Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Golkar Harus Bersama dengan Pemerintah

13 Juni 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setya Novanto menyatakan mendukung pemerintah Presiden Joko Widodo begitu terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode 2016-2019 dalam musyawarah nasional luar biasa di Nusa Dua, Bali, pertengahan Mei lalu. Ia beralasan, Golkar adalah partai yang berorientasi pembangunan untuk kesejahteraan rakyat. Menurut dia, visi itu sesuai dengan program-program yang diusung Jokowi. "Supaya pembangunan bisa diwujudkan, Golkar harus bersama dengan pemerintah," ujar Setya.

Pria kelahiran Bandung, 60 tahun silam, itu menuturkan dukungan kepada pemerintah Jokowi bukan untuk mengamankan posisinya dari jeratan hukum atas sejumlah kasus yang pernah membelitnya, di antaranya kasus "Papa Minta Saham". "Saya tidak merasa ada kasus yang memberatkan saya," tuturnya.

Setya mencapai puncak kariernya di Partai Golkar setelah berhasil meraup suara terbanyak dalam pemilihan putaran pertama. Setya meraih 277 suara, sedangkan Ade Komarudin memperoleh 173 suara. Karena Ade mundur sebelum putaran kedua berlangsung, Setya pun ditetapkan sebagai ketua umum. "Saya bersyukur masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berkontribusi di Partai Golkar. Saya sudah dihantam dan dizalimi sana-sini," katanya kepada wartawan Tempo Martha Warta Silaban, Wayan Agus Purnomo, Ananda Teresia, dan fotografer Aditia Noviansyah dalam sebuah wawancara pada Jumat dua pekan lalu.

Bekas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ini terlihat santai selama perbincangan yang berlangsung sekitar satu setengah jam di rumahnya yang luas dan megah di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Diselingi senyum dan tawa, ia menceritakan ihwal merapatnya Golkar ke pemerintah, dukungan Golkar di pemilihan kepala daerah DKI Jakarta, dan tentang rumahnya yang berlantai empat di lahan seluas 1.550 meter persegi itu.

* * * *

Mengapa Anda menyebut kepengurusan di periode ini dengan akselerasi kerja?

Karena waktu kepengurusan periode ini begitu cepat, hanya tiga tahun (2016-2019). Dalam tiga tahun itu saya harus menyelesaikan agenda konsolidasi dari pusat sampai daerah. Saya enggak mau rekonsiliasi itu hanya di pusat, tapi harus sampai ke daerah. Waktunya mepet banget. Apalagi pemilihan umum presiden dan legislatif bersamaan, ditambah pilkada-pilkada. Jadi saya berpikir dengan teman-teman mengenai perlunya percepatan kerja.

Apakah Anda terinspirasi Presiden Jokowi?

Pokoknya harus sama-sama kerja seperti beliau, harus cepat.

Setelah terpilih sebagai ketua umum, Anda bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana pada 31 Mei lalu. Sempat bicara empat mata menyatakan dukungan ke pemerintah?

Ya, ramai-ramai itu.

Setelah itu, Jokowi memanggil Anda untuk berbicara empat mata?

O ya, Pak Jokowi selalu ingin bicara dari hati ke hati. Ingin lebih mengetahui masalah-masalah suasana politik parpol yang beliau dan saya ketahui. Kami saling memberikan informasi untuk program-program ke depan, khususnya masalah dengan Partai Golkar dan pemerintah.

Dalam pertemuan itu disampaikan juga dukungan Golkar kepada pemerintah Jokowi?

Proses ini dilakukan sangat panjang. Ketika saya berkeliling ke 34 provinsi, kami juga menyampaikan keberhasilan-keberhasilan Presiden. Dan tentu kami perlu bekerja sama dengan pemerintah. Karena dengan Golkar terbelah, yang tadinya kita penyeimbang atau anti-pemerintah, memang buat Golkar tidak menguntungkan. Jadi kami sampaikan tidak ada pemikiran selain mendukung pemerintah.

Golkar mendapat apa dengan mendukung Jokowi?

Ada tiga alasan. Yang pertama alasan ideologis. Golkar adalah partai yang berorientasi pada pembangunan untuk kesejahteraan rakyat. Ini sesuai dengan prinsip kekaryaan. Supaya pembangunan bisa diwujudkan, Golkar harus bersama dengan pemerintah. Golkar itu didirikan bersama-sama pemerintah dengan ideologi Pancasila untuk kesejahteraan rakyat. Kedua, alasan politis. Pemerintah yang kuat dengan mayoritas kekuatan parlemen. Dan ketiga, program bahwa pemerintah Jokowi ini sejalan dengan visi kesejahteraan rakyat.

Apakah sebelumnya ada deal dengan Jokowi?

Enggak ada, karena saya selalu mendukung pemerintah sejak menjadi Ketua DPR. Kebetulan program-program Jokowi yang saya ketahui menyentuh hal-hal kesejahteraan rakyat dan memang suara Golkar suara rakyat. Ini cocok dengan visi-misi program saya. Saya melihat Jokowi memiliki ketegasan sehingga ada jiwanya, yang menurut saya cocok. Pribadi yang membuat keputusan dengan mudah dan membuat gebrakan untuk kepentingan negara dan rakyat.

Presiden menanyakan kepada Anda nama-nama calon menteri dari Golkar untuk perombakan kabinet?

Kami tidak pernah berniat menyodorkan nama-nama menteri ke Presiden. Golkar sampai hari ini juga tidak pernah mengajukan nama-nama calon menteri kepada Presiden, karena tujuannya murni untuk bisa mendukung pemerintah.

Anda sudah menyiapkan kader untuk perombakan kabinet? Benarkah ada nama Idrus Marham, Cicip Sutardjo, dan Siswono?

Ada banyak kader di Golkar. Pak Idrus secara politik punya visi. Pak Airlangga (Hartarto) yang berkaitan dengan perbankan. Pak Yudha yang berkaitan dengan energi. Ada beberapa yang bekas menteri. Ada beberapa yang memang masih bisa dipikirkan ke depan. Pak Cicip kader. Pak Siswono juga kader. Tapi bukan berarti kami menyodorkan.

Jadi nama-nama itu yang disiapkan oleh Golkar?

Ada kader-kader yang kami nilai baik, kami evaluasi. Kami selalu memberikan yang terbaik kalau suatu waktu ada masalah.

Apakah Golkar bisa mengisi kekurangan di kabinet sekarang?

Presiden mengetahui betul kalau menteri-menterinya bekerja atau tidak. Beliau punya data yang akurat. Segala informasinya tentu didapat dari orang yang dipercaya.

Anda intens berkomunikasi dengan Presiden?

Dari dulu kan saya intens terus.

Bukankah hubungan Anda dengan Presiden sempat renggang ketika Anda tersangkut kasus "Papa Minta Saham"?

Enggak juga. Saya banyak berterima kasih diberi semangat oleh beliau, karena saya selalu memberikan doa kepada Presiden. Ini kan perkiraan orang saja.

Apakah Presiden sempat menyinggung soal kasus "Papa Minta Saham" saat bertemu empat mata?

Ya, Presiden tahu mana yang benar, mana yang enggak (tersenyum). Presiden sangat tahu saya tidak pernah berbuat jelek untuk kepentingan pemerintah. Yang jelas, saya berbuat yang terbaik.

Golkar menyatakan mendukung Jokowi, apakah tidak khawatir bersinggungan dengan PDIP?

Kami ingin bersama-sama dengan partai-partai lain untuk mendukung pemerintah. Toh, kami memberikan koreksi-koreksi secara konstruktif. PDIP dengan Golkar punya hubungan sejarah yang sangat panjang dan baik. Sejak dulu sampai saya menjadi ketua fraksi, hubungan saya dengan Ibu Mega baik. Sepanjang untuk kepentingan ke depan, saya rasa enggak ada masalah.

Anda sempat ngomong dengan PDIP soal dukungan ke Jokowi ini, karena sebagian orang menganggap Golkar tiba-tiba menyalip di tikungan?

Mendukung Pak Jokowi ini proses yang panjang. Di Munaslub juga sudah disampaikan bahwa kami mendukung pemerintah Jokowi. Kami tidak berpikiran menikung partai lain, tapi memang kami pada posisi sama jiwanya dengan DPD I dan DPD II (Golkar) seluruh Indonesia.

Saat Munaslub Golkar di Bali, Anda merasa didukung pemerintah dan Jokowi?

Menurut saya, semua kandidat waktu itu didukung oleh pemerintah. Kenyataannya, daerah-daerah melihat semua langkah yang saya lakukan, karena mungkin saya banyak mendekatkan diri kepada DPD I dan DPD II sejak dulu. Mereka juga tahu apa yang saya lakukan untuk kebesaran partai sehingga mereka meyakini bahwa isu-isu yang begitu santernya itu dilakukan oleh kelompok-kelompok. Jadi mereka melihat bahwa apa yang diisukan kepada saya itu sebenarnya tidak demikian.

Isu yang mana?

Ya, macam-macam. Ada yang dibilang "Papa Minta Saham", kasus PON, e-KTP.

Bagaimana Anda merespons kasus-kasus itu?

Ya, saya harus menjelaskan kasus-kasus itu ke daerah. Isu politiknya tinggi. Saya selalu menjadi obyek isu, yang akhirnya menyusahkan saya. Saya sampai dibilang orang yang kuat, sakti. Padahal bukan sakti, tapi memang enggak pernah melakukan itu.

Berapa besar dana untuk Munaslub?

Biaya operasional saja. Kebetulan tim saya juga punya kemampuan. Ya, sudah, saling sharing saja.

Benarkah Anda menghabiskan dana hingga Rp 700 miliar?

Saya tidak melakukan transaksional. Setiap kali berkunjung ke daerah, saya bilang selalu membela kepentingan partai. Yang salah itu, jiwa saya itu, setiap kali dimintai tolong, saya selalu mau. Nah, sekarang saya hati-hati. Kalau ada orang minta tolong, tunggu dulu. Kalau orangnya bermasalah, nanti kita yang kena. Kayak masalah Freeport. Saya enggak mengerti apa-apa, enggak minta proyek, juga enggak minta saham.

Kabarnya, Anda memberi tiap DPD Rp 3 miliar?

Tidak ada. Kalau begitu, bisa kaya-kaya. Saya lihat DPD-DPD perlu perhatian supaya partai jalan.

Anda konon didukung oleh Panglima TNI dan Panglima Kodam saat Munaslub?

Selama saya di sana tidak merasa ada dukungan. Dan saya tidak pernah dihubungi Panglima, Pangdam. Itu kan isu.

Untuk memudahkan mobilisasi sebagai Ketua Golkar, Anda kabarnya akan membeli pesawat pribadi?

Orang-orang di pengurus saya ini kan punya kemampuan yang lebih. Kepengurusan ini kan waktunya cepat. Ya, kalau mereka yang punya kemampuan lebih ingin kumpul-kumpul (dana), kan boleh?

Saweran?

Di dalam dan di luar pengurus Golkar itu banyak pengusaha berhasil yang mau berpartisipasi, karena ingin suatu perubahan setelah Golkar menyatu kembali.

Jika mengakomodasi pengusaha, Anda tak khawatir nanti ada konflik kepentingan dengan kebijakan partai?

Mereka membantu untuk meningkatkan efektivitas Partai Golkar. Saya tentu sangat menghargai, menghormati partisipasi itu. Semua itu kan sudah ada di Undang-Undang Partai Politik. Kami ikuti koridor-koridor itu, jangan sampai menyalahi aturan. Kan ada ketentuan sumbangan perorangan dan perusahaan.

Dari siapa ide pembelian pesawat itu?

Sejak saya menjadi ketua, pengurus-pengurus itu sudah didatangi oleh teman-temannya untuk membantu memberikan kemudahan supaya Golkar bangkit, jaya, dan menang. Karena mereka melihat manajemen terbuka yang saya lakukan.

Dalam pilkada DKI Jakarta nanti, apakah Golkar memberikan dukungan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok?

Ahok itu dulu anak buah saya. Saya melihat sisi-sisi positif dia sebagai Gubernur Jakarta sekarang. Gaya bicaranya meledak-ledak, tapi kan pekerjaannya sukses.

Apa bentuk dukungannya ke Ahok?

Nanti kita lihat. Ahok bekerja dengan baik. DKI perlu gebrakan, yang bekerja cepat untuk pertumbuhan ekonomi kita. Karena DKI barometer, dinilai oleh negara-negara lain. Kita lihat sekarang belum juga banjir, karena dibuat embung di mana-mana. Ya, bekerja saja sambil ngomong-nya sleboran.

Artinya, Anda sudah yakin untuk memberikan dukungan tanpa syarat?

Memang alangkah bagusnya juga kalau Ahok selalu menjalin hubungan harmonis dengan legislatif dan eksekutif. Ini perlu ada chemistry yang sama karena parlemen juga ingin pemerintahnya jalan. Hal itu saya sampaikan kepada Ahok.

Soal perpanjangan masa jabatan Kapolri, bagaimana sikap Golkar?

Saya mendukung untuk kepentingan Polri ke depan. Mana yang terbaik sepanjang itu bisa memberikan kontribusi besar kepada kepentingan negara. Masalah diperpanjang atau tidak, itu semua menjadi pemikiran Presiden.

Apakah soal Kapolri ini berpengaruh terhadap perombakan kabinet karena waktunya berdekatan?

Yang saya ketahui, keputusan Presiden itu selalu mengejutkan. Orang-orang enggak tahu, tiba-tiba sudah diputuskan.

Sebagai Ketua Umum Golkar, apakah ini anugerah buat Anda?

Saya terus terang berterima kasih, bersyukur masih dikasih kesempatan sama Tuhan untuk bisa memberikan kontribusi untuk Partai Golkar. Ya, tentu ini ada hikmahnya. Saya sudah dihantam, dizalimi sana-sini. Saya dan istri suka berpikir bingung, gimana saya ini. Kita enggak pernah berbuat macam-macam, tapi ada aja. Ini jalan hidup saya. Tapi, ya, syukurlah sekarang. Pokoknya saya sekarang berhati-hatilah kalau dimintai tolong.

Apakah posisi Ketua Umum Golkar untuk mengamankan kasus-kasus?

Enggak juga. Saya tidak merasa ada kasus yang memberatkan saya. Karena yang saya jalankan itu dasarnya selalu yang betul. Kan, semua itu isu. Kalau saya baca Tempo, dideretin dari ujung ke ujung, saya kepingin nangis juga. Itu anak saya juga kasihan. Anak saya juga tanya, "Pa, itu sebenarnya gimana sih, penjahat bukan?" Saya sih enggak bisa apa-apa sama Tempo, kok saya tiba-tiba ditaruh di depan (cover).

Setelah jadi Ketua Umum Golkar, apa ambisi politik Anda?

Saya sendiri tidak punya ambisi apa-apa. Dari dulu kan diusulkan Ketua Partai Golkar jadi presiden, tapi saya sudah jelas, saya enggak mau jadi presiden. Saya syukuri saja jadi ketua partai.

Kalau jadi wakil presiden?

Saya enggak pernah berpikiran apa-apa. Sekarang jadwal saya penuh banget keliling hampir tiap hari untuk kepentingan partai. Itu yang diinginkan oleh kader saya. Saya tidak mau memikirkan masalah posisi.

Kalau kader minta Anda jadi presiden?

Ampun..., ampun..., saya berterima kasih, kalau itu saya enggak mau..., ha-ha-ha.... Dulu, waktu saya jadi Ketua DPR, saya selalu sampaikan saya enggak mau juga jadi ketua partai.

Tapi akhirnya Anda jadi Ketua Golkar....

Waktu itu keadaannya karena terbelah. Waktu itu saya ingin Golkar ini menjadi solid kembali tanpa memikirkan lebih jauh. Coba kita mulailah. Nah, sekarang biarlah saya sendirian enggak memikirkan apa-apa, supaya bikin orang, kader-kader saya yang terbaik, maju ke depan.

Memang nyaman di belakang?

Pokoknya, saya tenang-tenang saja sekarang.

Siapa yang membeli dan mendesain rumah Anda?

Background saya kan pengusaha. Jadi dulu Tuhan kasih jalan. Rumah ini dijual orang yang tidak bisa menyelesaikan administrasinya. Cuma Rp 3 miliar, 20 tahun yang lalu. Dulu harga tanah Rp 1 juta per meter. Sekarang harga tanah Rp 80 juta per meter. Rumah ini baru dibangun 11 tahun yang lalu.

Berapa luasnya?

Sekitar 1.550 meter persegi di luar bangunan.

Karena kesibukan Anda, kabarnya kesempatan ngobrol dengan istri hanya saat di kamar mandi?

Ya, benar. Saya kadang-kadang kasihan sama istri dan anak-anak saya. Tapi istri saya kan sabar. Dalam setahun itu jarang marah. Saya pulang pagi, cuma ditanya, pagi-pagi sudah disiapin pakaian. Saya baru tidur tadi malam pukul 3 pagi, bangun pukul 7 pagi. Istri saya menemani saya sambil ngobrol, "Kepengurusan sudah selesai belum, sih? Ini banyak ibu-ibu tanya."

Istri lebih cerewet?

Lebih detail. Istri saya selalu membantu pekerjaan yang sifatnya sosial. Dari dulu, di DPR juga begitu.

Setya Novanto
Tempat dan tanggal lahir: Bandung, 12 November 1954 Pendidikan: TK Dewi Sartika Bandung | SDN 5 Bandung (1967) | SMPN 73 Tebet, Jakarta (1970) | SMAN 9 Jakarta (1973) | Universitas Widya Mandala Surabaya, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi (1979) | Universitas Trisakti Jakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Manajemen (1983) Karier: Komisaris PT Dwisetia Indo Lestari, Batam (1987-2004) | Komisaris PT Bukit Granit Mining Mandiri, Batam (1990-2004) | Komisaris PT Orienta Sari Mahkota (1992-2003) | Komisaris PT Menara Wenang, Jakarta (1992-2003) | Komisaris PT Solusindo Mitra Sejati, Jakarta (1992-1996) | Direktur PT Dwimarunda Makmur, Jakarta (1992-2000) | Komisaris PT Bogamakmur Arthawijaya, Jakarta (1996-sekarang) | Founder Tee Box Cafe, Jakarta (1996-sekarang) | Presiden Komisaris Nova Group, Jakarta (1998-2004) | Presiden Direktur PT Mulia Intan Lestari, Jakarta (1999-2000) | Anggota DPR dari Partai Golkar (1999-2004, 2004-2009, 2009-2014) | Ketua Fraksi Partai Golkar (2009-2016) | Ketua DPR (2014-2015) | Ketua Partai Golkar (2016-2019)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus