Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DARI aktivis antikorupsi, pekerja konstruksi kawasan bencana, serta eksekutif industri minyak dan gas, hidup Sudirman Said kini terpental ke dunia yang selama ini tak dikenalnya: senjata dan amunisi. Juni lalu, ia dipercaya memimpin PT Pindad, perusahaan negara bidang persenjataan yang selama ini "mati suri".
Memiliki 3.000-an karyawan, Pindad praktis hanya mendapat secuil anggaran pengadaan senjata dari Kementerian Pertahanan. Pasar ekspor pun tak dilirik. "Hanya kurang dari 10 persen dari keseluruhan pasar kami," kata Sudirman.
Karena itu, ia berlari kencang untuk mengatasi ketinggalan. Satu yang terpenting adalah menjalin kerja sama dengan pemain internasional. Pertengahan September lalu, ia terbang ke Pretoria, Afrika Selatan, untuk meneken memorandum kesepahaman dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM), perusahaan amunisi patungan Jerman-Afrika Selatan. Di Indonesia, Rheinmetall dikenal lewat tank Scorpion, yang baru saja dibeli Tentara Nasional Indonesia. Selain bekerja sama dengan RDM, Pindad menjajaki kerja sama dengan perusahaan sejenis asal Turki, Amerika Serikat, dan Belgia.
Lewat masuknya pemain internasional, Sudirman mengharapkan kucuran dana segar dan alih teknologi. Menyontek disiplin kerja orang asing, budaya perusahaan juga bisa diperbaiki. Yang tak kalah penting, ia berharap Pindad bisa menyediakan data pembanding agar impor senjata tak selamanya dirongrong calo. "Para calo mengambil keuntungan sampai pada level yang tidak rasional," ujar Sudirman kepada wartawan Tempo Arif Zulkifli di sela-sela kunjungannya ke Afrika Selatan.
Pernah menjadi aktivis antikorupsi, benarkah tugas utama Anda di PT Pindad adalah memerangi mafia senjata?
Setiap transaksi atau kegiatan ekonomi dengan volume besar dan melibatkan banyak orang cenderung melibatkan banyak kepentingan. Saya pernah bekerja di sektor energi. Mafia minyak dan gas belum bisa diselesaikan, ya, karena hal itu. Jika sampai sekarang industri persenjataan masih dikendalikan oleh para saudagar, boleh jadi karena kemampuan dalam negeri kita masih terbatas.
Saudagar? Maksud Anda mafia?
Saya belum mau menyebut mereka mafia.
Bagaimana cara melibas para "saudagar" ini?
Tidak mungkin menghilangkan peran para pemburu rente itu kalau kapasitas kita tidak kuat. Pindad butuh investasi besar-besaran untuk mengurangi ketergantungan kepada mereka.
Persisnya bagaimana mafia senjata itu bekerja?
Mereka mendapat keuntungan dari informasi yang asimetris. Semakin sedikit orang yang tahu tentang produk tertentu, semakin besar kemungkinan mereka mengambil keuntungan sampai pada level yang tidak rasional.
Jadi, selain memproduksi senjata, Pindad akan menjadi "informan" Kementerian Pertahanan agar mafia tidak bisa main sendiri?
Bayangkan kalau Pindad punya network dengan pemain di bisnis ini di seluruh dunia. Senjata yang paling canggih pun kita tahu spesifikasinya, di mana dijual, dan berapa harganya. Para pedagang tentu punya hak hidup, tapi mereka akan berdagang dengan cara yang wajar. Karena kita punya data pembanding, tidak akan ada barang seharga Rp 100 dijual Rp 800.
Sudah jadi rahasia umum, Kementerian Pertahanan tahu dan membiarkan impor senjata dengan harga tak wajar itu….
Karena itu, perlu cari informasi sebanyak-banyaknya tentang suatu produk. Maka, ketika ada saudagar menawarkan produk ke pengguna (Kementerian Pertahanan, TNI, atau Kepolisian RI), kami bisa membandingkannya dengan data kami. Setiap bisnis tentu punya hak hidup, tapi kita diberi mandat untuk menyelamatkan keuangan negara.
Tapi itu bukan tugas Pindad, kan?
Tentu bukan. Tapi attitude sebagai businessmen harus dibangun.
Anda yakin Kementerian Pertahanan akan mendengarkan Pindad?
Saya ingin mengutip komentar beberapa pengambil keputusan di Kementerian Pertahanan dan TNI. Mereka bilang Pindad kurang bergaul. Kritik itu saya terjemahkan sebagai "Pindad tidak seaktif para saudagar itu".
Pindad akan membuat divisi trading?
Itu tidak dilarang. Misalnya Kementerian Pertahanan membutuhkan amunisi dengan kaliber yang belum kami produksi, maka Pindad menawarkan impor dari perusahaan asing yang bekerja sama dengan kami. Itu akan memperbesar volume bisnis Pindad.
Itu sebabnya Anda membuka peluang kerja sama internasional, termasuk dengan Rheinmetall Denel Munition?
Jerman, Prancis, dan Belgia merupakan negara yang melihat Indonesia sebagai pasar potensial. Sebelum saya masuk Pindad, manajemen lama sudah berkorespondensi dengan mereka. Tapi, karena posisi direktur utama sempat setahun kosong, manajemen lama tak punya otoritas. Sekarang penawaran itu kami respons satu-satu.
Bisa kasih contoh?
Kami sedang menyiapkan pabrik turret di Bandung bekerja sama dengan Belgia. Turret adalah persenjataan di atas tank. Produknya tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tapi juga diekspor. Jadi, di dunia, kami akan menjadi registered supplier. Pindad juga sedang menjajaki kerja sama dengan Singapura untuk membangun fasilitas pemeliharaan. Ada juga kerja sama dengan produsen Amerika pembuat pistol untuk pasar sipil.
Pola kerja sama seperti apa yang akan Anda bangun dengan Rheinmetall Denel?
Rheinmetall membutuhkan pasar di Asia. Mereka akan membangun pabrik amunisi kaliber besar yang selama ini belum diproduksi Pindad.
Selama ini siapa pasar mereka?
Selain menjual di pasar dalam negeri, mereka menjual amunisi ke Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Australia. Fasilitas produksi yang akan dibangun di Indonesia akan secara signifikan memotong ongkos logistik mereka karena mengangkut barang-barang eksplosif ini mahal sekali.
Keuntungan buat Pindad apa?
Selain alih teknologi, tentu kami mengharapkan suntikan modal. Masuknya Rheinmetall juga akan membawa perubahan pada budaya kerja.
Anda melakukan ini di saat anggaran negara sedang cekak….
Apa yang terjadi dengan Pindad juga terjadi dengan Denel. Ketika bergabung dengan Rheinmetall, angka penjualan mereka sedang turun. Lalu Rheinmetall menanam uang dengan membentuk anak perusahaan dengan 51 persen saham dikuasai Rheinmetall. Mereka menempatkan orang untuk menjadi direktur utama dan direktur keuangan. Posisi lain dipegang Denel. Sekarang keuntungan mereka melonjak pesat.
Mengapa Pindad tidak bekerja sama langsung dengan Rheinmetall di kantor pusat?
Lebih rumit karena Rheinmetall perusahaan publik.
Pindad dan Rheinmetall Denel akan membentuk perusahaan patungan?
Bentuk kerja sama sedang dikonsultasikan dengan pemegang saham Pindad, yakni pemerintah. Logikanya, kalau aksi korporasi untuk memperbaiki kinerja sih tidak ada masalah. Yang pasti, kami ingin punya share yang berarti.
Mungkinkah menggandeng perusahaan lokal?
Itu harus ditanyakan kepada Komite Kebijakan Industri Pertahanan sebagai regulator. Ketuanya Presiden dengan anggota Kementerian Pertahanan, Keuangan, Perindustrian, dan BUMN. Yang bisa dijadikan dasar adalah bahwa Pindad memiliki tugas sebagai lead integrator, penyatu bagi semua industri komponen dan pendukungnya. Dalam peran itu, sangat dimungkinkan kami bekerja sama dengan investor swasta.
Adakah kekhawatiran masuknya asing ke industri strategis akan dipersoalkan karena alasan kedaulatan….
Informasi tentang kebutuhan senjata kita sudah bukan rahasia. Soal kedaulatan juga tidak akan jadi isu sensitif, karena selama ini Kementerian Pertahanan, TNI, dan Polri membeli senjata dari luar negeri.
Sebetulnya industri pertahanan seperti apa yang Anda ingin bangun?
Menurut undang-undang, mandat industri persenjataan adalah mendukung negara memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata.
Jadi tugas utama Pindad adalah menyuplai kebutuhan dalam negeri?
Betul. Tapi industri dalam negeri tidak boleh bersandar semata-mata kepada pasar pemerintah. Jadi mesti dilatih untuk berkompetisi. Di lain pihak, industri perlu meyakinkan pasar nasional dengan masuk ke pasar internasional dan menaikkan mutu.
TNI dan Polri tak berkewajiban membeli barang dari Pindad?
Menurut undang-undang, sepanjang alat utama sistem senjata bisa disediakan oleh industri dalam negeri, harus beli dari dalam negeri. Nuansanya memang proteksi. Karena itu, kami tidak boleh manja. Tapi, sebagai industri yang mulai bangkit, kami memerlukan keberpihakan negara.
Mulai bangkit? Pindad kan bukan pemain baru?
Pindad memang punya sejarah panjang. Tapi industri ini pernah kolaps setelah krisis: tidak ada kegiatan, tidak ada order. Baru 5-10 tahun terakhir mulai bangkit. Itu pun masih dalam taraf survival saja.
Mengapa selama ini pasar dalam negeri tak digarap?
Pasar dalam negeri sangat besar potensinya karena anggaran pemerintah untuk pertahanan naik dari tahun ke tahun. Dari keseluruhan anggaran, yang diambil industri nasional paling baru 15 persen. Itu termasuk PT Dirgantara dan PT PAL. Keuntungan Pindad tahun lalu Rp 1,7 triliun. Padahal belanja industri pertahanan mendekati Rp 80 triliun.
Jadi apa persoalannya?
Kapasitas produksi kami belum bisa memenuhi semua kebutuhan TNI dan Polri. Kami belum memproduksi peluru ukuran besar. Persenjataan kami juga terbatas. Revitalisasi perlu dilakukan: investasi dan alih teknologi. Mesin produksi kami rata-rata umurnya sudah tua. Selain itu, kami perlu melakukan reorganisasi sumber daya manusia.
Seberapa buruk kondisi sumber daya manusia PT Pindad?
Dari 3.000-an pegawai Pindad, 50 persen di antaranya akan memasuki usia pensiun. Karena krisis, kami pernah 10 tahun tidak merekrut karyawan. Pindad mengalami aging organization, organisasi yang menua. Yang harus dilakukan adalah regenerasi, dan itu memerlukan modal. Sistem remunerasi juga sedang ditata. Kami tengah membidik orang-orang terbaik di bidangnya untuk kami rekrut.
Perbaikan gaji saat kantong perusahaan sedang kempis?
Keuntungan bisa dicapai dengan menaikkan revenue atau mengurangi ongkos. Jalan paling gampang untuk memperbaiki remunerasi adalah mengundang investor baru. Tapi itu kan manja. Harapan lain adalah jika kami bisa melakukan efisiensi dan memperluas pasar ekspor, tapi itu butuh waktu. Kalau kami bisa menghemat 5 persen saja dari seluruh belanja, bisa kami tingkatkan penghasilan karyawan 30 persen.
Berapa banyak sih investasi yang Anda butuhkan?
Saya dan teman-teman masih menghitung. Tapi, untuk mengejar peluang yang diberikan pemerintah, dikasih Rp 1 triliun juga enggak cukup. Mungkin modernisasi mesin cukup Rp 500 miliar. Tapi kan juga perlu riset dan pengembangan produk, yang pulang modalnya tidak jelas.
Bekerja cepat, Anda tidak khawatir dianggap offside?
Saya akan mulai dengan prasangka baik. Keyakinan bahwa komisaris Pindad di Kementerian Pertahanan dan BUMN punya spirit yang sama tentang bagaimana UU Industri Pertahanan dijalankan. Saya cuma berikhtiar.
Di mata awam, industri senjata hanya bisa maju jika ada perang….
Itu salah. Belanja pertahanan Indonesia lima tahun terakhir naik terus meski tidak ada konflik. Permintaan meningkat karena tentara yang sebelumnya tidak rutin berlatih sekarang rutin. Yang tadinya tidak punya meriam laser sekarang punya.
Senjata yang Anda produksi bisa dipakai untuk membunuh? Sebagai bekas aktivis, bagaimana Anda melihat ini?
Mesin pembunuh kan bukan hanya senjata. Telepon seluler dan e-mail juga bisa membunuh. Tergantung siapa yang menggunakan. Yang membuat itu bisa terkendali kan ethic. Itu yang meski kita jaga.
Sedikit persoalan teknis: bagaimana memastikan senjata yang Anda produksi tidak sampai ke tangan yang salah, katakanlah teroris?
Di dalam proses produksi ada log book, ada nomor seri, dibawa ke unit apa, diterima oleh siapa. Jadi perjalanan dari produsen ke konsumen dikontrol sangat ketat. Industri ini heavily regulated. Jika akan mengimpor bahan baku, kami mesti izin ke Kementerian Pertahanan. Secara teoretis, sulit sekali senjata resmi jatuh ke tangan yang tidak berhak.
Sudirman Said Tempat dan Tanggal Lahir: Brebes, 16 April 1963 Pendidikan: Master bidang administrasi bisnis dari George Washington University, Washington, DC, Amerika Serikat (1994) l Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (1990) l Pendidikan diploma dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (1984) Karier: Direktur Utama PT Pindad (Juni 2014-sekarang) l Wakil Direktur Utama PT Petrosea Tbk (2013-2014) l Group Chief of Human Capital and Corporate Services PT Indika Energy Tbk (2010-2013) l Direktur Human Capital PT Petrosea Tbk (2009-2010) l Staf ahli Direktur Utama PT Pertamina Persero (2007-2009) l Deputi Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (2005-2008) l Ketua Badan Pelaksana Masyarakat Transparansi Indonesia (2000-2003) |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo