Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Musim hujan tiba. Tapi, belum sampai puncaknya, sejumlah daerah sudah dilanda bencana banjir. Yang paling parah terjadi di Manado pada 15 Januari lalu. Curah hujan 185 meter kubik per detik membuat Sungai Sawangan dan Tondano kewalahan menampung debit air hujan sehingga tumpah ke daratan—dan merenggut 13 nyawa.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya menegaskan, banjir di Manado terjadi akibat anomali cuaca. Penyebabnya adalah depresi atau tekanan badai tropis rendah yang terjadi di Mindanao atau Filipina Selatan. "Biasanya tekanan rendah di Filipina tidak berpengaruh ke kita. Ini langka," kata Andi. Ia mencatat curah hujan di Manado tahun lalu hanya 10 meter kubik per detik.
Curah hujan sampai Februari, menurut Andi, masih akan tinggi. Hampir 50 persen wilayah Indonesia gelap berawan. Sedangkan perairan Sumatera, Kalimantan, Jawa, juga Selatan Sulawesi dan Ambon bakal mengalami gelombang tinggi hingga tiga-empat meter. Untungnya, badai tropis diyakini tidak akan masuk Indonesia karena badai mempunyai sifat gerak menjauhi lintang tropis—letak geografis Indonesia.
Pada musim hujan dan banjir seperti sekarang, telepon seluler Andi terus berteriak. Dari seberang sana, atasan, kolega, dan wartawan mengajukan pertanyaan. Tak terkecuali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Andi, pemerintah ingin BMKG terus memberi informasi sedini mungkin tentang cuaca dan pengaruhnya. Informasi ini dijadikan proses pembuatan keputusan.
Ditemani secangkir teh hangat, Andi betah duduk berlama-lama menjawab pertanyaan Nugroho Dewanto, Heru Triyono, dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo dari Tempo di kantornya di lantai 12 gedung BMKG, Kemayoran, Kamis pekan lalu. Kantong matanya agak menghitam, tanda lelah—ia baru pulang dari perjalanan dinas ke Makassar kemudian langsung ke Istana Negara untuk mengikuti rapat kabinet.
Pada awal musim hujan biasanya tidak terjadi depresi (tekanan rendah) di wilayah utara, tapi kok muncul? Tanda-tanda cuaca apa ini?
Ini anomali cuaca. Agak berbeda dari biasanya memang. Anomali itu jika cuaca tidak seperti kejadian pada umumnya.
Penyebabnya?
Depresi atau tekanan badai tropis rendah yang terjadi di Mindanao atau selatan Filipina. Biasanya tekanan rendah di Filipina ini tidak berpengaruh ke kita, agak jarang.
Karena anomali cuaca ini, Manado diterjang banjir besar....
Iya. Depresi ini membuat gumpalan awan di langit Manado, yang di dalamnya terdapat curah hujan tinggi. Saat banjir kemarin mencapai 185 meter kubik per detik. Padahal tahun sebelumnya pada waktu yang sama hanya 10 meter kubik per detik.
Apakah ini pengaruh dari ekor topan Haiyan di Filipina?
Bukan. Ini depresi. Jadi depresi ini mengisap udara di sekitarnya menjadi sekumpulan awan. Kalau dilihat dari satelit memang mengkhawatirkan. Awannya tebal sekali. Ini berbeda dengan yang terjadi pada 2001. Hujan besar, tapi tidak separah ini.
Anomali cuaca seperti ini siklus berapa tahun?
Tidak bisa ditebak. Yang pasti ini terkait juga dengan pemanasan di lautan utara Papua yang agak panas, dan memicu terjadinya depresi.
Titik-titik depresi awan, selain di utara (Manado), di daerah mana lagi?
Tidak ada lagi. Di selatan ada, tapi jauh sekali. Jadi tidak berpengaruh ke wilayah Indonesia.
Bagaimana dengan Jakarta? Apakah memiliki depresi juga di langitnya?
Awan di atas Jakarta juga tebal (diindikasikan warna kuning pekat di dalam peta satelit). Menurut catatan kami, pada 8 Januari 2014, curah hujan di Jakarta mencapai 574 meter kubik per detik. Kemudian, pada 10 dan 11 Januari 2014, curah hujan rata-rata 571 meter kubik per detik dan 674 meter kubik per detik. Ini termasuk tinggi.
Dibanding curah hujan tahun lalu?
Tahun lalu lebih tinggi lagi. Pada 17 Januari 2013 sampai 1.300 meter kubik per detik. Itu artinya lima kali jumlah air yang ada di Sungai Brantas tumpah di Jakarta.
Curah hujan tahun ini sebetulnya lebih kecil, kemudian banyak program normalisasi sungai dan waduk. Kenapa Jakarta masih banjir?
Air kalau turun ke bumi mengalami tiga hal: menguap, meresap, dan mengalir. Kalau menguap, kecil kemungkinannya, itu tidak terjadi di Indonesia. Kecuali panas sekali. Jadi cuma ada dua kemungkinan: meresap dan mengalir. Meresap tergantung fungsi ruang terbuka hijau. Kalau mengalir tergantung tata kelola saluran air dan sungai.
Apakah permukaan tanah di Jakarta cukup untuk menyerap curah air hujan yang tinggi?
Di Jakarta, yang saya tahu, hanya 20 persen peresapannya. Artinya, kalau 1 liter air jatuh ke tanah seluas 1 meter persegi, hanya 0,2 liter yang diserap. Sisanya mengalir. Ke mana? Ya lewat got dan sungai.
Pengelolaan air hujan agar meresap dan mengalir lancar masih kurang?
Di dalam proses mengalir dari pegunungan ke laut ada hambatan: air pasang. Maka air susah mengalir--tidak bisa ke laut. Terjadi rob, misalnya, sehingga ini tentu butuh pengelolaan air yang cukup bagus, baik dari peresapan maupun pengalirannya.
Selain depresi tadi, apa pemicu hujan dengan intensitas tinggi ini?
Salah satunya bibit badai tropis yang terjadi di Australia.
Bibit badai ini masuk ke Indonesia dalam bentuk apa: badai atau hujan?
Bukan masuk ke Indonesia. Badai itu tidak bahaya pada titik mata atau pusatnya saja, tapi ada ekornya. Nah, kita lebih banyak terkena dampak ekornya. Misalnya dalam bentuk embusan angin yang kuat, bisa sampai 40-50 kilometer per jam, atau dengan adanya aktivitas pertumbuhan awan yang aktif.
Ditandai dengan apa jika bibit badai tropis ini akhirnya masuk ke Indonesia?
Bisa dengan peningkatan kecepatan angin. Misalnya di atas 20 knots atau 37 kilometer per jam. Atau gelombang tinggi di atas 2,5 meter. Hujan lebat dan angin kencang juga bisa. Kondisi tersebut bertahan tiga hari atau lebih.
Lalu bagaimana mengantisipasi dampak bibit badai tropis itu?
Bila terjadi angin kencang dalam kurun yang lebih lama dari satu hari, agar waspada. Rakyat perlu memperhatikan peringatan dini dari BMKG melalui televisi, radio, atau media cetak.
Apa dampak paling buruk untuk cuaca di wilayah Indonesia?
Seperti di Manado. Kalau bibit badai tropis ini menjauh atau menghilang, ya, kita normal saja. Tapi kebanyakan badai menjauh dari wilayah kita.
Kok, bisa?
Badai mempunyai sifat gerak menjauhi lintang tropis. Kita beruntung berada di garis khatulistiwa (ekuator). Di peta, garis ekuator sering juga disebut garis lintang nol derajat. Artinya, badai dari Selatan selalu menjauh ke Selatan. Kemudian yang dari Utara, ya, menjauh ke Utara. Posisi di ekuator menjadikan kita hanya terkena dampak tidak langsung saja, baik cuaca yang ada di belahan bumi selatan maupun utara.
Termasuk dampak polar vortex atau pusaran kutub, yang merupakan penyebab gelombang dingin di Amerika Serikat?
(Andi memperlihatkan gambar bumi bagian atas.) Di gundul bumi itu ada aliran vortex yang dingin. Pusaran Kutub faktanya bisa tertarik ke bawah (bumi bagian bawah). Indonesia bisa saja kena, tapi ya jauh.
Mengapa?
Karena ada udara panas. Udara panas itu ringan sehingga ia menjorok ke udara dingin. Nah, merembeslah pusaran kutub yang dingin ke bumi bagian tengah, lalu terus ke bawah. Vietnam mengalami hujan salju karena merembes ini. Juga di Timur Tengah (Mesir).
Merembes (pusaran kutub) ini pengaruhnya bisa sampai wilayah mana?
Sampai Asia bagian bawah. Termasuk Vietnam tadi, kemudian ke selatan, masuk ke Cina. Tapi tidak masuk ke ekuator (garis khatulistiwa).
Indonesia bagaimana?
Kalau rembesnya ke Amerika, di Eropa tidak berpengaruh. Tapi, kalau terjadi di Siberia, kita harus hati-hati. Sebab, kalau sampai rembesan tersebut menyentuh Hong Kong dan perbedaan suhu itu sangat tinggi, artinya tiga-empat hari lagi pengaruhnya akan sampai di Indonesia. Kalau itu pada puncak musim hujan seperti ini, kita harus waspada.
Mengapa Siberia yang dijadikan patokan?
Karena wilayahnya dekat sekali dengan kita. Memang tidak masuk ke ekuator, tapi masuknya karena pergerakan udara. Udara dingin itu bergerak, semakin turun dan semakin turun. Udara dingin itu membawa uap, jadi ada pengaruhnya terhadap monsoon (angin musim) di Indonesia.
Gonta-ganti cuaca ini bagian dari pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim (climate change)?
Tidak selalu bisa dibilang begitu. Dari segi teoretis memang ada dampak dari global warming karena ada pumpunan energi yang besar untuk pemanasan global, sehingga polanya, ya, kenaikan suhu atau pergantian cuaca. Trennya memang suhu naik.
Apakah Indonesia memiliki potensi mengalami perubahan cuaca secara ekstrem, misalnya turun salju seperti di Vietnam dan Mesir?
Salju mungkin tidak, tapi hujan es iya. Itu di Bandung sudah terjadi.
Seberapa jauh cuaca ekstrem, seperti curah hujan yang abnormal di Indonesia, bisa dilakukan intervensi dengan modifikasi cuaca?
Kalau awannya masif, modifikasi cuaca tidak efektif. Kalau awannya tunggal, mungkin bisa dipindahkan, tapi wilayahnya luas sekali. Sekian ton garam juga tidak efektif. Repot sekali. Karena pergerakan awannya cepat.
Dengan anomali cuaca seperti ini, apakah akan lahir titik banjir baru di Indonesia?
Yang diwaspadai bukan titik banjir, melainkan penyebabnya. Kalau depresi tidak ada, ya, titik banjir tidak ada, karena dampaknya berkorelasi langsung.
Apakah kondisi cuaca sekarang untuk penerbangan dan pelayaran masih aman?
Aman. Tapi tentu pada jam-jam tertentu ada awan-awan yang harus dihindari. Mesti belok dulu. Namun di perairan Sumatera, Kalimantan, Jawa-Kalimantan, selatan Sulawesi, dan selatan Ambon gelombang bisa mencapai empat meter. Informasi selalu kami kirimkan ke syahbandar, sehingga membantu mereka membuat keputusan.
Angin puting beliung beberapa kali menghantui masyarakat. Terakhir puluhan rumah di Bali rusak karena angin tersebut. Apakah BMKG memiliki teknologi untuk mendeteksinya?
Itu sulit sekali. Cepat sekali lenyap. Kalau tornado di daerah utara dan selatan bisa dimonitor terus keberadaannya. Kalau puting beliung langsung hilang. Harus dibangun puting early warning system. Tapi itu memang sulit. Namun tanda-tandanya sudah kami sebarkan kepada masyarakat. Kalau cuaca mendung tapi ada suatu daerah betul-betul disinari matahari, nah itu harus waspada. Tiba-tiba ada angin, karena ada perbedaan tekanan udara, langsung wuzz.
BMKG pernah menyebutkan bahwa di Jakarta akan turun hujan, tapi nyatanya hanya berawan. Dari situ banyak yang menilai informasi cuaca dari BMKG tidak akurat. Pendapat Anda?
Itu tantangan kami. Sekarang kami mencoba memperbarui bukan 12 jam lagi, melainkan 3 jam. Tentu memerlukan teknologi, namanya numerical weather simulation. Sebentar lagi akan kami buat web untuk menjelaskan cuaca di tiap kabupaten. Lebih detail lagi.
Apa upaya BMKG untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat terhadap informasi cuaca?
Ada beberapa sebenarnya. Salah satunya informasi lewat pesan pendek. Masyarakat cukup kirim C0 ke 2303, maka BMKG akan membalas kondisi cuaca dan temperatur di daerah yang dimaksud. Misalnya C0 Medan kirim ke 2303. Silakan coba, itu sudah jalan.
Sampai kapan anomali cuaca ini terus terjadi?
Sampai Februari. Hampir 50 persen wilayah Indonesia gelap. Curah hujannya bisa mencapai 500 meter kubik per detik. Maret sudah berkurang. Namun Kupang dan Ende, juga beberapa wilayah di Nusa Tenggara, baru mulai masuk musim hujan.
Andi Eka Sakya
Tempat dan tanggal lahir: Solo, 4 September 1957 Pendidikan: l Department of Aeronautical Engineering Nagoya University, Jepang, Dr Eng (1994) l Department of Aeronautical Engineering Nagoya University, Jepang, M.Eng (1991) l Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung (1982) Karier: l Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (2013-sekarang) l Sekretaris Eksekutif Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (2006-2013) l Asisten Deputi Menteri untuk Prioritas dan Program Penelitian Strategis Kementerian Riset dan Teknologi (2003-2005) l Asisten Deputi Menteri Perencanaan Program Kementerian Riset dan Teknologi (2000-2003) l Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Aero-Gas Dinamika dan Getaran Teknologi, Aero-Gas Dinamika dan Getaran Laboratorium Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (1994-2000) |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo