Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Baharuddin Lopa:

Pos jaga di depan rumah berlantai satu di Pondokbambu, Jakarta Timur, itu baru berdiri pekan lalu. Tegak di tepi jalanan berdebu dan lalu-lintas yang riuh, rumah itu jauh dari tanda-tanda kemewahan?bahkan pos jaga pun dibangun atas biaya negara. Di halaman dalam bangunan, barulah ada tanda-tanda bahwa itu rumah seorang menteri: sebuah Volvo 960?kendaraan resmi menteri kabinet?lengkap dengan sopirnya stand by. Toh, sempitnya halaman rumah membuat mobil harus diparkir sampai di selasar rumah karena moncong mobil nyaris menyentuh pintu gerbang. Dengan sedan dinas itulah pemilik rumah, Baharuddin Lopa, diantar ke kantornya sejak ia dilantik pekan lalu menjadi Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (HAM), menggantikan Yusril Ihza Mahendra.

18 Februari 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Lopa tentu tidak cuma mengingatkan orang pada kesederhanaan. Ia seorang guru besar ilmu hukum yang disegani. Ia juga birokrat yang andal?dalam usia 25 tahun, ia sudah menjabat Bupati Majene, Sulawesi Selatan. Lopa juga dianggap mampu mewakili Indonesia di forum internasional: ia menjadi Duta Besar RI untuk Arab Saudi dan masih akan merangkap jabatan itu hingga dua-tiga bulan ke depan. Namun, sikap keras pada dirinya serta "ideologi"-nya atas kefanaan harta mungkin hal yang paling unik?nyaris menjadi absurditas dibandingkan dengan gaya hidup para menteri Orde Baru, yang mewah dan berkilau. Dengan sekian jabatan negara yang prestisius, Lopa pun tak merasa gengsinya bakal jatuh kalau ia menambah penghasilan keluarga dengan usaha sampingan. Menempel di samping kiri rumahnya, ada bangunan tambahan tempat keluarga itu membuka wartel dan penyewaan video bagi masyarakat sekitar. Lopa, orang Mandar, Sulawesi Selatan, yang lahir 27 Agustus 1935, tampaknya amat dipengaruhi oleh pendidikan dasar keluarganya. "Orang-orang tua di Mandar selalu berpesan, manusia boleh kehilangan apa saja, asal jangan siri: harga diri," ujarnya kepada TEMPO. Dan sang Menteri menerapkan tradisi Mandar ini dengan ketat dalam banyak hal. Pada 1993, ia mundur dari pencalonan gubernur Sulawesi Selatan cuma beberapa jam sebelum pemilihan. Alasannya? Lopa tak dapat menerima rekayasa pembagian suara. Pada 1986, saat ia berhenti sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, Lopa keluar dari rumah dinasnya beberapa jam setelah acara serah-terima jabatan. Beberapa wartawan lokal masih mengingat dengan baik bagaimana keluarga dengan tujuh anak itu keluar dari rumah dinas Kejati Sul-Sel dengan membawa pakaian, yang sebahagiannya terbuntel seprai dan taplak meja. Sikap kerasnya kepada diri sendiri sebagai seorang jaksa membuat banyak koruptor dan mafia peradilan tak nyaman berurusan dengannya. Pada 1986, ia menggegerkan Makassar dengan menyeret Tony Gozal ke penjara. Banyak orang tercengang menyaksikan langkah Lopa karena Tony adalah sahabat dekat sejumlah pejabat tinggi Jakarta dan Makassar. Di lain hari, ia berniat menganvaskan seorang hakim yang jelas-jelas menerima suap. Kali ini Lopa berhadapan dengan tembok yang tak bisa dipanjatnya sendirian: birokrasi. Jakarta keberatan dengan langkah Lopa. Ia diberhentikan sebagai Kejati. Toh, peristiwa 14 tahun silam itu tidak mengubah pandangannya tentang hukum sampai sekarang: "Kita tidak boleh absen menegakkan hukum semenit pun," ujarnya kepada TEMPO. Menamatkan studi hukumnya di Universitas Hasanuddin, Makassar, ia mengambil gelar doktornya di Universitas Diponegoro, Semarang. Sampai kini, Lopa masih resmi tercatat sebagai guru besar ilmu hukum di Universitas Hasanuddin. Alhasil, dunia Lopa bergerak antara hukum, diplomasi, akademi, dan tentu saja keluarga. Dan kini, di tengah porak-porandanya penegakan hukum di sini, orang berharap dari tangan Lopa akan memancar seberkas sinar kebenaran?sesuatu yang mulai hilang dari lembaga-lembaga penegak hukum kita. Rabu malam pekan lalu, sebelum terbang ke Jeddah, ia menyempatkan menerima wartawan TEMPO Tomi Lebang dan fotografer Gatot Sri Widodo untuk sebuah wawancara khusus. Berikut ini petikannya.
Anda mengeluarkan maklumat satu hari setelah menjadi Menteri Kehakiman dan HAM. Mengapa? Saya bikin maklumat itu sesuai dengan petunjuk agama. Tugas saya lebih bersifat menertibkan. Jadi, saya berikan peringatan: hati-hati! Kalau nanti masih saya temukan (korupsi) setelah saya berikan maklumat ini, tentu saya akan bertindak. Inti pesan apa yang mau Anda munculkan dari maklumat itu? Sekarang bukan lagi saatnya bermain-main. Siapa pun yang melanggar hukum akan memikul tanggung jawab dan ganjarannya. Staf Anda yang menuliskan maklumat itu? Saya bikin sendiri sebelum malam serah-terima jabatan, bukan pegawai kantor yang bikin. Anda percaya maklumat itu bisa menciutkan nyali para mafia peradilan dan koruptor? Ada pengaruhnya. Coba lihat, semua orang yang baca maklumat itu mendukung. Mudah-mudahan membawa hasil. Dengan tidak melebih-lebihkan, hasilnya sudah ada. Hasilnya sudah ada? Kan, baru dua pekan Anda meluncurkannya? Setiap jajaran saya membaca dan bicara dari mulut ke mulut. Mereka mengatakan, kita tidak bisa lagi main-main. Orang yang baru berniat akan menghentikan niatnya. Orang yang sudah biasa terima suap akan berpikir dua kali untuk mengulangi lagi. Minimal, itu sudah hasil. Selain mengeluarkan maklumat, apa lagi strategi Anda? Yang lain itu dari diri saya sendiri. Saya harus mampu memberi contoh. Itu yang penting. Maklumat ini tidak ada artinya kalau menterinya sendiri melanggar. Maksud Anda, pembersihan itu efektif dilakukan dari atas ke bawah (top-down)? Banyak orang tidak yakin. Tapi pengalaman dahulu memberantas korupsi, terutama semasa di Makassar, membuktikan itu. Seperti kasus Tony Gozal. Waktu saya mulai menahan dia, hampir semua pembesar di Jakarta tidak percaya. Tidak usahlah di Jakarta, pembesar di Makassar saja tidak percaya. Sebab, baik di Jakarta maupun di Makassar bilang, mustahil Tony Gozal bisa ditahan. Banyak orang pura-pura bertamu ke lembaga pemasyarakatan di sana untuk memastikan apa betul Tony Gozal ada di dalam. Apa halangan yang spesifik dalam kasus Tony Gozal? Hampir semua pejabat tinggi mengenal dia, dan sebaliknya. Dia biasa berada di rumah para pembesar. Para pembesar biasa ada di rumah dia. Itu bukan lagi rahasia. Luar biasa tantangan yang saya hadapi waktu menahan Tony. Ada telepon teror, orang dikirim dari Jakarta untuk menakut-nakuti saya. Anda tidak takut? Kan, Anda manusia biasa juga? Pegangan saya adalah, Tuhan tidak mungkin menolong orang yang melakukan kejahatan. Tuhan akan menolong orang yang memberantas kejahatan. Kalau toh saya mati dalam menegakkan kebenaran, saya mati syahid. Mati syahid itu termasuk mati kualitas tertinggi dalam agama. Saya selalu menekankan hal itu kepada para staf saya. Anda juga mengatakan hal itu kepada staf Konsulat Jenderal RI di Arab Saudi? Staf Konjen pernah diberitakan memungut dana dari para tenaga kerja Indonesia yang mengurus kepulangan ke Indonesia. Pengaruh operasi di Makassar menjalar juga ke Arab Saudi. Jadi, anak buah saya di sana waktu saya datang berhati-hati. Cuma, yang paling berat ini: menjaga diri. Pimpinan harus menjaga dirinya. Satu kali pimpinan melakukan kemungkaran, habis itu keteladanan. Apa yang Anda kerjakan selain mengeluarkan maklumat setelah jadi menteri? Setelah saya dilantik, Jaksa Agung Marzuki Darusman datang bersama para jaksa agung muda. Kami langsung membicarakan bagaimana penegakan hukum ditingkatkan. Kami juga membicarakan agar secepatnya dibentuk peradilan hak asasi manusia. Juga soal hukuman, termasuk masalah Bob Hasan. Apa yang Anda katakan tentang Bob Hasan dalam diskusi dengan Jaksa Agung? Begini. Saya dan Pak Marzuki sepaham bahwa putusan pengadilan tinggi perlu cepat dilaksanakan Jadi, saya bilang ke jaksa agung muda yang menangani itu: "Eh, lebih baik sekarang kasi masuk tahanan itu." Saya bersyukur sekali ada pertemuan dengan Pak Marzuki itu. Rupanya, begitu mereka pulang dari kantor saya, Bob Hasan langsung dimasukkan ke Rutan Salemba. Salah satu lembaga yang paling menjadi sorotan?karena kisah-kisah mafia peradilan?selama ini adalah Mahkamah Agung (MA). Menurut Anda, bisakah kebersihan lembaga ini kembali ditegakkan seperti di masa-masa awal berdirinya MA? Saya kira bukan cuma Mahkamah Agung yang memprihatinkan petugasnya. Instansi lain juga. Hakim-hakim di lembaga itu adalah benteng terakhir keadilan dan hukum. Mereka memang menjadi sorotan utama. Apalagi, akhir-akhir ini timbul berbagai vonis yang mengganggu pikiran. Seperti apa, misalnya? Saya tidak tahu betul angkanya. Tapi, ada putusan pengadilan perkara korupsi di Medan senilai Rp 70 juta atau Rp 100 juta. Hukumannya rata-rata lima tahun ke atas. Begitu juga di Makassar. Sementara itu, Bob Hasan, yang didakwa melakukan korupsi sekian juta dolar AS?setara dengan beberapa triliun?hanya mendapat hukuman dua tahun. Itu juga yang saya bicarakan dengan Gus Dur. Apa kata Presiden? Beliau mengatakan, Pak Lopa agar membikin satu usaha sehingga perbedaan hukum yang terlalu mencolok tidak terulang kembali. Presiden meminta apa saja kepada Anda? Antara lain, ya, agar ditata hakim-hakim ini. Gus Dur juga mengatakan, "Pak Lopa, negara membutuhkan Pak Lopa sekarang ini. Tegakkanlah hukum yang sudah terlalu lama tidak tegak." Dan apa jawab Anda kepada Presiden? Perlu peningkatan pendidikan penataran, penyadaran terhadap para hakim. Dalam soal mutasi, perlu pemerataan penempatan di seluruh wilayah. Bagi para hakim, penting sekali agar mereka menguasai kasus-kasus dalam suatu wilayah. Dan janganlah kita menumpuk hakim di Jakarta. Hakim daerah perlu dipindah ke Jakarta, begitu pula sebaliknya. Gus Dur sangat setuju bahwa hakim-hakim yang melanggar perlu diberi tindakan. Anda dikenal keras terhadap petugas hukum yang menyeleweng. Bisa ceritakan satu kejadian yang paling fenomenal? Pernah. Tapi itu tidak usah diuraikan lagi karena orangnya dikenal sudah baik sekarang. Sekali waktu, saya mau tangkap hakim karena dia makan suap. Pada waktu saya mau "ambil" hakim itu, pusat tidak menyetujui tindakan saya. Satu minggu kemudian, saya ditarik. Menurut hemat Anda, berapa seharusnya gaji seorang hakim agar dia tidak perlu melakukan korupsi? Saya tidak tahu. Tapi, cukup atau tidak, tetap tidak boleh korupsi dan terima suap. Sebagai pejabat hukum, Anda sudah menunjukkan bisa hidup dari gaji saja. Boleh tahu berapa jumlahnya? Tak usahlah itu dipermasalahkan. Menjadi Menteri Kehakiman, seberapa menarik peran ini bagi Anda? Jadi menteri adalah hal biasa bagi saya. Saya dengar di televisi, baca di koran, orang-orang mengatakan Pak Lopa ini bagaimana. Orang sudah mau melompat dari kapal yang sudah karam, dia malah masuk ke dalamnya. Menurut pendapat saya, penegakan hukum itu tidak bisa absen. Tidak satu menit pun. Dan saya menerima jabatan ini untuk pengabdian itu. Kenyataan yang Anda hadapi betul-betul berbeda dengan cita-cita ideal itu: orang bahkan sudah tidak percaya pada penegakan hukum di negara ini. Jadi, bagaimana Anda akan melaksanakannya? Andaikata pun negara goncang, seakan-akan terjadi peperangan tiga hari lagi, kita harus terjun ke dalam walaupun kita akan mati. Kalau negara terancam kacau kemudian penegakan hukum dibiarkan, lebih celaka negara ini. Kita mesti selamatkan negara ini. Kalau kita menegakkan hukum dalam suatu kondisi negatif, bisa saja kita memulihkan suasana kembali. Banyak perkara kakap yang kini mewarnai dunia peradilan di Indonesia. Kasus Balongan yang disebut-sebut melibatkan Ginandjar Kartasasmita, misalnya. Bagaimana penyelesaiannya menurut Anda? Saya tidak bisa jawab itu karena itu di luar kewenangan saya. Dan saudara tidak bisa tanya kepada saya: "Andaikata saudara jaksa agung, apa tindakan Anda?" Tidak boleh itu. Saya tidak bisa mengatakan andaikata, karena saya bukan jaksa agung. Hal itu bisa menyinggung perasaan jaksa agung sekarang. Dalam situasi yang tidak menentu sekarang, kira-kira berapa lama Anda kuat menjadi menteri? Ada yang bertanya kenapa Pak Lopa mau jadi menteri, yang mungkin beberapa bulan saja. Saya jawab: tak usah beberapa bulan, kalau saya bisa jadi menteri satu hari dan berhasil membongkar kejahatan besar, itu luar biasa nikmatnya. Ada yang bilang Anda masuk ke kabinet untuk memperkuat posisi Presiden. Memang ada yang mengatakan begitu. Tadi saya naik pesawat bersama seorang anggota DPR dari Makassar. Namanya Malkan Amin (anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar). Menurut dia, yang pro-memorandum juga senang (Lopa masuk kabinet?Red). Seperti yang saya katakan di Istana, supremasi hukum harus tegak di Indonesia. Kalau supremasi hukum tegak, semua tegak. Tapi kalau semua tegak dan supremasi hukum tidak tegak, semuanya akan kembali hancur. Tentang polemik posisi Anda sebagai Ketua Dewan Pakar di Partai Persatuan Pembangunan. Partai Anda telah menarik dukungan terhadap Gus Dur serta meminta Menteri Koperasi Zarkasih Noer?juga dari PPP?mundur dari kabinet. Mengapa Anda justru masuk ke sana? Di Istana, di hadapan banyak menteri, saya mengatakan saya jadi menteri bukan wakil golongan. Saya wakil rakyat. Sementara di DPR itu ada golongan-golongan, di sini saya wakil rakyat total. Susahnya, beban saya berat sekali. Saya baca di koran, semua mendukung pengangkatan saya, tapi diakhiri dengan kata-kata: mari kita tunggu hasilnya. Ingat, membongkar suap itu tidak mudah. Bagian mana yang tersulit? Dalam penyuapan, kedua pihak sama menyembunyikan, sama berusaha agar tidak ketahuan. Kalau si A membunuh si B, keluarga si B akan berteriak itu pembunuhnya. Dalam semua kejahatan, ada satu pihak membongkar dan satu pihak tertuduh. Tapi, dalam suap-menyuap, kedua belah pihak saling sekongkol. Apalagi sekarang ini. Si pemberi suap tidak langsung memberi kepada yang disuap. Da pake orang lain. Si penerima suap juga tidak langsung menerima. Dia pake lagi orang lain. Ada lagi yang memakai nomor rekening bank, tapi dia pinjam nomor rekening kawannya. Tetapi ada titik balik sekarang ini. Maksud Anda, ada modus baru dalam suap-menyuap? Rupa-rupanya sekarang ini para tukang suap memasukkan uangnya ke karung karena takut jaksa memeriksa rekening koran mereka. Pada waktu Menteri Keuangan mengizinkan alat penyidik memeriksa rekening bank, di situ bisa terbongkar. Tapi, lagi-lagi susah karena mereka bisa meminjam rekening orang lain. Dulu orang yang makan suap menaruh uangnya di lemari besi di rumahnya. Sekarang ada money laundering. Uang dimasukkan dalam proyek-proyek yang dijalankan oleh perusahaan halal dan oleh orang baik semua. Tapi, waktu mereka memasukkan uang itu ke bank, bank kasi pinjam uang haram itu ke orang-orang baik. Indikasi suap kan bisa juga dilihat dari percepatan kekayaan seseorang dibanding penghasilan dia, misalnya? Bertambahnya kekayaan bisa menjadi isyarat orang terima suap. Tapi, ini juga susah karena orang dapat berpura-pura tetap miskin. Karena itu, saya tidak pernah mengatakan kepada wartawan bahwa saya akan berhasil. Saya hanya mengatakan, saya akan berusaha sekeras-kerasnya untuk memberantas suap ini. Anda yakin akan berhasil? Kalau saudara bicara hasil, saya ulangi saya tidak pernah mengatakan bahwa saya akan berhasil. Tidak! Saya katakan, saya akan bekerja semaksimal mungkin. Apa target Anda sampai tahun 2004? Tidak ada target. Saya akan melakukan apa yang bisa dilakukan Apa yang Anda lakukan di waktu senggang? Tidak menentu. Sering kali saya bermain-main bersama cucu. Di Arab Saudi, karena anak-anak dan cucu tidak di sana, saya banyak baca Alquran, baca tafsir, membandingkan tafsir A dan tafsir B. Di sana, ada pengarang dari Madinah, dari Mesir, dan sebagainya. Baguslah untuk pengetahuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus