Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Rinaldy Yunardi, Perancang Aksesori di Pentas Dunia

Rasa bangga Rinaldy menyiapkan karya aksesori untuk Aaron Kwok dan Madonna.

 

9 Juli 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rinaldy Yunardi. Dok Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Aksesori karya Rinaldy Yunardi ramai diperbincangkan karena dipakai penyanyi asal Kolombia, Shakira.

  • Sejumlah artis dunia pernah memakai aksesori rancangannya, termasuk Madonna.

  • Ia mulai bergelut dengan kekaryaan aksesori ketika bekerja di pabrik elektronik.

Video musik terbaru penyanyi asal Kolombia, Shakira, yang berjudul Copa Vacia menuai tanggapan positif dari Tanah Air. Musababnya, perempuan berusia 46 tahun itu memakai bandana cantik bikinan desainer aksesori dalam negeri, Rinaldy Yunardi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Rinaldy tidak asing lagi di dunia aksesori Indonesia, bahkan di mancanegara. Sebab, bukan pertama kali ini pria yang kini berusia 52 tahun itu menciptakan karya untuk penyanyi hingga artis internasional. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Untuk Shakira ini sudah kedua kali memakai karya saya," kata Rinaldy kepada Indra Wijaya dari Tempo yang menghubunginya, kemarin.

Karya Rinaldy juga sempat mampir di pergelaran Paris Fashion Week. Kali ini Rinaldy berkolaborasi dengan merek busana terkemuka Iris van Herpen. Total ada lima karya yang ia kirim untuk Paris.

Lewat sambungan telepon, Rinaldy juga bercerita tentang perjalanan kariernya yang penuh kejutan. Maklum, ia berangkat sebagai desainer aksesori lewat jalur autodidaktik. Berikut wawancara dengan Rinaldy Yunardi.



Warganet mengapresiasi karya Anda yang dipakai Shakira dalam klip video musik terbarunya. Bagaimana tanggapan Anda?
Saya sangat bersyukur dan berterima kasih bahwa karya-karya saya itu bisa membahagiakan. Kita orang Indonesia bisa berbuat sesuatu untuk negeri ini lewat karya. Jadi, semoga apa yang sudah saya karyakan bisa buat jalan untuk teman-teman lain. Mungkin bisa jadi inspirasi dan motivasi. Sangat membanggakan, sih.


Bagaimana ceritanya karya Anda bisa dipakai oleh Shakira?
Karya saya sudah dipakai selebritas internasional kurang-lebih dalam 10 tahun terakhir. Kalau Shakira, ini sudah kedua kalinya dia menggunakan karya saya. Saya selalu berkarya, kadang-kadang permintaan sesuai dengan konsep mereka, baru saya bekerja. Tapi ada juga permintaan di mana mereka melihat karya-karya saya yang sudah siap dan mereka cocok untuk pakai.

Nah, Shakira melihat karya saya yang sudah ada. Karena kalau proses untuk desain baru itu perlu waktu. Sedangkan permintaan seperti Shakira ini pasti waktunya mepet banget. Jadi, untuk antisipasi, saya keluarkan saja karya-karya saya yang sudah ada. Istilahnya tinggal menunggu jodohnya saja. Jadi, saya dihubungi dan mereka minta saya menunjukkan karya yang sudah siap. Lalu mereka yang memilih.


Shakira dan artis internasional lainnya itu meminjam atau membeli karya Anda?
Selama ini saya selalu memberikan dukungan atau support. Suatu kebahagiaan untuk saya karya saya bisa dipakai oleh selebritas internasional. Saya tidak pernah memperkenalkan nilai harga, tapi bagi saya itu nilai sejarah. Jadi, saya mendukung pembuatan klip video terbarunya Shakira.

Jadi, Shakira itu memilih bando yang agak lebar dengan warna dasar hitam dan detailnya mutiara, kristal, dan batu mulia. Jadi, kayak percikan air yang mengilap. Shakira ceritanya kan sedang pakai gaun putri duyung.


Bagaimana proses mengirim karya Anda? Apakah perlu cara khusus?
Betul, harus sangat hati-hati. Pengiriman dan cara membungkusnya juga harus hati-hati.

Bolehkah diceritakan bagaimana inspirasi Anda membuat headband yang dipakai Shakira tersebut?
Sebelumnya, saya belum tahu bando itu berjodoh dengan Shakira. Jadi, saya bikin sebuah bando yang akarnya berwarna hitam yang bisa dipakai untuk ke pesta-pesta. Kenapa hitam? Karena rambut manusia itu lebih banyak berwarna hitam.

Jadi, kalau dari kejauhan itu hanya terlihat detailnya seperti mutiara dan kristalnya. Kesannya seperti bintang-bintang di langit. Saya bikin bando itu belum lama, awal tahun ini. Kalau ada waktu, selalu saya bikin karya yang siap menunggu jodohnya, ha-ha.


Berapa lama membuat bando itu?
Kalau saya sedang dikejar tenggat, dua pekan bisa jadi. Tapi kalau enggak sedang dikejar tenggat, berarti saya bekerja pada waktu luang karena memang bikin untuk stok. Jadi, kalau dibilang sewajarnya bando ini bisa jadi dalam dua pekan.

Earpieces karya Rinaldy Yunardi untuk Iris van Herpen Fashion Week 23/24 Collection, Paris, 2023. Dok Pribadi


Karya-karya Anda juga dilibatkan dalam pameran couture karya Iris van Herpen beberapa waktu lalu. Bagaimana ceritanya Anda bisa berkolaborasi dengan mereka?
Saya belum pernah berkolaborasi dengan mereka. Ini baru pertama kali. Sebelumnya, saya sudah mengagumi karya-karya Iris van Herpen. Karena mereka mampu memadukan kreativitas, teknologi, dan fashion.

Sebelumnya, saya pernah berkolaborasi dengan merek-merek fashion dunia lainnya yang dipakai artis-artis internasional. Tapi kali ini sebuah kesempatan yang luar biasa saya bisa bantu melengkapi karya-karya Iris van Herpen.

Tiba-tiba dari pihak Iris van Herpen itu menghubungi kami. Jelas kaget sekali karena ini sebuah kesempatan yang sangat langka. Enggak gampang bisa melangkah sampai ke Paris Fashion Week. Selama ini, siapa pun juga sulit menembus slot ke sana karena persyaratan dan sejarah. Nah, ada kesempatan ini, maka jadi sebuah kebanggaan buat saya. Saya harus buat yang terbaik.

Sebulan yang lalu, Juni, saya dikontak mereka. Perasaan saya jelas deg-degan. Akhirnya saya diajak kerja sama hingga teken kontrak. Lalu kami Zoom meeting bersama desainer Iris van Herpen. Kami ngobrol panjang. Desainernya, asistennya, semua bercerita tentang konsepnya secara detail. Saya orang yang selalu banyak bertanya, terlebih dalam waktu yang sangat singkat, saya ingin dapatkan semua detail yang bisa tepat sasaran. Saya tanyakan mau sebesar apa, bentuknya lebih seperti apa dan lainnya.

Sekitar setengah jam ngobrol, mereka kirim gambar desain gaunnya, detailnya seperti apa. Lalu saya buatkan desainnya dan saya kirim ke mereka. Biasa ada koreksi dari mereka karena ini kolaborasi dan ini acara mereka, jadi harus sesuai dengan mereka. Tapi Iris van Herpen memberikan kebebasan kepada saya. Ciri khas karya saya masih ada, tinggal disesuaikan dengan gaya Iris van Herpen. Puji Tuhan, karya saya dipakai juga untuk pergelaran di Paris Fashion Week.

Berarti tidak sampai sebulan karya Anda sudah jadi dan dikirim ke Iris van Herpen. Bagaimana caranya Anda kejar tenggat?
Iya, tidak sampai satu bulan. Jadi memang kita harus berjuang untuk dapatkan sesuatu yang berharga. Jujur, saya terharu banget karya saya, karya orang Indonesia, bisa sampai di Paris Fashion Week. Karena waktu yang mepet ini, makanya saya banyak bertanya kepada mereka mau detail seperti apa. Saya ingin dapatkan penjelasan yang sangat detail biar enggak salah.

Karya saya itu ada head piece ada dua. Ada yang warna putih dengan detail pakai kulit kerang abalon. Ada yang emas dengan motif logam. Lalu ada sepasang anting emas. Terus ada anting berwarna metal gun, dan ada anting yang emas mengkilap. Total ada lima buah: head piece ada dua, anting sepasangnya satu, lalu ada dua anting lainnya.


Bagaimana tanggapan Iris van Herpen tentang karya Anda?
Tanpa harus bercerita dan berkata-kata. Karya saya kalau sudah dipakai dan tampak indah, itu sudah ucapannya. Ini masih berjalan, pasti nanti ada pembahasan lebih lanjut dengan mereka. Mungkin ucapan terima kasih atau apalah. Nah, ini belum.


Selain waktu mepet dan desain busana Iris van Herpen yang rumit, apakah ada tantangan lain?
Tantangan selalu ada karena saya ingin berkreasi lebih dan lebih. Kalau ini tantangannya berat karena kolaborasi pertama. Jelas saya ingin karya saya bisa diterima dan cocok dengan karya mereka.

Ini berat sekali ujian untuk saya karena saya pemain baru untuk Paris Fashion Week. Pokoknya, karya saya harus cocok banget dengan gaun mereka. Selain itu, dari sisi teknik pembuatan karya jadi tantangan. Setidaknya saya harus bikin sesuatu yang baru.

Headpieces dan Earpieces karya Rinaldy Yunardi untuk Iris van Herpen Fashion Week 23/24 Collection, Paris, 2023. Dok Pribadi


Bagaimana Anda memulai karier sebagai desainer aksesori? Sebab, sebelumnya sempat bekerja di sebuah perusahaan ban dan pabrik elektronik milik saudara Anda?
Saya sudah berkarya 27 tahun. Saya lulusan SMA tahun 1990. Ketika itu kan fashion Indonesia belum berkembang seperti saat ini. Saya pun bukan berasal dari kalangan fashion. Saya enggak kuliah juga. Jadi, mengenal fashion berjalan dengan waktu saja. Dimulai dari saya bekerja sebagai marketing di perusahaan ban mobil tiga tahun lebih. Lalu saya saat itu berpikir, apakah itu masa depan saya? Tapi saat itu saya enggak ada pilihan, jadi jalani saja dulu.

Setelah itu saya bertemu dengan teman-teman di dunia fashion. Saya bertemu dengan Kim Tong yang sangat berjasa buat saya. Dia memperkenalkan saya dengan tiara atau mahkota. Saat itu dia bilang saya enggak cocok kerja di balik meja. Saya cocoknya marketing saja berdasarkan pengalaman saya sebelumnya. Saat itu saya menjual tiara tanpa tahu bagaimana cara membuatnya. Jadi, mereka hanya impor dan dijual di sini. Berjalannya waktu, perkembangan fashion Indonesia masih lesu. Akhirnya penjualan tiara ini tidak terlalu besar, lalu saya undur diri dan bekerja di pabrik elektronik milik kakak saya.

Di pabrik elektronik itu saya bantu manajemen dan pembukaan. Nah, di situ saya banyak iseng main-main di belakang pabrik itu. Saya bermain dengan kawat, solder, dan akrilik semacamnya. Sangat sulit dijelaskan apa yang saya lakukan. Tiba-tiba jadi saja sebuah tiara. Lalu saya tawarkan ke taman-taman desainer, ternyata sangat diterima. Di situlah awalnya saya mulai berkarya dan bereksperimen sampai saat ini terus bereksperimen.

Kan membingungkan, ya, cuma iseng di pabrik elektronik malah bisa bikin tiara. Jadi, kalau Tuhan sudah memberikan pertanda dan kesempatan, dan puji Tuhan saya terima itu tanpa menyerah sampai jadi sekarang. He-he.


Seperti apa tantangan dan kesulitan yang Anda alami saat memulai karier sebagai desainer aksesori?
Kesulitan tentu pengetahuan fashion dan teknisnya sangat minim. Tantangan ini saya hadapi dengan percaya diri, eksperimen, keteguhan hati, dan pantang menyerah. Tantangan berikutnya adalah mencari bahan, penggunaan bahan, teknik segala macam, harus saya pelajari. Bahan mana yang cocok dan lainnya. Memang sulit cari bahan yang ingin kita pakai di Indonesia. Dengan bahan yang sederhana ini, saya harus berani bereksperimen membuat sebuah karya. Kadang saya gagal. Tapi kalau enggak gagal, saya enggak tahu bagaimana caranya berhasil.


Bagaimana ceritanya Anda bisa membuat merek produk Anda sendiri?
Karena berjalannya waktu dan kesempatan dari kawan-kawan desainer, terbukalah kesempatan saya berkolaborasi. Tapi bukan lewat karya tiara, tapi aksesori lain, seperti head piece, anting, gelang, kalung, untuk melengkapi karya mereka. Saya tidak memproklamasikan diri sebagai desainer aksesori saat itu. Karena saya belum mengerti. Tapi lewat teman-teman desainer, pencinta aksesori, saya diakui sebagai desainer aksesori.


Bagaimana cara Anda belajar tentang mode aksesori?
Saya tidak belajar (secara khusus). Saya belajar dari guru-guru saya, ya, teman-teman saya itu. Dulu belum ada Internet. Paling cari tahu dari majalah, beli buku-buku. Terutama orang tua dan kakak-kakak saya yang mendukung dan meyakinkan saya berkarier sebagai desainer aksesori.


Apakah kemampuan Anda merancang aksesori ada hubungannya dengan ayah Anda yang juga seorang perajin kerajinan tangan dan bagaimana peran Ayah atau sosok penting lain dalam perjalanan karier Anda?

Iya. Dulu papa saya wirausaha bikin tas sekolah dari kulit. Mungkin itu ada turunan seni. Mama saya juga punya tangan terampil banget membuat bunga dari kertas krep. Mama saya sempat mengajar anak-anak bikin kerajinan. Jadi, mungkin kombinasi dari papa dan mama ya, he-he.

Karya-karya Anda pernah dipakai oleh selebritis dunia, dari Mariah Carey, Katy Perry, sampai Taylor Swift. Bagaimana ceritanya karya Anda bisa dipakai oleh mereka?

Sekitar 10 tahun lalu, saya enggak mengira karya saya bisa melangkah jauh sampai internasional. Saya hanya berkarya di Indonesia. Ya, memang ada permintaan dari pengantin luar negeri. Lalu saya ada kerabat yang sangat dekat. Dia menyarankan saya untuk go international. Dia punya kawan di Hong Kong. Kebetulan seorang penyanyi ingin bikin klip video. Itu pertama kalinya saya kirim karya untuk artis luar negeri. Saya kirim ke Hong Kong dan karya saya dipakai. Eh, dari satu artis ternyata bisa dikenal sama artis lain. Memang kalau kita lihat, artis Amerika Serikat itu suka melirik Hong Kong untuk datang ke sana.

Lalu karya saya dilirik oleh klien di luar Asia. Satu per satu mulai mengenal saya. Itu benar-benar perjuangan. Perbedaan waktu menjadi kendala. Saya sampai enggak tidur karena ngobrol dengan klien sampai pukul tiga pagi. Ini sangat bernilai buat saya. Akhirnya, dari luar itu minta terus ke saya. Sampai saya kehabisan kata-kata. Karena jujur saya enggak pernah bermimpi sampai seperti ini. Jangan jauh-jauh dulu, saya enggak punya mimpi jadi desainer aksesori seperti sekarang. 

Siapa lagi artis luar negeri yang pakai karya Anda?
Sebenarnya, sebelum Katy Perry, ada Erykah Badu, dulu terkenal banget. Yang paling meledak itu saat karya saya dipakai Katy Perry. Lalu berlanjut sampai sekarang sampai saya bingung urutannya, he-he.

Siapa artis luar negeri yang paling berkesan untuk Anda?
Kalau di Asia, tentu Aaron Kwok, karena pada zaman itu banyak orang yang suka dengan gaya busananya. Lalu kalau artis Amerika Serikat itu Madonna. Zaman dulu, kalau mau tahu tentang Madonna, kan cuma lewat kaset, poster, dan radio. 

Saya memang mengagumi Madonna karena aksi panggungnya. Busananya itu luar biasa. Sebuah kehormatan banget ketika Madonna meminta saya membuatkan karya untuk dia. Sebuah ujian yang berat juga buat saya waktu itu. Saat itu saya diminta membuat karya untuk dipakai Madonna di Met Gala. Tapi saya enggak dikasih tahu diminta buat apa. Itu ujian sangat berat.


Anda buat karya untuk Madonna itu kapan dan apa yang Anda buat?
Dalam acara Met Gala 2018 itu dia jadi bintang utama. Jadi dia tampil juga. Kalau enggak salah temanya waktu itu army. Jadi yang dikenakan itu tiara. Kenapa? Karena saya tahu dia Queen of Pop. Nah, sebagai ratu, sudah pasti dia pakai tiara, dong. Dia sering ambil inspirasi dari salib. Karena itu, saya bikin tiara dengan detail-detail salib. Puji Tuhan, karya saya dipakai.

Headpieces dan Earpieces karya Rinaldy Yunardi untuk Iris van Herpen Fashion Week 23/24 Collection, Paris, 2023. Dok Pribadi


Apa saja sumber inspirasi Anda dalam berkarya selama ini? 
Memang banyak orang tanyakan ini. Tapi dasar saya dalam berkarya adalah mencintai. Kalau kita mencintai, kita akan menjaga dan mengembangkan serta bikin yang terbaik. Kalau inspirasi itu selama 27 tahun ini banyak sekali yang saya temukan dan pelajari. Jadi, itu terkumpul dalam diri saya. Sumber inspirasi saya bisa dari mana saja. Kolaborasi dengan teman-teman bisa jadi sumber inspirasi saya.


Pasar terbesar Anda di dalam negeri atau luar negeri? 
Tetap di Indonesia. Karena saya memang tetap ingin memajukan industri dalam negeri. Sembari berproses nanti suatu saat siapa tahu bisa bikin di luar negeri.

Lalu bagaimana selera pasarnya?

Untuk selera itu, di Indonesia sudah tidak lagi bergantung pada luar negeri. Kita bisa mengeksplorasi budaya dalam negeri. Saya sering angkat teknik dan karya dari budaya Indonesia. Pokoknya, kita harus bikin karya yang maju ke depan.


Apakah ada kiat atau tip untuk anak muda yang sedang merintis karier menjadi desainer aksesori?
Tipnya, harus sadar diri dulu kita bisanya apa. Kalau ingin maju, ya, cobalah menciptakan karya yang ada dari dirinya. Percuma muncul sebagai desainer aksesori tapi meniru produk orang. Kalau mau diakui, ya, tentu harus jadi diri sendiri, jangan sekadar meniru. Sebab, tujuan kita kan memperkaya budaya Indonesia.


Apa saja hobi Anda?
Saya orang yang enggak punya hobi. Kadang saya bingung karena banyak orang yang nyuruh saya jalan atau melakukan hal lain. Tapi bagi saya, pekerjaan saya ini hobi saya. Waktu saya padat karena dituntut berkarya terus. Paling kalau santai, nonton Netflix saja, menonton film yang imajinatif. Saya hindari menonton film setan dan pembunuhan yang ujung-ujungnya bikin saya semakin stres. Jadi, lebih banyak film tentang fantasi, budaya, dan sebagainya. Tontonan itu bisa berikan sesuatu yang baru buat inspirasi saya saat berkarya nanti.


Profil

Nama: Rinaldy Aviano Yunardi
Lahir: 13 Desember 1970 
Usia: 52 tahun
Pekerjaan: desainer aksesori
Tahun aktif: 1995 sampai sekarang

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus