malam, kami tetap bertekad membakar Al Quran. Kami tak peduli omongan Presiden Obama, caci maki lembaga lain, bujukan dari komandan di Afganistan, bahkan sampai FBI datang kepada kami berkali kali. Kami berdoa, apakah ini mesti kami lanjutkan, karena kami yakin ini yang diinginkan Tuhan. Tapi, pada Sabtu dinihari, kami mendapat petunjuk setelah diingatkan cerita tentang Abraham. Bahkan, lebih radikal daripada membakar Quran, dia menyerahkan anaknya untuk persembahan. Saat berdoa, kami tiba tiba diingatkan cerita itu bersama sama. Kami menilai, inilah petunjuk itu, untuk tak membakar Quran.
Benarkah Anda tak jadi membakar Quran karena dijanjikan bertemu dengan Imam Masjid New York Feisal Abdul Rauf?
Iya, sebelum kami berdoa, seorang imam dari Orlando datang dan berjanji mempertemukan saya dengan Feisal Abdul Rauf. Dia menyampaikan, Abdul Rauf akan mengurungkan niat membangun Park51 bila saya mengurungkan niat membakar Quran. Saya percaya saja. Dia bilang itu sampai tiga kali di kantor saya. Tapi ternyata saya ditipu. Dia sudah mengatakan ke mana mana melalui radio Fox soal itu. Dia ternyata tak mempertemukan saya dengan Feisal Abdul Rauf. Ternyata Feisal juga tak berbicara seperti itu.
Jadi Anda membatalkan niat itu setelah mendengar kabar Imam Feisal juga batal membangun masjid di Titik Nol?
Iya. Saya sebetulnya sudah membatalkan pembakaran itu karena ucapan dia. Dia mengatakan hal baik bahwa Feisal tak akan membangun masjid di Titik Nol bila saya membatalkan pembakaran itu. Kemudian kami berdoa untuk meyakinkan keputusan kami. Tapi apa yang dikatakannya ternyata bohong.
Anda akhirnya mengontak sendiri Feisal Abdul Rauf?
Tak ada kontak secara personal. Ada orang yang mau menjembatani kami. Tapi dalam waktu dekat kami akan bertemu.
Menurut Anda, apakah Park51 bisa dibangun di tempatnya sekarang, di dekat Titik Nol?
Saat saya akan membakar Quran, banyak yang bilang, meski konstitusi Amerika mengizinkan hal tersebut, itu perbuatan yang tak pantas, selera perilaku yang jelek. Saya juga menilai membangun masjid (di dalam Park51) adalah hak warga negara. Itu dijamin konstitusi. Asalkan mereka punya duit, tempat, dan izinnya, tak ada masalah. Tapi patut diingat bagaimana membanjirnya pendapat atau komentar masyarakat tentang hal ini. Saya pikir akan bijaksana bila ditunjukkan bagaimana warga Amerika yang tak banyak tahu tentang Islam dapat melihat bahwa Islam juga bisa menghargai pendapat warga Amerika, khususnya di New York.
Jadi masjid itu boleh dibangun di New York tapi di tempat lain?
Saya pikir begitu. Berdasarkan kebebasan beribadah dan berpendapat, umat Islam boleh melakukan ibadah berdasarkan keyakinannya di Amerika. Apa yang saya pikirkan dan dijamin konstitusi adalah masjid bisa dipakai sebagai tempat ibadah, bukan sebagai tempat propaganda (melalui khotbah) untuk membangkitkan radikalisme Islam.
Apakah suatu waktu kelak Anda akan tetap membakar Quran?
Tidak. Saya sudah bilang tidak. Dan Anda bisa pegang ucapan saya. Kalau tak dibakar Sabtu itu, tak akan pernah ada pembakaran.
Apa pendapat Anda tentang Pendeta Bob Old dan Danny Allen yang tetap membakar Quran?
Itu hak mereka. Orang juga bisa membakar bendera, kan? Saya tak bisa mencegah mereka.
Mungkinkah pernyataan Anda menginspirasi mereka?
Saya tak tahu. Mungkin saja.
Rencana semula, ada berapa Quran yang akan dibakar?
Ratusan, lebih dari seratus. Kami mendapatkannya dari sumbangan. Banyak warga dan lembaga yang menyumbang dalam dua bulan setelah kami menyatakan akan membakar Quran.
Ke mana sekarang ratusan Quran itu?
Kami sumbangkan ke Christian Defense Coalition. Mereka mau menyumbangkannya kepada gereja gereja di Amerika, sebagai pengingat saat itu.
Kabarnya, Anda cuma mencari perhatian dan tak bersungguh sungguh akan membakar Quran?
Jelas bukan itu tujuannya. Kami sungguh berniat, tapi kami tak tahu bahwa akan sebesar ini masalahnya. Lagi pula, untuk apa saya mempertaruhkan nyawa kalau hanya untuk main main? Anda tahu kan saya mendapat ratusan ancaman pembunuhan. Beberapa kali saya didatangi FBI. Selain membujuk saya mengurungkan niat, FBI ingin mengamankan saya. Saya juga dikatakan masuk daftar orang yang patut diperangi dalam jihad. Banyak pesan radikal yang tak akan mau Anda terima. Jadi jelas, kami tak bermaksud sekadar ingin menarik perhatian publik.
Benarkah Anda ditekan agar mengurungkan niat hendak membakar Quran?
Tekanan sangat berat kami rasakan. Kami ditekan pemerintah dan gereja gereja besar. Mereka menelepon, berdemonstrasi. Mereka mengancam akan menyerang tentara di Afganistan, di mana pun, bila Al Quran dibakar.
Anda sebelumnya mendirikan aliran gereja ini di Jerman?
Ya, selama beberapa tahun. Kemudian saya kembali ke Amerika.
Bukankah ajaran Anda di sana dianggap tak sesuai dengan Kitab Suci?
Bukan, saya kembali ke Amerika setelah di sana terjadi pembangkangan di gereja. Setelah beberapa lama saya mencoba bertahan dengan tekanan pembangkangan itu, saya berpikir lebih baik kembali ke Amerika. Berat, karena puluhan tahun saya di sana, membangun gereja. Tapi, kalau tak ada kejadian di sana, saya mungkin tak akan ada di sini, dengan rencana seperti itu.
Bagaimana penilaian Anda terhadap Presiden Obama, terutama sikapnya dalam menghadapi Islam?
Saya tak punya persoalan dengan kebijakan Barack Obama. Sejak awal, saya tak suka dia karena kebijakannya yang menentang ajaran Kristen. Dia melegalkan aborsi. Dia juga permisif terhadap pasangan sejenis. Saya tak punya masalah dengan kebijakannya yang lebih lunak terhadap Islam selama dia adil terhadap agama lain. Warga Amerika sadar, kok, soal Islam modern dan radikalisme yang berbeda jauh sebetulnya. Tapi, ketika dukungan yang hebat ditunjukkan Obama terhadap pembangunan masjid di dekat Titik Nol, pada saat yang sama jelas sekali dia mengecam rencana kami membakar Quran. Semestinya, dia bilang ke publik saat itu, mereka punya hak mendirikan masjid dan kami juga punya hak membakar Quran.
Terry Dale Jones
Tempat dan tanggal lahir: Missouri, Amerika Serikat, 19 Oktober 1951
Karier: Pemimpin Kristen aliran Dove World Outreach Center
Pendidikan:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo