Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Medina Warda Aulia, Catatan Wangi Catur Putri

Medina Warda Aulia merupakan pecatur putri pertama Indonesia yang menembus babak 16 besar Piala Dunia.

 

13 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pecatur Indonesia IM Medina Warda Aulia berpose di sela-sela Piala Dunia Catur 2023 di Baku, Azerbaijan, 2023. Dok. PERCASI/Kristianus Liem

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Medina Warda Aulia menjadi pecatur putri Indonesia yang berhasil melaju hingga babak 16 besar Piala Dunia Catur.

  • Sayangnya, ikhtiar perempuan bergelar International Master melenggang ke babak delapan besar kandas setelah kalah oleh wakil Bulgaria.

  • Kini, Medina bersiap mengikuti pelatihan persiapan Asian Games bersama pelatnas Percasi.

Catatan apik terukir di dunia catur Indonesia. Atlet catur Medina Warda Aulia berhasil mencatatkan prestasi wangi dalam FIDE World Cup atau Piala Dunia Catur 2023 di Baku, Azerbaijan. Perempuan berusia 26 tahun itu menjadi pecatur putri Indonesia pertama yang bisa melaju sampai babak 16 besar di piala dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sayangnya, di laga babak 16 besar, Medina tersingkir. Ia dikalahkan oleh pecatur Bulgaria, Nurgyul Salimova, lewat babak tie-break atau pertandingan tambahan. Musababnya, dua laga sebelumnya, yakni pada Kamis dan Jumat lalu, berakhir remis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lewat unggahan di media sosial miliknya, Medina sempat meminta maaf kepada warganet Indonesia lantaran gagal menembus babak delapan besar atau perempat final. Tak lupa, Media mengucapkan terima kasih kepada warganet yang mendukungnya. 

Medina memang cukup dekat dengan fan-nya di media sosial. Selama bertanding, ia masih sempat mengunggah ulang unggahan fan yang berisi dukungan kepadanya. “Semoga turnamen berikutnya saya bisa memberikan yang terbaik lagi. Terima kasih, kalian luar biasa,” demikian Medina menulis. 

Jumat lalu, Indra Wijaya dari Tempo berkesempatan mewawancarai Medina secara daring, beberapa jam setelah ia menuntaskan laga kedua melawan Salimova. Dalam wawancara tersebut, perempuan bergelar International Master atau IM itu bercerita tentang perjalanannya bertanding di Piala Dunia Catur 2023 hingga perjuangan kerasnya menjadi pecatur kelas dunia. Berikut ini wawancara dengan Medina. 


Bagaimana jalannya pertandingan di babak 16 besar melawan Nurgyul Salimova dari Bulgaria? Apakah sebelumnya pernah bertanding melawan dia?

Belum pernah bertanding melawan dia. Kalau jalannya pertandingan, pada babak pertama dan kedua posisi saya unggul semua. Memang ada kans menang saat pertandingan pertama. Cuma saya salah kalkulasi sehingga hasilnya seri. Di pertandingan kedua, saya juga unggul, tapi tipis banget. Jadi, misalnya lawan enggak salah langkah pun, hasilnya tetap draw. Akhirnya, dua kali draw. Kalau pertandingan seperti ini, lawan sudah sangat profesional. Kalau misalnya mereka salah jalan pun, pasti hasilnya tetap draw

Bagaimana persiapan Anda untuk pertandingan penentuan di babak 16 besar? 

Persiapan seperti biasa saja. Mungkin besok (pertandingan selanjutnya) agak santai karena pertandingan tie-break cuma 25 menit, jadi cepat. Kalau dua kali pertandingan tadi, waktunya standar, bisa berjam-jam. Mungkin yang harus dilatih saat bermain adalah jangan terlalu lama berpikir karena waktunya lebih sedikit. 

Saya besok harus optimistis. Tapi, yang saya lihat dari lawan Nurgyul Salimova, dia punya kelemahan, waktunya beda jauh. Saya unggul waktu banyak banget. Saya masih punya waktu satu jam, tapi dia cuma 22 menit. Mungkin itu salah satu keunggulan yang akan saya gunakan karena dia berpikirnya agak lama. 

Bagaimana perasaan Anda bisa melaju sejauh ini di Piala Dunia? 

Pastinya senang. Alhamdulillah bisa bermain dengan baik dan bisa mencetak sejarah dua kali, yakni bisa lolos ke babak 32 besar dan 16 besar. Tahun lalu, saya cuma sampai babak kedua. Jadi, target saya sebenarnya untuk Piala Dunia tahun ini cuma lolos sampai babak ketiga. Tapi hasilnya babak ketiga lolos, dan babak keempat pun lolos. Jadi, sebenarnya saat ini sudah sangat melampaui target. Tapi, karena kita bermain, pasti maunya menang terus, he-he-he. 

Intinya, optimistis untuk bisa masuk ke babak delapan besar. Jadi, pastinya senang. Tapi, karena sedang bertanding, saya tidak boleh terlalu senang ataupun terlalu sedih. Saya harus stabil emosinya, perasaannya. Tapi, kalau ditanya senang atau enggak, ya, pasti senang. Ini juga jadi hadiah untuk Indonesia, terutama di dunia catur. Seperti ada kemajuan lagi di dunia catur dan prestasi baru. 

Suasana FIDE World Cup 2023 di Baku, Azerbaijan, Agustus 2023. Facebook/FIDE

Pertandingan yang paling berkesan sejauh ini saat melawan siapa? 

Pertandingan paling menegangkan adalah saat di babak kedua melawan pecatur Spanyol, Khadem Al Syarieh Sarasadat. Memang rankingnya jauh di atas saya. Sarasadat itu unggulan ke-13 untuk kompetisi saat ini. Pada babak pertama, saat saya menang, malah saya bermain santai. Tapi, saat pertandingan kedua, yang di atas kertas hasilnya remis saja saya sudah lolos, itu malah berat. Lebih deg-degan. Tapi akhirnya tetap fokus, bisa menemukan kombinasi yang di akhir end game itu saya bisa menang satu pion. Dengan end game itu, menteri sama benteng dengan hasil seperti itu pasti draw. Di akhir, saya sempat salah langkah, tapi masih bisa saya atasi dengan hasil draw itu. 

Saya, kalau bertanding, yang utama itu lebih pada tenang. Sebab, kalau saya terlalu pesimistis atau bahkan terlalu optimistis, malah seringnya salah langkah. Kalau terlalu optimistis, biasanya mainnya seperti cepat-cepat ingin segera menang. Sementara itu, kalau terlalu pesimistis, saya kurang aktif dan jadi takut-takut. Jadi, setiap main catur, apa pun kondisinya, saya harus berfokus ke papan dan ke permainan. Harus di tengah-tengah, enggak terlalu optimistis ataupun pesimistis. 

Bagaimana Anda bisa tampil di Piala Dunia ini? Benarkah awalnya Indonesia mendapat wild card?

Karena tim putri Indonesia saat Olimpiade masuk 24 besar dunia, kami dikasih wild card oleh FIDE untuk mengirim salah satu pecatur putrinya. Saat mendapat wild card ini, di Indonesia dilakukan seleksi. Nah, seleksinya harusnya bertiga: saya, Kak Irene Kharisma Sukandar, sama Kak Dewi Citra Ardhiani Anastasia. Tapi, karena Kak Irene sudah jadi komentator di sini, dia memutuskan mengundurkan diri, enggak ikut seleksi. Saya seleksinya sama Kak Citra. 

Nah, saya yang menang, jadi saya yang berangkat. Sementara di putra, yang menjalani seleksi untuk satu tiket wild card itu Kak Susanto Megaranto dan Novendra Priasmoro. Lalu Kak Susanto yang menang dan berangkat. Kalau tahun lalu, saya enggak mendapat wild card. Yang mendapat wild card Kak Susanto Megaranto dan Kak Irene Kharisma Sukandar. Sementara itu, saya lolos karena menjadi juara zona Asia. 

Sudah berapa lama di Baku? Apakah ada kendala makanan atau cuaca?

Saya sampai di Baku pada 29 Juli lalu. Sejauh ini, untuk makanannya cocok-cocok saja, tapi tetap saja ya, saya cari makanan Thailand, seperti tom yam. Untuk makanan, sebenarnya tidak ada yang spesial, tapi masih mending-lah, ada rasa-rasanya. Sebab, di Eropa kan makanannya kebanyakan tidak berasa. Jadi, di sini masih mending ada rasa-rasanya. 

Yang menarik di sini itu arsitektur bangunannya. Di sini seperti percampuran Eropa dengan Mediterania. Kemarin, saat saya jalan-jalan di semacam kota tua, bangunannya bagus-bagus. Apalagi kalau malam-malam karena pencahayaan lampu juga. Bangunan di sini seperti ada gaya Eropa, tapi ada Mediterania-nya juga. Mungkin karena di sini mayoritas penduduknya Islam, ya. Jadi, seperti percampuran Turki dan Eropa begitu. Untuk cuaca sih, bagus, ya. 

Bagaimana Anda mengenal dunia catur? Kabarnya ada peran ayah Anda, termasuk memberi janji membelikan mainan Barbie? 

Awalnya pada 2006, di umur 9 tahun. Saya memang diikutkan les bermacam hal oleh orang tua saya karena mereka ingin tahu bakat saya apa. Tapi, suatu ketika, ayah buka catur karena ada turnamen di perusahaan. Saat itu saya suka Barbie, lalu saya tanya-tanya bidak di catur karena ada menteri, raja, dan lainnya. Jadi, saya melihat catur seperti boneka Barbie. Saya sejak kecil dibiasakan, kalau mau minta dibelikan sesuatu, harus juara satu di sekolah atau harus ada prestasinya dulu. Jadi, saat saya kepingin Barbie yang mahal seharga Rp 500-700 ribu, ayah saya mengiming-imingi, “Mau boneka Barbie, enggak? Tapi harus belajar main catur dulu,” he-he-he. 

Lalu, ya sudah, saya ikut latihan dan ternyata memang saya ada bakat di catur. Baru tiga bulan latihan catur, saya langsung juara Kejurda DKI Jakarta. Setahun kemudian, juara nasional untuk kelompok umur 10 tahun kalau enggak salah. Dua tahun kemudian, jadi juara dunia antar-pelajar. 

Pecatur Indonesia IM Medina Warda Aulia diwawancarai di sela-sela FIDE World Cup 2023 di Baku, Azerbaijan, Agustus 2023. YouTube/FIDE

Lalu?

Setelah itu, Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) bikin sebuah program untuk mencetak Grand Master kedua dan termuda. Saat itu muncul Kak Irene pada 2008. Lalu, pada 2009, Percasi mencari bibit baru lagi, perempuan. Ada kami berempat dari hasil seleksi nasional. Saya, Kak Chelsie (Chelsie Monica Ignesias Sihite), Kak Citra (Dewi Citra Ardhiani Anastasia), dan kakakku. Cuma, dari latihan-latihan berempat, kakak saya sudah beda fokus. Akhirnya tersingkir. Lalu Kak Citra ingin pulang ke Kalimantan, akhirnya tersingkir. Dan yang paling sering berlatih, ya, saya dan Kak Chelsie. Pada 2011, masih berempat, dan setahun kemudian sudah bertiga atau berdua. 

Kemudian, pada 2010, Percasi menyewa pelatih dari Rusia untuk tim Indonesia. Kami latihan secara intensif dari Senin sampai Sabtu. Karena saya sekolah, latihannya dari sore pukul 14.30 sampai malam, pukul 22.00. Jadi, saya sampai rumah seringnya pukul 22.30 atau 23.00 WIB. Kak Citra itu sekolahnya mungkin homeschooling, yang mulai masuk pelatihan pukul 10.00. Sekolahnya lebih mendukung mereka untuk ikut latihan catur. Jadi, saya latihan dari Senin sampai Sabtu. Karena saya sudah masuk Pelatda DKI, Sabtu dan Minggu saya masih latihan. Jadi, setiap hari latihan saat masih SMP. Lalu, pada 2013, saya berhasil mendapatkan WGM. 

Apakah Anda sempat penat atau lelah atas jadwal padat sekolah dan lain-lain? Bagaimana cara mengatasinya?

Pasti saya pernah merasakan kenapa saya harus melakukan ini. Saya saat itu sekolah di salah satu sekolah favorit, tapi ada guru yang sempat enggak suka dengan saya yang sering izin-izin. Jadi, setiap saya masuk sekolah, suka banget tanya pelajaran. Biasanya kan pertandingan atau kompetisi catur itu di Eropa. Biasanya pesawat saya baru mendarat pukul 01.00 atau 01.30 dinihari, tapi pukul 04.30-05.00 subuh saya sudah harus sekolah.

Saat itu, kata mama saya, saya sudah terlalu banyak izin. Kalau misalnya ketemu guru yang saya maksud tadi, pasti saya disuruh maju dan menanyakan saya sebuah pelajaran yang saya enggak ikuti karena izin bertanding. Ya, saya enggak tahu, dong. Seperti itulah kalau bertemu dengan guru yang enggak mendukung saya. 

Lalu di catur juga kadang ada masa sulit. Misalnya mainnya sedang jelek diomongin juga. Karena itu, saya sempat ada masa kenapa saya melakukan ini semua. Karena yang saya lakukan itu dua-duanya orang lain enggak suka. Saya masih kecil saat itu, jadi kayak enggak bertanya-tanya. Padahal yang saya tahu itu saya cuma menuruti orang tua. 

Cuma kadang mamaku bilang catur itu masa depannya belum jelas, makanya orang tua saya meminta saya mengambil dua. Bahkan untuk sekolah pun harus yang favorit, enggak mau yang biasa. Mama selalu bilang saya mampu kok di sekolah unggulan. 

Bagaimana cara Anda menyelesaikan masalah ini? 

Saya pasang tujuan hidup saya. Sebab, banyak guru yang bertanya kepada saya mengapa tidak sekolah di Ragunan saja yang khusus untuk atlet. Lalu saya akhirnya pasang tujuan, yang fokus. Akhirnya, saya fokus saja, bismillah. Di catur targetnya WGM dan di sekolah targetnya masuk universitas bagus. Akhirnya fokus ke sana dan enggak memikirkan omongan orang lagi. 

Adakah trik lain untuk berjuang di masa sulit pada masa SMP itu?

Sebenarnya menjadi atlet harus kuat mental. Keluargaku punya anak banyak dan saya termasuk anak tiga teratas. Jadi, orang tua saya enggak punya waktu mengobrol dengan saya. Mama saya bekerja. Pulang kerja, sudah mengurus adik-adik saya. Tapi, yang saya ingat, ketika saya benar-benar terpuruk, mama saya memberi saya buku biografi Pak Habibie (Bacharuddin Jusuf Habibie). Mama saya enggak mengajak ngobrol, cuma meminta saya membaca. Jika saya sedang terpuruk, baca saja bukunya. Sejak saat itu, saya membaca dan memasang target saja. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa mendapatkan WGM dan jalan di sekolah unggulan. Karena membaca biografi Pak Habibie, kalau ada orang membicarakan saya, ya sudah, saya oke saja. 

Perjalanan saya di SMP benar-benar proses mengerti kenapa saya memilih jalan ini. Ayah saya, setiap kali mendengar orang lain meragukan, biarkan anjing menggonggong, kafilah berlalu. Tunjukkan saja prestasi, nanti mereka juga diam. Jadi, saya paham. Kalau ada orang tidak suka, ya sudah, diamkan saja. Kita enggak bisa memaksa mereka suka kepada saya. 

Pecatur Indonesia Medina Warda Aulia (kanan) dan Susanto Megaranto menjuarai Asian Chess Championship Fide Zone 3.3 di Ulaanbaatar, Mongolia, 15 April 2019. Dok. PB Percasi

Bagaimana cerita Anda ikut kompetisi internasional pertama kali?

Turnamen internasional pertama saya pada 2006 di ASEAN Age Group. Di Indonesia, kalau juara kejurnas, pasti tampil di Asia. Saya baru beberapa bulan masuk dunia catur. Nah, saat itu saya posisi keempat di ajang itu. Lalu, pada 2007, main lagi di kompetisi yang sama di Pattaya, Thailand, dan mendapat medali perak. Di catur, tahapan gelar master adalah master di Percasi, lalu master di nasional, dan master di FIDE (Federasi Catur Dunia), international master, baru grandmaster

Jadi, pada 2007 saya sudah mendapat MP atau master Percasi. Tapi saya enggak sempat master nasional. Saya langsung master FIDE karena pada 2008 saya ikut kejuaraan Asia. Kalau menjadi juara di situ, langsung mendapat gelar women FIDE master atau master FIDE. 

Setelah itu, international master dan grandmaster enggak bisa langsung dapat setelah menjuarai sebuah kompetisi. Harus pakai norma (dalam catur, norma adalah performa tingkat tinggi dalam turnamen catur). Nah, untuk international master, harus tiga kali norma dan grandmaster harus tiga kali norma juga.

Tapi, saat di women international master (WIM), saya pada 2011 menjadi juara ASEAN lagi di Singapura, tapi bukan untuk kelompok umur. Nah, saya ikut kelas perempuan semua umur. Di situ saya mendapat international master dan satu norma grandmaster di situ. Jadi, kalau butuh tiga kali norma, minimal butuh tiga kali pertandingan internasional. Satu kali norma didapatkan harus dengan hitungan. Misalnya, kalau mau mendapatkan gelar women international master, nah, sudah bertemu dengan lawan setingkat women international master berapa kali, poinnya berapa, lalu performanya berapa. Jadi, masih banyak hitungannya untuk mendapatkan satu norma saja. 

Nah, untuk women grandmaster, saya juga harus mendapatkan tiga norma. Yang pertama sudah saya dapatkan dalam kejuaraan di Singapura pada 2011. Norma yang kedua saya dapatkan dalam pertandingan internasional di Rusia pada 2012. Lalu norma terakhir saya dapatkan dalam World Junior di Turki pada 2013. Di situ saya mendapat gelar women grandmaster

Anda mendapat pelatih dari Rusia. Apakah sempat terhambat bahasa?

Awal-awalnya iya. Saya mengerti bahasa Inggris, tapi masih kesulitan untuk bicara. Nah, makanya Percasi menyediakan staf di pembinaan prestasi untuk solusi bahasa ini. Tapi lama-lama pelatih saya malah lancar berbahasa Indonesia karena dari 2010 sampai kini masih mengajar di pelatnas, sekarang untuk pelatnas Asian Games. Jadi, malah lancar banget bahasa Indonesia-nya. Tapi, kalau bicara, masih sering pakai bahasa Inggris. Tapi bahasa Indonesia pun sudah mengerti. 

Sudah ada persiapan untuk Asian Games 2023?

Saat ini sedang pelatnas. Setelah turnamen ini (di Baku), saya langsung ke Hungaria karena pelatnas ini ada training camp di Hungaria sampai 14 September nanti. Jadi, enggak pulang ke Indonesia dulu. Nanti 14 September pulang ke Indonesia, lalu 19 September berangkat ke Asian Games di Cina.

Berapa jumlah atlet catur Indonesia untuk Asian Games 2023?

Perempuan lima atlet, laki-laki dua atlet. Kenapa perempuan kuotanya lebih banyak? Karena dari lima atlet perempuan ini, empatnya mendapat medali emas di SEA Games lalu. Seharusnya yang laki-laki juga lima atlet. Cuma dari Kemenpora hanya disetujui dua atlet karena saat di SEA Games lalu yang laki-laki enggak mendapat emas. Kalau target pribadi, pasti emas. Kalau dari Percasi, belum tahu targetnya nanti seperti apa. 

Apakah kejuaraan di SEA Games dan Asian Games juga masuk hitungan norma?

Kalau mainnya standar, ya, dihitung. Kalau main yang cepat kilat, enggak dihitung. 

Apa sih menariknya catur menurut Anda? Sebab, faktanya, banyak orang menghindari olahraga ini karena berat cara berpikirnya?

Buat saya, catur olahraga yang pas untuk perempuan. Alasannya, satu, karena enggak pakai fisik. Kedua, latihan olahraga ini bisa di mana pun. Misalnya, saya ada kuliah pun masih bisa latihan. Yang penting, ada laptopnya, ada aplikasinya sendiri. Lalu, untuk memperbarui ilmunya, lebih mudah, enggak harus ke tempat latihannya. Ketiga, karena enggak pakai fisik, enggak ada batasan umur. Yang penting mainnya masih bagus, ya sudah, masih bisa bermain. Lalu catur ada gelarnya, seperti saya woman grandmaster, di Indonesia baru ada tiga. Jadi, menurut saya, mungkin karier di catur bisa lebih lama. 

Lalu atlet perempuan sudah menikah dan punya anak, kalau cabang olahraga lain mungkin enggak bisa. Nah, kalau pemain catur punya anak bahkan sedang hamil besar pun masih bisa tampil. Jadi, lebih fleksibel catur itu, terutama bagi perempuan. Mungkin juga catur dianggap olahraga pintar atau jenius. Ya, memang olahraga ini penuh analisis. Bahkan analisis ini terbawa sampai di kehidupan sehari-hari.

Pecatur Indonesia Medina Warda Aulia (kiri) mengalahkan wakil Malaysia WFM Tan Li Ting pada babak pertama nomor catur rapid putri SEA Games Hanoi di Halong City, Vietnam, 18 Mei 2022. ANTARA/PB Percasi

Bagaimana cara berpikir atlet catur saat bertanding? 

Setiap tanding, saya harus persiapan dulu. Persiapan saya bisa sampai tiga jam. Pertama, lihat karakteristik lawan, lihat bagaimana dia memulai pertandingan. Nah, di situ saya mempersiapkan diri. Misalnya, lawan itu tipikal pemain yang menyerang. Karena itu, sejak memulai pertandingan, saya harus menyiapkan langkah lebih tertutup. Karena kalau lawan biasa bermain menyerang lalu diajak bermain tertutup, biasanya dia enggak bisa. Enggak sejago kalau diajak bermain menyerang juga. Lalu, ketika bermain dan terbawa permainan lawan, ya sudah, harus pintar-pintar mengatur jalan. 

Tapi yang biasa dipikirkan anak catur itu strateginya maunya bagaimana. Setiap jalan harus selalu dipikirkan lawan kita itu idenya ke mana. Setelah itu, saya pikirkan lagi posisi strategi kita bagaimana. Misalnya, kuda, benteng, atau gajah saya langkahnya ke sini. Harus kita pikirkan variasi langkah detail sampai lima langkah. Di situ kita ambil kemungkinan terbaik. Lalu bisa saja strategi kita berubah ketika lawan tiba-tiba mengubah langkahnya. Jadi, harus dipikirkan lagi dari awal. Ribet ya, kayak matematika, he-he-he. 

Bagaimana Anda melihat dunia catur di Indonesia saat ini?

Menurut saya, semakin baik. Pertama, sekarang pelatnas regenerasinya sudah junior semua. Dulu, saat saya pertama kali ikut pelatnas SEA Games 2011, umur 40 tahun masih ada. Ibaratnya, saat itu juniornya belum bisa menyaingi seniornya, begitu. Sekarang juniornya lebih bagus-bagus dibanding senior. Lalu, jika dilihat dari perolehan medali di SEA Games, perolehan medali di catur semakin banyak. Kalau dulu, di SEA Games 2011, target cuma satu medali emas dari Kak Susanto Megaranto. Lalu sekarang di SEA Games kemarin catur mendapat tiga emas. Lalu pada 2019 juga catur Indonesia menjadi juara umum di SEA Games. 

Apakah ada pesan atau saran untuk pemain catur belia atau junior?

Sekarang catur banyak dimainkan anak kecil. Gemes banget jadinya. Dulu kan catur itu terkenalnya dimainkan bapak-bapak lapak yang suka main judi atau taruhan. Sekarang enggak, anak-anak SD sudah banyak yang suka main, he-he-he. 

Pokoknya tetap semangat. Mau menjadi sukses di suatu bidang pasti capek dan banyak tantangannya. Tapi, semakin kamu diuji, pasti sudah ada rencana Tuhan membuat kita lebih kuat lagi di masa depan. Yang penting doa dan usaha dilakukan maksimal, pasti bisa mencapai apa pun hasilnya meski dianggap mustahil. 

Sejak kapan dekat hingga ke jenjang pernikahan?

Suami saya dulunya teman kuliah satu kelas. Saya orangnya kurang pergaulan. Kalau enggak catur, ya, kuliah. Jadi, memang saya dicomblangin sama salah satu teman dekat. Kami berempat teman dekat, tiga laki-laki dan saya perempuan sendiri. Sebenarnya saya lebih dekat dengan A. Sebab, memang sudah berteman dekat sejak masuk kuliah. 

Terus tiba-tiba saya bilang ke teman-teman dekat kalau saya ingin punya pacar. Lalu, ya sudah, saya dicomblangin dengan suami saya itu. Awalnya seperti enggak ada rasa, tapi kok terus-terusan dicomblangin. Terus, kalau lagi jalan bareng, biasanya pergi dengan dua mobil. Nah, saya selalu satu mobil dengan suami saya. 

Ternyata suami saya sudah suka kepada saya sejak 2016. Dia mau mendekat, tapi bingung. Akhirnya mencoba dan ternyata cocok hingga menikah, he-he-he. Saya pacarannya lima tahun sebelum menikah. Tadinya saya enggak mau punya pacar satu kelas dan seumuran. Tapi ternyata termakan omongan sendiri, he-he-he.

Anda menikah sekitar dua pekan lalu. Setelah itu, Anda bertanding ke Piala Dunia di Baku, Azerbaijan. Apakah suami Anda keberatan?

Enggak keberatan, sih. Suami saya memang tipe orang yang sangat mendukung saya. Pokoknya beruntung punya suami yang bisa jadi rekan atau partner. Dia tidak menghalangi saya berkarier. Jadi pas, karena sama-sama fleksibel. Sebab, di Indonesia masih banyak yang patriarkis, perempuan harus bisa melayani suami, termasuk memasak. Kebetulan, saya enggak bisa masak, he-he-he. Mungkin berawal dari teman, jadi lebih mudah komunikasinya. 

Apa hobi Anda? 

Saya suka berenang, baca komik, dan menggambar. Buat saya, berenang olahraga yang saya suka banget. Berenang itu membuat rileks. Kalau membaca komik, saya memang dari dulu suka. Ingat banget dulu sukanya Detective Conan. Sekarang sudah jarang karena waktunya enggak bisa lagi. Satu lagi, menggambar. Saya suka banget menggambar sketsa-sketsa rumah. Atau misalnya membayangkan rumah yang seperti apa dan desain interiornya seperti apa.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus