Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Desak Made Rita, Menyongsong Olimpade

Atlet panjat tebing Desak Rita mendulang emas di kejuaraan dunia sekaligus mendapat tiket melaju ke Olimpiade Prancis 2024.

 

20 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Atlet panjat tebing speed putri Indonesia Desak Made Rita Kusuma Dewi dalam IFSC Climbing World Championships 2023 di Bern, Swiss, Agustus 2023. Dok. IFSC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Atlet panjat tebing Desak Made Rita Kusuma Dewi meraih medali emas pertama di kompetisi internasional. 

  • Medali emas itu sekaligus berbuah tiket ke Olimpiade Prancis 2024. 

  • Kini fokus perempuan berusia 22 tahun itu adalah mempersiapkan diri menuju Asian Games 2023.

Kabar baik datang lagi dari cabang olahraga panjat tebing untuk nomor kecepatan putri. Giliran Desak Made Rita Kusuma Dewi yang mendulang medali emas dalam Kejuaraan Dunia IFSC atau federasi olahraga panjat tebing internasional di Bern, Swiss, Jumat pekan lalu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Desak Rita sukses mengalahkan wakil Amerika Serikat, Emma Hunt, di babak final. Perempuan berusia 22 tahun itu mampu mengukir waktu 6,49 detik, sedangkan Emma meraih 6,67 detik. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil ini terasa sangat manis bagi Desak Rita. Betapa tidak, ini adalah medali emas pertamanya di kompetisi internasional. Hebatnya lagi, medali emas di Bern ini diganjar satu tiket ke Olimpiade Prancis 2024. Ya, Desak Rita menjadi atlet pertama di cabang panjat tebing nomor kecepatan yang mampu menempatkan kaki di Olimpiade 2024.

Tak boleh melakukan selebrasi terlalu lama, Desak Rita sudah kembali ke markas pelatnas Federasi Panjat Tebing Indonesia di Bekasi sejak Senin lalu. Perempuan kelahiran Buleleng, Bali, itu kini menjalani program latihan persiapan Asian Games 2023.

“Saat ini masuk program bulking atau pembesaran otot,” kata Desak Rita ketika diwawancarai Tempo secara daring, Jumat lalu. 

Selain bercerita tentang pertandingannya di Bern, Swiss, Desak Rita menceritakan awal mulanya ia jatuh cinta pada panjat tebing hingga kesehariannya berlatih di pelatnas. Berikut ini wawancara dengan Desak Made Rita Kusuma Dewi.

Atlet panjat tebing speed putri Indonesia Desak Made Rita Kusuma Dewi bertanding dalam IFSC Climbing World Championships 2023 di Bern, Swiss, 11 Agustus 2023. Dok. IFSC/ Lena Drapella

Ini medali emas pertama Anda di kejuaraan internasional. Bagaimana perasaan Anda?

Bersyukur banget akhirnya mimpi saya terwujud. Dari 2020 saya bergabung dengan tim nasional. Saya dan kami semua di tim nasional punya mimpi agar bisa lolos ke Olimpiade Paris 2024 dan akhirnya terwujud. Saya senang banget jadi atlet panjat tebing pertama yang mendapat tiket ke Olimpiade. Ini juga menjadi motivasi lagi bagi saya untuk meningkatkan performa selanjutnya.

Bagaimana reaksi keluarga ketika tahu Anda mendapat emas perdana ditambah tiket ke Olimpiade?

Senang banget keluarga saya. Waktu di Swiss lalu, saya langsung tes doping dan menelepon orang tua bahwa saya lolos ke Olimpiade 2024, mendapat medali emas pula. Aduh, bersyukur semua keluarga saya. 

Bagaimana suasana pertandingan di Swiss? Apakah ada babak yang paling menegangkan? 

Yang jelas tegang banget. Saya berangkat dari Indonesia sampai ke Bern, Swiss, itu pada 5 Agustus lalu. Sementara pertandingan tanggal 10 Agustus. Jadi, kami mendapat istirahat tiga hari kurang-lebih. Lalu, pada 9 Agustus, kami latihan dulu menjajal papan panjat. Pada 10 Agustus beraksi, paginya kualifikasi, dan malamnya langsung final. Itu tegang banget. Saya diajak ngomong saja diam terus. Di dalam hati selalu berdoa semoga lolos, semoga lolos, sudah begitu terus. Jadi, setiap malam saya sembahyang dan meditasi biar pikiran dan hati agak tenang.

Apakah sempat mengalami kendala di papan panjat di Bern? 

Pada 9 Agustus saat kami latihan, saya merasa di start atau di papan bagian bawah agak licin. Wah, ini licin nih. Di pikiran saya sedikit berubah strategi. Di bagian tangan saya harus lebih kuat lagi biar kakinya enggak terpeleset. Sebenarnya papannya enak, cuma bagian bawahnya agak licin. Beruntung ini tidak memberikan pengaruh pada penampilan saya di kualifikasi sampai final. 

Bagaimana dengan cuaca?

Cuaca sangat mendukung. Kebetulan di sana saat itu sedang musim panas, jadi ya lumayan lebih panas dari Indonesia. Tapi, karena lombanya di dalam ruangan, tetap dingin sampai-sampai kami memakai jaket tebal saat pemanasan. 

Siapa lawan paling berat atau berkesan dalam kejuaraan di Bern itu? 

Sebenarnya hampir semua, ya. Tapi yang paling kelihatan itu perwakilan Polandia, Cina, dan Amerika Serikat. Memang catatan waktu terbaik mereka itu kecil-kecil semua, di antara 6,5-6,6 detik. Kebetulan atlet Polandia yang memegang rekor dunia, saat semifinal melawan Amerika Serikat, dia agak selip dan jatuh. Lalu di semifinal saya melawan wakil Polandia juga. Kebetulan dua atlet Polandia ini kembar. Nah, saat itu lawan saya mengalami kesalahan sehingga saya bisa menyodok. 

Ada berapa atlet putri yang berangkat ke Bern?

Ada tiga. Saya, Kak Rajiah Salsabila, dan Kak Nurul Iqamah. Sebelum berangkat, kami mendapat target mengamankan tiket ke Olimpiade Prancis, baik untuk putra maupun putri. Selanjutnya, di kualifikasi Olimpiade kedua dan ketiga, nanti kami bisa mencapai kuota penuh dua putra dan dua putri. Rencananya, kualifikasi Olimpiade kedua dan ketiga ada di Jakarta setelah Asian Games 2023. 

Persiapan selanjutnya bagaimana setelah Anda mengantongi satu tiket Olimpiade?

Target pasti ingin emas Olimpiade. Karena Olimpiade adalah takhta tertinggi kompetisi olahraga seluruh dunia. Seluruh atlet dunia ingin menuju ke sana. Jadi, saya menargetkan semoga bisa membawa pulang emas Olimpiade. 

Apakah tim pelatih sudah punya gambaran perihal persiapan Olimpiade? 

Untuk saat ini sedang mempersiapkan diri agar semua atlet bisa memperkecil waktu terbaik kami. Sebab, nanti di Olimpiade yang lolos 14 putra dan 14 putri. Sudah seperti unggulan dunia. Jadi, bagaimana caranya agar nanti kami bisa tampil di Olimpiade dengan catatan waktu terkecil. Latihannya berfokus untuk mencari waktu terbaik. 

Berapa catatan waktu terbaik Anda? 

Ya, kemarin saat melawan atlet Polandia di semifinal di Bern, saya mendapat catatan waktu 6,48 detik. 

Atlet panjat tebing speed putri Indonesia Desak Made Rita Kusuma Dewi (tengah) meraih medali emas dalam IFSC Climbing World Championships 2023 di Bern, Swiss, 11 Agustus 2023. Dok. IFSC/ Lena Drapella

Anda terpilih untuk Asian Games. Apa targetnya?

Untuk tim yang akan diberangkatkan sudah ditentukan. Tapi untuk siapa yang main belum ditentukan. Saya ikut dalam rombongan yang akan diberangkatkan ke Asian Games nanti. Untuk target kami, dua emas putra dan dua emas putri di kategori speed climbing

Bagaimana porsi latihan untuk Asian Games?

Kami sedang dalam proses bulking atau pembesaran otot dan daya tahan. Untuk masyarakat Indonesia, mohon doa dan dukungan untuk kami bisa lolos kualifikasi agar terpenuhi tiga kuota lagi untuk Olimpiade tahun depan. 

Untuk tingkat Asian Games, siapa lawan terkuat?

Dilihat dari catatan waktu di setiap kompetisi adalah Cina. Mereka lumayan kencang waktunya. Selain itu, mereka sempat (naik) podium di Piala Dunia di putra dan putri.

Sejak kapan Anda menekuni panjat tebing?

Bibi saya atlet panjat tebing. Lalu saya diajak main ke taman kota. Kebetulan di taman kota ada dinding panjatnya. Awalnya cuma melihat bibi saya latihan. Lalu akhirnya disuruh mencoba, kok senang. Lalu teman di tempat latihan banyak, jadi saya terus ikut latihan. Beberapa kali saya ikut kejuaraan di tingkat provinsi dan nasional di kelompok umur. Sampai akhirnya pada 2020 saya terpilih dalam bagian tim nasional Indonesia. 

Kalau perjalanan di waktu muda, cuma latihan terus dan kebetulan di Bali setiap tahun ada kejuaraan pelajar. Namanya pekan olahraga seni pelajar. Jadi, sejak duduk di kelas V sekolah dasar, saya sudah terpilih mewakili Kabupaten Buleleng. Di situ saya mendapat medali emas, perak, dan perunggu. Lalu setiap tahun mewakili kabupaten hingga menembus ke tingkat lebih tinggi, yakni Pekan Olahraga Provinsi atau Porprov. Kalau di Bali, Porprov dua tahun sekali. 

Setelah mendapat medali di Porprov, saya terpilih mewakili Bali dalam kejuaraan nasional untuk ikut di kelompok umur dan kelompok umum. Kalau di kejurnas, saya ikut pertama kali di usia 12 tahun, he-he-he. Saat itu saya masuk kelompok umur. Saya masih ingat waktu itu di Karangasem, Bali. Di kejurnas pertama, saya mendapat medali di nomor kecepatan. 

Lalu tahun berikutnya ikut kejurnas lagi di Lombok. Saat itu saya mendapat emas juga di kategori kecepatan. Sementara untuk PON, saya ikut PON 2021 di Papua. Bersyukur mendapat medali emas di ketegori kecepatan putri. 

Atlet panjat tebing speed putri Indonesia Desak Made Rita Kusuma Dewi membubuhkan tanda tangan setelah lolos ke Olimpiade 2024 Paris dalam IFSC Climbing World Championships 2023 di Bern, Swiss, 11 Agustus 2023. Dok. IFSC/ Lena Drapella

Bagaimana cerita Anda masuk pelatnas pertama kali?

Pertama kali masuk itu agak kaget melihat senior-senior yang sebelumnya hanya ketemu di kejurnas dan saya mengagumi mereka. Seperti, "Oh, ini ya juara Asian Games. Ini ya juara kejuaraan dunia", seperti itu. Lalu, dengan pertama kali bagi saya jauh dari rumah dan keluarga, saya harus beradaptasi. Harus belajar bersosialisasi memakai bahasa Indonesia, sementara sebelumnya cuma di Bali. Jadi, ke mana-mana masih kental logat Bali-nya. Lalu saya melihat program latihannya kaget karena di pelatnas itu sangat-sangat disiplin dan terprogram, dari jam makan, jam tidur, hingga latihan. Beda ketika saya latihan di Bali. 

Bagaimana jam latihan di pelatnas?

Di sini, setiap makan kami harus sama-sama. Pagi kami sarapan pukul 07.00 WIB. Lalu langsung latihan. Kemudian, pukul 12.00 WIB makan siang bareng juga. Lalu istirahat sebelum lanjut sesi latihan sore pukul 16.00 WIB biasanya, tapi tergantung programnya juga. Kemudian pukul 19.00 WIB kami makan bareng hingga pukul 20.40 WIB, itu waktunya mengumpulkan telepon pintar. 

Boleh diceritakan bagaimana jam mengumpulkan telepon pintar? 

Iya, memang ada waktunya untuk mengumpulkan ponsel. Tujuannya biar istirahatnya tidak terganggu. Jadi, pukul 20.40 WIB itu sudah harus mengumpulkan ponsel sampai pagi pukul 05.00 WIB saat kawan-kawan yang muslim menunaikan ibadah subuh. Jadi, habis mereka salat subuh, mereka mengembalikan ponsel kami. Baru boleh pegang ponsel itu di sela-sela latihan dan saat istirahat. Jadi, untuk komunikasi dengan keluarga cuma saat istirahat atau hari libur latihan. 

Sejak kapan aturan itu berlaku? 

Dari pertama kali saya masuk sudah ada. Yang mengumpulkan ponsel itu setiap atlet. Bergiliran begitu dari yang muda sampai senior. Jadi, yang mengumpulkan itu atlet putra. Nanti saat dikembalikan lagi, diberikan ke atlet putri. 

Apakah ada larangan juga saat bermain media sosial?

Enggak ada. Lebih ke kami sendiri untuk lebih berhati-hati bermain media sosial. 

Sejumlah atlet panjat tebing Indonesia dalam IFSC Climbing World Championships 2023 di Bern, Swiss, 11 Agustus 2023. Dok. IFSC/ Lena Drapella

Bagaimana tanggapan orang tua dan keluarga saat Anda menekuni panjat tebing? 

Orang tua saat awal-awal enggak memberikan izin. Alasannya, ya, karena bahaya dan orang tua kerja semua. Jadi enggak ada yang mengantar. Tapi, karena saya yang ngotot, pokoknya harus latihan, lama-kelamaan orang tua dan keluarga mendukung saya. 

Seberapa besar peran bibi dalam karier Anda sampai saat ini? 

Sangat besar. Kalau enggak ada dia, saya enggak akan masuk panjat tebing, he-he-he. Jadi dulu, ketika orang tua saya enggak bisa mengantar latihan, ya, itu sama bibi saya. Saya pun masih kontak-kontakan dengan bibi. Ketika saya kemarin mendapat medali emas dan tiket Olimpiade itu pun dia sangat bangga. Sebelum berangkat bertanding, saya selalu kontak dia untuk minta izin. 

Amankah panjat tebing untuk perempuan? Apakah Anda sempat merasa ragu?

Sama saja, aman kok. Dulu saya sempat insecure saat ikut panjat tebing karena badan saya besar atau agak berisi. Kebanyakan orang bilang, "Kamu gendut banget, ya." Karena panjat tebing di Indonesia itu kebanyakan badannya kecil-kecil berotot, sementara saya berisi. Lalu, semakin ke sini, latihan terprogram, nutrisi bagus. Jadi, badan saya besar, tapi padat. Lebih ke diri sendiri untuk percaya diri dan menyayangi diri sendiri. Cara saya melawan rasa insecure itu, ya, karena keseringan mendengar, jadi kebal saja. Dianggap bercanda saja, he-he-he. 

Bagaimana perkembangan panjat tebing di Indonesia?

Sedang bagus-bagusnya. Contohnya kayak di Bali, setiap daerah sudah ada dinding yang standar. Dukungan pemerintah luar biasa banget untuk olahraga ini. Kalau untuk atlet junior, semakin banyak ya dan semakin bagus. 

Apa yang menarik di panjat tebing bagi Anda? 

Sangat menantang, apalagi kalau lead and bolder itu harus lewat jalur berbeda. Jadi, ditantang menyelesaikan jalur dengan waktu tertentu. Sementara untuk di speed ditantang memanjat sekencang dan serapi mungkin untuk mendapatkan waktu terbaik.

Anda menyebutkan tentang rutinitas meditasi. Seberapa sering Anda meditasi dan seberapa besar manfaatnya?

Setiap pagi dan malam saya selalu meditasi agar pikiran agak tenang. Saya melakukan mulai akhir-akhir ini sih, he-he-he. Tapi sejak dulu orang tua saya menyarankan lebih banyak meditasi. Saya meditasi durasinya 10-15 menit. Suasana harus tenang, sepi. Itu bisa lebih fokus meditasi. Karena saya juga enggak suka terlalu ramai atau banyak bicara. Jadi, lebih mudah untuk meditasi. Buat saya, meditasi itu penting banget, ya. Selain di kamar, sebelum latihan atau kompetisi selalu saya lakukan. Jadi, meditasi itu enggak selalu harus duduk diam. Dengan berdiri tegak, tarik napas dalam-dalam juga bisa membuat tenang. Pikiran jadi lebih fokus. 

Apakah latihan di pelatnas mempengaruhi jadwal kuliah?

Syukurnya kampus saya mendukung saya di bidang ini. Tidak ditekan harus masuk kuliah, harus ikut kuliah Zoom. Jadi, sebisanya saja. Saya kuliah di Universitas Pendidikan Ganesha, Bali. Saya masuk Jurusan Pendidikan Jasmani dan saat ini sudah masuk semester 8. Untuk skripsi, saya sangat dibantu. Enggak disuruh bikin skripsi, tapi diganti membuat laporan program latihan. Bulan ini targetnya sudah lulus ujian. Jadi, saya cuma diminta bikin laporan program latihan dan hasilnya. Nah, nanti ujiannya itu yang akan diujikan. 

Semester berapa Anda mulai masuk pelatnas?

Saya masuk pelatnas saat saya masuk semester 3. Saat itu pandemi Covid-19, jadi belajar daring. Masih sempat ikut kelas, bikin tugas, bikin video. Lalu KKN pun daring, jadi saya masih bisa ikut. 

Desak Made Rita Kusuma Dewi

Apa hobi Anda?

Hobi saya, ya, ini, memanjat, he-he-he. Apa ya selain memanjat? He-he-he. Soalnya dari kecil sukanya manjat terus. 

Sempat bosan atau jenuh selama latihan mendalami panjat tebing? 

Kalau jenuh, wajar ya. Tapi kalau bosan, enggak. Karena kegiatan saya terus berjalan, latihan, istirahat, latihan, istirahat, jadi enggak ada bosannya. 

Apa pesan dan saran Anda untuk atlet junior panjat tebing?

Berani bermimpi tinggi. Tidak ada salahnya bermimpi. Mimpi setinggi-tingginya diimbangi usaha, doa, dan restu orang tua. Berlatihlah sejak kecil karena fokusnya masih bagus. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus