Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pembalap belia Veda Ega Pratama berpeluang besar menjadi juara umum Asia Talent Cup 2023.Â
Ayah Veda, Sudarmono, memperkenalkan olahraga balap kepada anaknya sejak usia 7 tahun.
Kacamata kuning menjadi ciri khas Veda saat berdiri di podium.
Nama Veda Ega Pratama sedang menjadi bunga paling indah dan harum di kancah balap sepeda motor Indonesia. Betapa tidak, remaja 14 tahun itu tampil gemilang dalam Asia Talent Cup musim 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari delapan balapan di empat seri, Veda sukses menyabet enam kemenangan. Walhasil, kini siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, itu duduk di tangga teratas klasemen sementara pembalap dengan perolehan 181 poin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun posisi kedua diisi oleh bakat balap Thailand, Jakkreephat Phuettisan, dengan torehan 107 poin. Singkat kata, jika Veda berhasil memenangi dua balapan di seri berikutnya di Sirkuit Sepang, Malaysia, 12 November mendatang, ia akan menjadi juara dalam turnamen tahunan itu.
Asia Talent Cup merupakan kompetisi balap sepeda motor khusus pembalap muda di kawasan Asia dan Oseania yang dibentuk Dorna atau pemegang hak komersial MotoGP sejak 2013. Kompetisi ini digelar untuk menjaring bibit-bibit muda di bidang adu cepat kuda besi.
Dalam balapan terakhir di Sirkuit Buriram, Thailand, akhir pekan lalu, Veda berhasil meraih satu kemenangan dan satu finis di posisi lima besar. Kini Veda sudah berada di Sirkuit Zhuhai, Guangdong, Cina. Ia harus tampil untuk kejuaraan lain, yakni Asia Road Racing Championship (ARRC), di bawah tim Astra Honda Racing Team (AHRT).
Veda turun di nomor Asia Production 250 atau balap sepeda motor produksi massal dengan kapasitas mesin 250 cc. Adapun sepeda motor yang ditungganginya adalah Honda CBR 250 RR.
Hebatnya, Veda menuai hasil memuaskan dalam tiga kali sesi tes atau uji coba di Sirkuit Zhuhai dengan menjadi yang tercepat. Padahal ini pertama kalinya Veda menjajal sirkuit dengan panjang lintasan 4.319 meter itu.
Pembalap Indonesia Veda Ega Pratama pada balapan kedua Asia Talent Cup di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok Tengah, 15 Oktober 2023. ANTARA/Wahyu Putro A
Dikutip dari situs web resmi Asia Road Race Championship, Veda mengaku puas terhadap adaptasi cepat di Zhuhai. Bahkan ia mengaku cocok dengan karakter sirkuit yang terletak di Guangdong itu, termasuk tikungan terakhir yang bisa dilibas dengan kecepatan tinggi.
"Saya pikir saya bisa mendapatkan tempat di podium. Saya tetap berusaha untuk itu," ujarnya.
Peribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya sepertinya sangat pas untuk menggambarkan Veda. Musababnya, ayah Veda adalah mantan pembalap nasional Sudarmono. Bakat Veda ditempa sang ayah sejak usia dini.
Sebagai penggila sepeda motor, Sudarmono mengaku sudah mengenalkan sepeda motor kepada Veda sejak usia 4 tahun. "Kebetulan di rumah ada sepeda motor trail kecil. Veda pakai itu," kata Sudarmono ketika dihubungi, Jumat lalu.
Saat Veda menginjak usia 6 tahun, barulah Sudarmono menerjunkannya ke kompetisi balap grasstrack. Dasar bakat, tak butuh waktu lama bagi Veda menuai prestasi di tingkat regional hingga nasional. Ketika putranya memasuki usia 8 tahun, Sudarmono mengubah arah balap Veda dari trek tanah ke aspal.
Alasannya, saat itu Sudarmono tak punya banyak waktu luang untuk mengantar Veda berlatih ataupun bertanding dalam balap grasstrack. Maklum, saat itu Sudarmono masih sibuk mengikuti balap road race. "Jadi biar sekalian saja berlatih sama saya," ujar Sudarmono.
Awalnya, Veda berlatih dengan sepeda motor jenis minigp atau sepeda motor sport tapi dengan dimensi dan mesin berkapasitas kecil. Sepeda motor balap mini itu ia gunakan berlatih selama setahun sebelum menjajal sepeda motor balap jenis bebek atau kerap disebut underbone.
Saat itu juga, Veda ikut kompetisi balap kelas regional hingga kejuaraan khusus usia di bawah 12 tahun bernama Honda Dream Cup. Ciamik, Veda yang saat itu berusia 9 tahun sukses jadi juara umum pada musim pertamanya. Karena prestasi itu, Veda dipinang tim Astra Motor Racing Team selama dua tahun.
"Lalu masuk ke Astra Honda Racing School dan kebetulan jadi siswa terbaik," tutur pemilik sekolah balap Mons45 Private itu.
Perjalanan Veda berlanjut saat mendapat undangan atau wildcard dalam seri terakhir Asia Talent Cup 2021. Setahun kemudian, ia tampil satu musim penuh dalam balapan tersebut. Cerita Veda berlanjut hingga menjadi calon kuat juara umum Asia Talent Cup musim 2023.
Meski putranya sudah menimba ilmu di Asia Talent Cup, Sudarmono tetap jadi mentor utama Veda, terlebih saat libur balapan. Saat di rumah pun, Sudarmono tetap mengatur jadwal latihan fisik hingga teknik keluar-masuk tikungan. "Semua teknik yang saya dapatkan selama balapan saya berikan kepada Veda," ujarnya.
Selain itu, Sudarmono mengajarkan hal-hal penting lain di dunia balap. Salah satunya adalah komunikasi dengan tim mekanik. Menurut dia, komunikasi merupakan hal vital antara pembalap dan mekanik. Sebab, pembalap harus bisa mengutarakan setiap data atau rasa di atas sepeda motor kepada mekanik.
Tujuannya agar tim mekanik bisa dengan segera menemukan dan menyelesaikan masalah pengaturan pada sepeda motor balap. Tantangan akan semakin berat ketika pembalap dan mekanik memakai bahasa yang berbeda. "Saya kasih tahu solusinya, cara penyampaiannya. Kebetulan bahasa balap itu sederhana."
Sudarmono juga mengajarkan pentingnya memoles diri di hadapan banyak orang. Sebab, bagi pembalap, kehidupannya tak selalu ada di atas aspal. Seorang pembalap pada era modern ini juga punya peran penting mengenalkan atau mempromosikan tim hingga sponsor. Untuk Veda, ia punya gaya unik, yakni memakai kacamata plastik berkelir kuning menyala. Sudarmono mengatakan ide memakai kacamata kuning murni berasal dari Veda.
Kini Sudarmono hanya bisa berharap anaknya dapat melewati proses pengasahan kemampuan balap di berbagai ajang. Sembari berdoa agar Veda selalu mendapat peningkatan langkah menuju kompetisi balap internasional yang lebih tinggi.
"Sekolah tetap penting. Beruntung Veda itu suka sekolah meski sudah capek balapan. Sekolah juga mendukung karier Veda," ucapnya.
Kamis lalu, Tempo berkesempatan mewawancarai Veda secara tertulis di sela persiapan balap di Sirkuit Zhuhai. Berikut ini wawancara Tempo dengan Veda Ega Pratama.
Pembalap Indonesia Veda Ega Pratama (tengah) setelah memenangkan balapan pertama Asia Talent Cup di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok Tengah, 14 Oktober 2023. ANTARA/Wahyu Putro A
Bagaimana persiapan Anda untuk mengikuti balapan selanjutnya dalam kompetisi ARRC?
Dalam melakukan persiapan untuk putaran ARRC di Zhuhai, saya mempelajari karakter sirkuit di Zhuhai. Selain itu, saya mempelajari racing line di sirkuit tersebut.
Bagaimana kesiapan fisik Anda pada musim balap yang padat ini? Setelah akhir pekan lalu dari Asia Talent Cup di Thailand, lalu akhir pekan nanti ke Zhuhai di Cina?
Saya berusaha melakukan aktivitas fisik di sela waktu yang saya miliki sehingga stamina pun tetap terjaga.
Dalam ARRC, Anda turun di kelas AP250. Apa bedanya dengan Asia Talent Cup? Bolehkah diceritakan perbedaan teknis sepeda motor satu silinder dan dua silinder dengan kapasitas cc yang sama? Apakah tantangannya berbeda?
Tentu sepeda motor AP 250 dan NSF 250 berbeda serta punya tantangan sendiri, baik dari karakter mesin maupun gaya balap yang harus saya sesuaikan. Tapi saya tetap berusaha maksimal dalam setiap balapan.
Anda menuai banyak pujian dari warganet pasca-rentetan kemenangan dalam Asia Talent Cup. Bagaimana tanggapan Anda?
Terima kasih atas semua dukungan yang diberikan kepada saya. Hal ini tentu menjadi motivasi tersendiri untuk saya. Namun saya tidak akan berpuas diri dengan hasil tersebut dan bertekad melanjutkan hasil yang maksimal, baik di kelas AP 250 maupun ATC.
Seperti apa persaingan di Asia Talent Cup? Apakah sangat ketat, mengingat spesifikasi sepeda motor sama dan semua pesertanya anak muda?
Persaingannya sangat ketat dengan sepeda motor yang sama. Setiap rider memiliki keunggulan skill balap masing-masing yang berbeda.
Apa strategi atau rahasia Anda bisa menuai enam kemenangan dari delapan race?
Konsisten dalam melakukan latihan sepeda motor dan fisik merupakan strategi utama saya. Selain itu, saya berusaha berfokus menghadapi setiap balapan. Dalam setiap race, ada strategi sendiri yang bergantung pada jalannya balapan dan saya berusaha memperhatikan semua masukan dari mentor di ATC.
Anda selangkah lagi menjadi juara Asia Talent Cup musim ini. Apakah ini menjadi beban atau Anda malah sudah tidak sabar dengan balapan berikutnya?
Dalam setiap balapan yang saya lakukan, saya berusaha selalu berfokus meraih hasil maksimal. Hal ini sama sekali tidak menjadi beban untuk saya.
Kacamata kuning bulat menjadi ciri khas Anda. Bolehkah diceritakan tentang kacamata itu?
Tidak ada cerita khusus. Saya hanya ingin memiliki ciri khas untuk penampilan saya.
Bolehkah diceritakan perjalanan karier Anda di dunia balap? Sejak usia berapa berlatih sepeda motor?
Saya sudah bisa naik sepeda motor sejak usia 4 tahun. Kemudian, saat umur 7 tahun, saya balapan motocross. Saya pun mulai tertarik balapan minigp hingga akhirnya mencoba seleksi AHRS dan lolos.
Bagaimana peran ayah Anda dalam membangun kemampuan balap Anda saat ini?
Ayah menjadi sosok penting dalam karier saya. Dialah yang melatih saya dari kecil hingga sekarang.
Bagaimana dengan sekolah Anda? Apakah ada pengecualian atau kemudahan dari sekolah?
Pendidikan tetap menjadi prioritas bagi saya dan sekolah sangat mendukung saya di karier balap dengan memberikan kemudahan.
Bagaimana target Anda selanjutnya? Apakah melaju ke Moto3 atau balapan lain?
Mimpi saya ialah menjadi pembalap MotoGP di masa depan, tapi saya akan berusaha melewati semua tantangan yang ada.
Apa hobi Anda dan bagaimana menjalaninya di tengah kesibukan balapan?
Saya senang bersepeda. Hobi ini membantu saya menjaga stamina dan mendukung impian saya menjadi pembalap MotoGP.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo