Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RIBUAN spanduk, baliho, dan umbul-umbul seolah membalut seantero Ibu Kota dengan celetukan saling sindir, kadang menggoda. Ada kemeriahan di jalanan. Karnaval, pawai iring-iringan, kampanye terbuka, dan, tentu saja, pesta dangdut. Begitulah Jakarta memulai demokrasinya sendiri. Memilih gubernur dan wakil gubernurnya sendiri. Langsung, tak perlu lagi lewat perwakilan di Dewan sebagaimana yang lalu-lalu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo