Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=arial size=2 color=#ff9900>Tatang Kurniadi:</font><br />Kalau Cincai, Kita Rugi

23 Desember 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUSIA berusaha menekan dan mendahului kerja tim investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi atas kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 pada 9 Mei lalu. Negara itu berkepentingan agar bisnis pesawat penumpang ini mulus. Sebaliknya, Indonesia juga menyembunyikan sejumlah kelemahan bandar udara sebagai penyebab kecelakaan.

Ketua Komite Tatang Kurniadi membantah ada kompromi dalam memutuskan hasil investigasi tragedi yang menewaskan 45 orang itu. "Bargaining kita adalah kepercayaan internasional. Kalau cincai, kita rugi," katanya kepada Maria Rita dari Tempo di gedung Komite, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Laporan akhir investigasi Sukhoi terkesan kompromistis?

Investigasi di seluruh dunia, pertama, bertujuan memperbaiki sistem penerbangan. Kedua, no blame, tidak menyalahkan siapa pun. Begitu terjebak menyalahkan, hancur. Selanjutnya, no liability, tidak boleh ada permintaan ganti rugi. Itu urusan perdata. Lalu, no judiciary, yang artinya hasil investigasi tidak boleh dijadikan bukti di pengadilan.
Undang-Undang Penerbangan menyebutkan ada bagian yang tidak boleh diumumkan. Kalau itu dilanggar, sanksinya, Indonesia dinyatakan tidak mampu menyelenggarakan investigasi. Jadi, bar­gaining kita adalah kepercayaan internasional. Nilainya sangat tinggi buat kita. Kalau cincai, kita rugi. Dunia melihat, mengikuti. Tidak ada asumsi-asumsi. Adanya fakta.

Di laporan itu banyak masalah air traffic controller sebagai faktor penyebab kecelakaan Sukhoi….

Itu bukan masalah. Barangkali mereka menginginkan petugas ATC menongkrongi pesawat dari takeoff sampai land­ing. Petugas sangat sibuk dengan penerbangan-penerbangan lain pada saat kecelakaan. Dia meladeni pesawat yang menghubunginya. Tapi Sukhoi cuma sekali menghubungi waktu mau orbit. Setelah pesawat keluar dari orbit, tidak lapor lagi. Dia tidak tahu itu Sukhoi penumpang karena database-nya belum masuk. Yang ada data Sukhoi militer. Nah, sistem ini barangkali perlu diperbaiki. (Berdasarkan rekaman, pilot Sukhoi empat kali menghubungi petugas. Pemberitahuan sebelum penerbangan juga sudah menyebutkan Sukhoi pesawat penumpang.)

Pilot terkesan sangat disalahkan….

Pilot overconfident. Padahal pilot tidak boleh overconfident. Ia harus percaya kepada instrumen. Itu doktrinnya. Pilot juga diajak ngobrol oleh, mungkin, pembeli potensial. Ini bisnis yang mengorbankan keselamatan.

Rusia terlibat dalam investigasi?

Rusia berhak terlibat dalam investigasi, sesuai dengan peraturan International Civil Aviation Organization. Begitu juga Amerika, yang membuat warning system, dan Prancis, pembuat mesin. Rusia mengirimkan tim, sedangkan Amerika dan Prancis non-visiting. Mereka mengajak kami ke Rusia, tapi saya tolak. Saya takut masuk jebakan kesimpulan yang tidak benar bahwa Indonesia diatur, disetel, dianggap tak mampu, lalu ditekan. Kami membuat protokol agar tidak menyimpang.
Saya tidak mau mereka membuat laporan yang merugikan kita. Saya mendapatkan bocoran-bocoran dari koran Rusia bahwa penyebab kecelakaan adalah manusia. Begitu juga di Eropa.

Mengapa informasi bisa bocor ke media Rusia?

Informasi diperoleh dari dokumen cockpit voice recorder dan flight data record­er yang kami berikan salinannya ke Rusia. Mereka punya hak untuk mendapatkan salinan. Saya tidak bisa mengontrolnya, sehingga masalah muncul. Duta Besar Rusia (saat itu) Alexander A. Ivanov sudah mengekspos bahwa pesawat ini bagus. Saya biarkan saja, tidak membuat perlawanan berlebihan. Saya mendapat surat dari Prancis, mempertanyakan surat kesepakatan yang muncul di buletin Sukhoi. Semestinya itu rahasia tingkat tinggi.

Anda tidak memprotes?

Tidak. Biarkan saja. Dari mana sumbernya bisa dilihat. Itulah masalah Rusia, yang tidak hanya berkepentingan dengan nyawa, tapi juga dengan pesawat itu. Kalau kita, hanya soal nyawa.

Bagaimana agar rekomendasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi diterapkan segera oleh regulator?

Undang-Undang Penerbangan mengatakan rekomendasi wajib dilaksanakan. Karena itu, perlu ada tim monitor pelaksanaan rekomendasi. Kami sudah membuat tim itu. Jika ini tidak dipantau, Indonesia akan rugi. Itu strategi yang harus kita pikirkan ke depan karena yang akan datang persaingan transportasi ketat. Transportasi menjadi milik dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus