Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setahun lebih sudah, Xanana kembali ke Timor Timur setelah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang dan Rumah Tahanan Salemba, Jakarta, tempat dia ditahan oleh rezim Orde Baru sebagai penjahat kriminal sejak 1992. Pun, banyak hal terjadi di Bumi Loro Sa'e, sejak hasil jajak pendapat yang diumumkan 30 Agustus 1999. Rakyat Timor Timur sibuk berbenah untuk membentuk sebuah negara baru yang merdeka, seperti mempersiapkan undang-undang dan pemilihan umum.
Dalam kesibukan itu, Xanana berada di tengah-tengah sekaligus menjadi panutan rakyat Timor Timur. Sebagai Ketua Dewan Nasional (NC)sebuah badan yang bertugas membuat perangkat persiapan menjadi negaraXanana berkeliling ke pelosok negeri untuk menyosialkan bagaimana bentuk negara Timor Timur nantinya, sekaligus menyerap aspirasi rakyat. Tidak jarang, Xanana melakukan pendekatan sembari bermain sepak bola dengan rakyat. "Yang terpenting adalah membangkitkan rasa perhatian akan kebersamaan, karena rakyat memang berada dalam kondisi yang sangat berat," katanya.
Kemudian terbetik berita tidak mengenakkan, 29 Maret lalu. Xanana menyatakan mundur dari Dewan Nasional. Xanana merasa ada perbedaan prinsip dengan anggota lainnya dan dia selalu berada dalam posisi minoritas. Tapi Xanana tidak menyebut keputusannya untuk keluar itu sebagai tanda adanya perpecahan di dalam tubuh para kader pemimpin negara Timor Timur.
Lebih jauh, Xanana juga menyatakan tidak ingin menjadi presiden ataupun pemimpin politik lain untuk negara baru di Bumi Matahari Terbit itu. "Saya ini bukan politisi," katanya.
Lalu, apa rencana Xanana jika ia memang tak mau memimpin negeri muda itu? "Saya belum punya rencana," jawabnya. Tapi itu sama sekali bukan jawaban keputusasaan. Sebab, pria dengan hiasan rambut putih keperakan yang semakin banyak di kepala, jambang, dan dagu itu tampak sangat bahagia dengan kehadiran seorang bayi kecil, hasil perkawinannya dengan Kirsty Sword Gusmao, seorang perempuan Australia. Dan Xanana mengaku cukup tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil, yang terletak di dalam gang yang hanya cukup untuk satu mobil.
Xanana mungkin tidak ditakdirkan menjadi pemimpin negara Timor Timur. Tapi anak sulung dari enam bersaudara itu adalah seorang pejuang. Xanana, yang menghabiskan masa anak-anak hingga remajanya di Dili, sempat belajar di sekolah tinggi seminari di Dare, pinggiran Dili. Dia tidak menjadi pastor, tapi malah memutuskan menjadi wartawan dengan masuk ke koran Avez de Nmor (Suara Timor). Pada 1972, Xanana berangkat ke Australia untuk sekolah jurnalistik selama dua tahun. Setelah lulus, Xanana mendirikan koran Nacroma (Terang) bersama Jose Ramos Horta, pada 1974. Xanana bergabung dengan Fretilin, partai yang berhaluan sosialis, pada 1975. Ketika pada akhir 1975 militer Indonesia melakukan invasi ke Timor Timur, Xanana memutuskan untuk masuk ke hutan bersama gerilyawan Fretilin lainnya.
Berikut adalah petikan wawancara Xanana dengan Purwani Diyah Prabandari dari TEMPO. Sebagian jawaban diberikan melalui e-mail awal pekan lalu, dan sebagian lagi secara langsung, Kamis pekan silam.
Mengapa Anda mengundurkan diri dari Dewan Nasional? Apakah ada perpecahan?
Media massa terlalu mendramatisasi isu itu. Tapi saya harus mengatakan bahwa di dalam dewan, kami berurusan dengan perbedaan pendapat setiap hari, dan sering saya berada di posisi minoritas bila harus voting untuk kebijakan dan tindakan tertentu. Mundurnya saya jangan dilihat sebagai sikap "antidemokrasi", "antibeda pendapat" dan "antimenerima kritik".Ini masalah prinsip. Bila partai-partai politik berkampanye nanti, untuk memilih Dewan Konstituante, rakyat berhak tahu apa itu konstitusi. Untuk itu, Komisi Politik Dewan Nasional bertanggung jawab membuat draf peraturan yang nantinya bisa menjadi panduan Komisi Konstituante Nasional dalam menjawab kebutuhan politik rakyat. Tapi draf itu ditolak dengan alasan bahwa draf itu hanya manuver politik.
Sebagai pimpinan Komisi Politik, saya tidak bisa menerima anggapan itu, karena kami sudah bekerja keras untuk bisa mewujudkan draf itu dengan menampung kepentingan partai-partai politik, keinginan masyarakat, peran UNTAET, dan pertimbangan hukum.
Anda pernah menyatakan bahwa alasan Anda mundur karena Dewan Nasional tidak lagi mencerminkan aspirasi masyarakat?
Saya tidak pernah menyatakan hal itu.
Anda menyatakan selalu berada dalam posisi minoritas. Kelompok mana yang Anda maksud dengan pihak mayoritas?
Waduh, tidak selalu sama. Hari ini saya bisa setuju pada sebuah usul dan si A juga setuju. Mungkin besok saya setuju pada usul yang lain sementara si A menentangnya. Yang jelas, saya selalu di pihak minoritas. Maka, saya tidak bisa menyimpulkan, karena ini bukan sebuah faksi permanen, bergantung pada isunya.
Tetapi mengapa Anda harus keluar? Bukankah Anda masih bisa memimpin?
Ini masalah prinsip.
Isu apa yang paling keras perdebatannya?
Semua isu keras. Kami semua keras.
Contohnya?
Misalnya regulasi pajak, urusan perundangan, dan hukum tentang sistem pemilu atau juga undang-undang partai politik. Ini semua sulit, semua hal diperdebatkan, sehingga sulit untuk mencapai konsensus. Dan karena perbedaannya menyangkut hal prinsip, saya juga tidak bisa kompromi.
Bagaimana dengan persiapan pemilihan umum di Timor Timur?
Aturan-aturan legal pemilihan umum sudah siap. Aturan-aturan legalnya juga sudah tersedia. Kami sedang menyosialkannya langsung ke masyarakat. Yang terpenting adalah mempersiapkan masyarakat menerima proses demokrasi.UNTAET juga sedang melakukan pendaftaran penduduk. Kami berusaha membantu memotivasi masyarakat agar mereka sukarela mendaftarkan diri, karena data itu sangat penting untuk pemilihan umum.
Nah, pemilu yang dilaksanakan Agustus 2001 itu untuk memilih Dewan Konstituante. Nantinya akan terpilih 88 orang, 13 orang wakil dari 13 distrik dan 75 lainnya dipilih secara nasional. Adapun dewan ini mendapat waktu tiga bulan untuk membuat konstitusi. Setelah itu, mereka juga menentukan pemilihan presiden secara langsung.
Apa yang akan Anda lakukan dalam pemilu nanti?
Saya akan memilih satu partai.
Anda akan mencalonkan diri atau menerima dicalonkan untuk menjadi anggota Dewan Konstituante?
Tidak, karena ada orang lain yang bisa dipilih.
Anda akan mencalonkan diri menjadi presiden?
Saya bukan politisi.
Tetapi banyak orang yang ingin Anda menjadi pemimpin mereka?
Saya sudah berbicara kepada rakyat bahwa sekarang ini tahap baru dalam sejarah kita. Dan kita harus memilih orang yang tepat untuk memimpin negara. Jangan mencampur waktu perang dengan waktu merdeka. Perang hanya tembak-tembakan, sedangkan sekarang pemimpin negara harus memikirkan hal lain. Pemimpin negara harus memikirkan pembangunan ini dan itu. Jadi, memang sangat beda. Sedangkan saya hanya tahu dar-dor saja. Saya tidak tahu bagaimana membuat rumah atau mengurus lainnya. Saya bukan orang yang tepat.
Apa rencana Anda nanti?
Saya belum punya rencana.
Apa saja masalah yang Anda lihat di Bumi Loro Sa'e setelah jajak pendapat?
Saya melihat kerusakan total. Sepertinya, banyak hal harus diprioritaskan, dan itu adalah beban yang sangat berat. Pemerintahan Transisi Timor Timur (ETTA) adalah badan yang bertugas menangani masalah ini. Menurut saya, mereka sudah melakukan tugas dengan baik, walaupun dengan dana terbatas.
Apakah rekonsiliasi berjalan dengan baik?
Prosesnya sedang berjalan. Kami sudah berusaha melakukan pertemuan dengan berbagai pihak dan kami sadar bahwa semua ini membutuhkan waktu yang sangat lama.
Bagaimana dengan persoalan ekonomi? Apakah sudah dipersiapkan strategi untuk menggerakkan perekonomian di Loro Sa'e?
Dalam bidang ekonomi, saya harus mengakui bahwa semua orang butuh membangun kembali hidupnya, karena semuanya sudah hancur lebur. Kami sekarang lebih fokus pada pembangunan pertanian untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Beberapa investor mulai datang. Mereka pada umumnya pedagang dan kontraktor dan mereka sangat membantu dalam membuka kesempatan kerja bagi rakyat setempat.
Lalu, masalah sosial apa yang paling krusial?
Beban hidup yang berat bisa memicu berbagai persoalan sosial. Dan kondisinya memang berat. Sehingga, kami harus menggugah rasa pengertian rakyat bahwa kita mengisi kemerdekaan dari debu reruntuhan.
Tapi Anda pasti yakin bahwa negara Timor Timur dengan mudah memperoleh bantuan internasional untuk membangun kembali semua itu.
Pada Desember 1999 di Tokyo, komunitas internasional merespons sangat positif untuk membantu pendanaan pembangunan Timor Timur. Tiga tahun pertama, segala bentuk bantuan adalah dalam bentuk hibah, bukan pinjaman. Tentu saja, kami akan membutuhkan pinjaman di masa mendatang.Sebenarnya, yang terpenting adalah kemampuan kita dalam mengatur penggunaan uang yang dipinjamkan. Jika kita tidak menghambur-hamburkan uang, jika kita memiliki hukum antikorupsi dan transparansi yang serius, dan apabila kita menjalankan perencanaan dengan bertanggung jawab, kita akan bisa menghindari kecenderungan untuk bergantung pada lembaga dan negara donor. Menurut saya, kemandirian dewasa ini berarti "menjadi tidak terlalu tergantung secara ekonomi."
Tapi sebenarnya berapa besar bantuan untuk Timor Timur hingga kini?
Di luar pengeluaran untuk pasukan penjaga keamanan PBB dan UNTAET, bantuan untuk pembangunan kembali Timor Timur tidak melebihi US$ 150 juta.
Apakah Anda tidak mengkhawatirkan bahwa bantuan asing itu mengandung pamrih atau bisa menciptakan ketergantungan?
Sama sekali tidak. Pada mulanya, hal itu menimbulkan rasa frustrasi. Tapi, ketika orang sudah mulai mendapatkan pekerjaan, semuanya menjadi lebih mudah bagi rakyat untuk menghapus rasa sentimen ke orang asing.
Tapi apakah Anda tidak takut, keuntungan terbesar dari hasil pembangunan tidak diterima oleh rakyat Timor Timur?
Tentu saja, kami membutuhkan kebijakan yang menjamin kepentingan semua warga secara adil, meskipun kepentingan asing juga tetap menjadi pertimbangan.
Bagaimana dengan eksplorasi Timor Gap yang dipercaya mengandung minyak melimpah itu?
Kami tidak mau bergantung pada sesuatu yang bagi kami belum jelas. Kita lihat Brunei yang hidup dari minyak. Tetapi mereka tahu bahwa dalam beberapa tahun lagi, minyak itu akan habis. Sekarang mereka sedang mencari alternatif untuk bisa hidup tanpa menderita. Sewaktu masih di Cipinang, saya pernah mendengar minyak Indonesia kian kering. Dan mereka sudah memikirkan untuk menggunakan berbagai jenis energi, bahkan nuklir.
Tentang CNRT. Kabarnya CNRT akan dibubarkan?
CNRT berkongres Agustus tahun lalu. Salah satu keputusan adalah untuk membubarkan CNRT pada 1 Juni 2001. Dengan demikian, anggota CNRT punya cukup waktu untuk berpikir dan memilih partai mana yang akan diikuti, karena masa kampanye partai akan dimulai pada pertengahan Juni 2001.
Lalu bagaimana posisi Falintil?
Sejak 1 Februari lalu, kami sudah memiliki angkatan bersenjata Timor Timur, yang sebagian besar anggotanya berasal dari kelompok Falintil. Tapi saya tidak tahu persis bagaimana kondisi Falintil karena saya pensiun dari Falintil sejak 20 Agustus 2000, dan sejak 1 Februari, Taur Matan Ruak diangkat menjadi brigadir jenderal pertama dalam angkatan bersenjata yang baru.Yang pasti, angkatan bersenjata Timor Timur memiliki tugas mempertahankan negara dengan nilai-nilai ketentaraan modern. Tapi, senyampang masih ada gangguan keamanan dari milisi, pasukan PBB tetap akan membantu menjaga ketertiban.
Bagaimana peran uskup dan Gereja Katolik di Timor Timur sekarang?
Telah dipastikan sejak awal bahwa Gereja tidak akan terlibat dalam politik. Sedangkan peran Gereja dan uskup adalah untuk membantu membangun bangsa.
Bagaimana kondisi para pengungsi yang sudah kembali ke Timor Timur? Apakah mereka bisa mendapat tempat tinggal?
Anda harus mencatat bahwa hampir semua penduduk Timor Timur kehilangan rumah tinggal mereka karena sudah dibakar, barang-barang mereka diambil milisi. Pokoknya, kerusakannya total.Pada enam bulan pertama, orang-orang PBB dan aktivis LSM internasional yang bertugas di sana telah menolong penduduk setempat sebaik mungkin. Tapi mereka tidak mungkin bisa membenahi seratus persen. Sementara itu, puluhan pengungsi terus berdatangan.
Bagaimana pendapat Anda tentang pengadilan terhadap kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi selama Timor Timur di bawah Indonesia?
Pendapat saya, apabila kita berbicara tentang peradilan di Indonesia, biar pemerintah Indonesia yang menangani. Jika kita membicarakan pengadilan internasional, juga biar badan-badan internasional berwenang yang menanganinya.Kami di Timor Timur juga memiliki pengadilan khusus untuk kasus kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia. Saya sendiri tidak mengingkari pentingnya keadilan ditegakkan. Tapi hingga saat ini saya lebih berkonsentrasi pada proses politik. Saya sama sekali tidak menentang ide-ide yang mempersoalkan kekerasan terhadap hak asasi manusia di Timor Timur.
Bagaimana pendapat Anda tentang keadaan Indonesia dewasa ini?
Menurut saya, kita semua sedang mengikuti proses demokratisasi di Indonesia. Setelah lebih dari 30 tahun di bawah pemerintahan otoriter, proses demokrasi dan perbaikan ekonomi membutuhkan waktu yang cukup lama. Para politisi harus menyadari bahwa ada sebuah peran politik kolektif yang dimainkan bersama.
Bagaimana pendapat Anda tentang konflik di kalangan elite politik Indonesia?
Saya bukan ahli Indonesia. Menurut saya, dan hal itu pentingkarena hal itu yang kami lakukan dalam menangani persoalan di dalam negeridialog adalah cara terbaik untuk menyelesaikan persoalan. Dengan merujuk pada pengalaman Timor Timur, negara yang jauh lebih kecil daripada Indonesia, kami saling mengingatkan bahwa tidak akan ada keajaiban di tahun-tahun pertama Timor Timur.
Anda bertemu dengan Presiden Abdurrahman Wahid. Bagaimana hasilnya?
Kami berbicara tentang hubungan dua negara, termasuk tentang bantuan pemerintah Indonesia, seperti beasiswa dan program pelatihan. Saya juga bercerita tentang proses politik yang sedang berlangsung di Timor Loro Sa'e.
Apakah juga membicarakan masalah keamanan di perbatasan?
Kami juga membicarakan joint border control. Memang masih ada masalah. Kadang-kadang masih terjadi bentrokan bersenjata, tetapi itu sebatas di perbatasan. Namun, saya percaya bahwa masalah ini bisa diselesaikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo