Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=arial size=2 color=#ff9900>Chris John:</font><br />Banyak Petinju Celaka Akiibat Kelalaian

14 April 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yohannes Christian John sudah pasti menjadi legenda tinju profesional Tanah Air. Delapan tahun menggenggam sabuk gelar juara dunia kelas bulu World Boxing Association—dan 17 kali mempertahankan gelar—bukanlah prestasi ecek-ecek. Tanggal 14 April kemarin adalah ikhtiar Chris "The Dragon" John mempertahankan kejayaannya yang ke-18.

Sebelum pertarungan itu, dalam karier profesionalnya, Chris John telah 50 kali bertanding, dengan hasil 48 menang dan dua kali imbang. Kemenangan yang diraih petinju asal Banjarnegara, Jawa Tengah, berusia 33 tahun ini di antaranya dengan 22 kali knockout (KO).

Chris John mengawali kariernya pada usia 15 tahun dari tinju amatir. Tiga tahun berselang, dia memutuskan hijrah ke profesional. Ia berdalih tak banyak pertarungan di tinju amatir. "Daripada habis umur di amatir," ujarnya.

Kunci sukses Chris tegak di atas ring demikian lama hanya satu: disiplin! Dia mendapatkan hal itu dari ayahnya, juga Sutan Rambing, pelatih yang menemukan bakat besarnya. "Kalau tidak berdisiplin, tidak mungkin bertahan lama menjadi juara," kata Sutan.

Berikut ini wawancara Tempo dengan Chris sebelum ia menghadapi pertarungan mempertahankan gelar juaranya Ahad lalu.

Bagaimana Anda melihat tinju profesional di Indonesia?

Bakat petinju di Indonesia itu banyak. Yang berminat juga banyak. Masalahnya, wadah pertandingan di Indonesia sangat kurang. Petinju kan tidak hanya butuh latihan, apalagi petinju profesional. Mereka butuh bertanding. Dulu, sering ada pertandingan, lebih bergairah. Sekarang kurang.

Banyak kecelakaan di atas ring. Pendapat Anda?

Ini peringatan bagi komisi tinju kita. Sepertinya dari dulu itu tidak berubah. Banyak terjadi kecelakaan di atas ring, kenapa tidak diubah? Seharusnya kita belajar mengatasi itu.

Apa penyebab kecelakaan di atas ring?

Yang pertama, faktor internal. Ini terkait dengan ketidaktahuan si pelatih atau atlet soal hal yang berbahaya bagi petinju di atas ring. Kedua, dari pihak matchmaker, promotor, atau penyelenggara pertandingan. Sebetulnya ini semua sudah sering dibicarakan. Hanya, kok, mereka enggak terlalu menanggapi masalah ini.

Contohnya apa?

Misalnya pentingnya konsumsi air minum untuk menjaga kondisi petinju. Ini penting agar petinju tidak mengalami kejadian buruk di atas ring. Tapi apakah mereka peduli masalah itu? Banyak kejadian petinju meninggal di atas ring karena mereka kekurangan cairan di otak. Sehabis timbang berat badan, petinju biasanya kehilangan banyak cairan. Petinju seharusnya tahu cara mengembalikan elektrolit dalam tubuhnya. Mereka harus tahu ukuran kecukupan cairan dalam tubuhnya. Misalnya memperhatikan warna cairan kencingnya. Jangan sampai keruh.

Apa yang Anda lakukan untuk bertahan di tinju profesional?

Saya hanya mengerjakan tugas sebagai atlet dengan tanggung jawab. Saya berfokus dan serius di dunia yang saya tekuni.

Apakah porsi latihan Anda jauh lebih banyak daripada petinju lain?

Tidak juga. Saya berlatih dengan memaksimalkan apa yang bisa saya maksimalkan. Apa yang diperintahkan pelatih saya jalani. Ini olahraga keras yang tidak luput dari kecelakaan dan risiko fatal. Sebagai atlet profesional, saya tidak ingin konyol karena persiapan pertandingan yang asal-asalan. Saya harus siap seratus persen.

Dari mana mental disiplin seperti itu?

Ayah saya yang membentuk mental disiplin dan kerja keras sejak kecil. Setiap hari saya hanya punya waktu bermain sangat sedikit. Sepulang sekolah, saya makan, kemudian tidur siang. Sore hari, setelah tidur, langsung latihan selama dua jam. Setelah latihan, hari sudah gelap. Saya harus siap-siap makan malam, kemudian tidur.

Anda tidak memberontak dengan jadwal seperti itu?

Kalau memberontak, saya bisa ditempeleng. Daripada ditempeleng, lebih baik saya menurut, he-he-he…. Memang keras, tapi hasilnya terasa sekarang. Ya, anak kecil kan maunya main terus, jadi harus dididik dengan disiplin.

Apa alasan Anda saat dulu beralih ke profesional?

Tinju profesional itu lebih menjanjikan. Banyak pertandingan di televisi-televisi swasta. Ngapain lagi saya menunggu-nunggu? Di amatir, jarang sekali ada pertandingan. Dalam satu tahun, ada satu atau dua kali pertandingan saja sudah untung.

Saat Anda ke profesional, ada surat rekomendasi dari PP Persatuan Tinju Amatir?

Tidak. Saya kira banyak petinju yang malah tidak dari amatir, tapi langsung ke pro. (Mungkin) daripada habis umur di amatir.

Bukankah lebih baik seorang petinju berkarier di amatir lebih dulu?

Memang, menurut saya, lebih baik seorang petinju ke jenjang amatir lebih dulu. Kalau ada pengalaman bertanding di amatir, lebih oke. Petinju akan memiliki bekal pengalaman dan teknik yang baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus