Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MIKHAIL Galuzin jadi tamu spesial Komite Nasional Keselamatan Transportasi Republik Indonesia di gedung Kementerian Perhubungan, Selasa pekan lalu. Duta Besar Rusia untuk Indonesia itu diundang khusus dalam pengumuman hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menubruk Gunung Salak, 9 Mei lalu. Ia ditemani seorang penerjemah dan Marsekal Muda Purnawirawan Sunaryo, konsultan PT Trimarga Rekatama, agen pesawat Sukhoi di Indonesia.
Duduk di antara Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Tatang Kurniadi dan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti Singayuda Gumay, Galuzin mendapat kesempatan menyampaikan pernyataan. Dia memulainya dengan ajakan mengenang tragedi itu dan ucapan belasungkawa kepada 45 korban yang meninggal.
Setelah kalimat puji-puji kepada kerja Komite Nasional Keselamatan Transportasi, ia menyatakan, "Saya berkeyakinan ini hasil investigasi yang obyektif dan seimbang." Berbahasa Rusia yang kemudian diterjemahkan, pidato sekitar lima menit itu ditutup dengan pernyataan pamungkas: "Semoga setelah ini terjadi peningkatan kerja sama bilateral dalam pengadaan pesawat sipil Rusia untuk pengangkut di Indonesia."
Sang Duta Besar sangat gembira hari itu. Sejak awal pemerintah Rusia sangat khawatir investigasi menemukan bahwa penyebab kecelakaan adalah mesin atau sistem keamanan Sukhoi. "Mereka ketar-ketir," kata seorang anggota tim investigasi.
Beberapa kali utusan pemerintah Rusia dan tenaga ahli Sukhoi menyambangi kantor Kementerian Perhubungan. Menurut anggota tim itu, mereka berniat memantau semua proses investigasi sekaligus melakukan lobi-lobi. "Di sini terjadi kompromi yang kemudian muncul pada hasil investigasi Komite Nasional," ujarnya.
Bukan hanya orang Rusia, menurut sumber tadi, utusan Trimarga Rekatama juga aktif melakukan komunikasi dengan pejabat Kementerian Perhubungan. Perusahaan milik pengusaha Djin Tjong yang berdiri pada 1990 ini menjadi agen tunggal Sukhoi di Indonesia sejak dulu. Trimarga pernah mengegolkan pembelian sepuluh pesawat tempur Sukhoi tipe SU-27 dan SU-30 MK oleh TNI Angkatan Udara. Empat dibeli pada 2003, di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Enam dibeli pada masa Presiden Susilo Bambang YudhoÂyono, 2007.
Trimarga memasarkan pesawat komersial dari Rusia sejak September 2007, ketika Sukhoi baru meluncurkan Superjet 100. Menurut Sunaryo, pada awalnya ada empat maskapai penerbangan yang berniat membeli, yaitu PT Merpati Nusantara Airlines, PT Sky Aviation, PT Kartika Airlines, dan PT Queen Airlines.
Kartika Airlines akhirnya menjadi pembeli perdana pesawat berkapasitas 98 penumpang itu. Pada Juli 2010, berbarengan dengan London Airshow, perusahaan itu menandatangani perjanjian pembelian 30 pesawat. Belakangan Sky menyusul dengan mengikat kontrak pembelian 12 pesawat.
Petaka datang ketika Sukhoi Superjet 100, yang berpromosi melaksanakan joy flight, menabrak tebing Gunung Salak pada 9 Mei 2012. Menurut Sunaryo, dua maskapai yang telah meneken kontrak nyaris membatalkan rencana pembelian. "Meski belakangan Sky tetap melanjutkan," katanya. "Sedangkan Kartika Airlines batal karena ada persoalan internal."
Sunaryo membantah keras ikut mempengaruhi proses investigasi yang dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi. Dia mengatakan hadir bersama Duta Besar Rusia karena diundang Kementerian Perhubungan. Menurut dia, pemerintah Rusia melihat persoalan yang terjadi di Indonesia bukan melulu urusan Sukhoi Civil Aircraft sebagai produsen, melainkan kepentingan nasional. "Itu sebabnya duta besar sampai hadir," ujarnya.
Herry Bakti memastikan pesawat Rusia itu tidak bermasalah. Menurut dia, Kementerian Perhubungan sudah melakukan validasi dan sertifikasi atas pesawat tersebut. Kementerian Perhubungan, kata dia, sudah mengirim sembilan teknisi ke pabrik Sukhoi untuk melakukan tes terhadap Sukhoi Superjet 100. "Dari sisi pesawat tidak ada masalah," katanya. Sejak November lalu, Kementerian Perhubungan telah menerbitkan sertifikat laik terbang kepada Sukhoi Superjet 100 tipe RRJ 95B.Pengakuan bahwa pesawat bukan biang kecelakaan merupakan kabar gembira bagi Sukhoi Civil Aircraft dan Trimarga. Kartika Airlines, yang sempat mundur, memutuskan melanjutkan transaksi pembelian 30 pesawat. Direktur Komersial Kartika Airlines Aditya Wardana mengatakan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi menjadi momentum perusahaannya meneruskan pembelian.
Menurut dia, pengiriman pertama ditargetkan pada Mei 2013 sebanyak dua pesawat. Sedangkan pengiriman berikutnya dilakukan satu unit tiap bulan. "Semua pesawat diprediksi datang pada 2016," ucapnya.
Direktur Utama Sky Aviation Krisman Tarigan menyatakan keputusan untuk tetap menggunakan pesawat Sukhoi Superjet 100 tidak ada kaitan dengan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi. "Tetap dengan kontrak yang ada, sebanyak 12 pesawat Sukhoi Superjet 100," ujarnya kepada Tempo.
Menurut Krisman, pengiriman pesawat dilakukan selama empat tahun secara bertahap. Rencananya tahun ini tiga pesawat pertama akan diterima Sky Aviation. Pada 2013, pengiriman dilakukan untuk tiga pesawat berikutnya. Menyusul pada 2014 dan 2015 pengiriman masing-masing dilakukan atas empat dan tiga pesawat.
"Namun, karena kecelakaan itu, tiga pesawat yang seharusnya dikirim tahun ini menjadi tertunda hingga awal tahun depan," katanya. Krisman optimistis Sky Aviation segera mengoperasikan pesawat Sukhoi Superjet 100 pada Januari nanti.
General Manager Pemasaran Sky Aviation Sutito Zaenuddin tidak khawatir insiden Gunung Salak akan mempengaruhi minat konsumen menggunakan pesawat Sukhoi. Promosi lewat media cetak dan elektronik akan dilakukan untuk menghapus kecemasan itu. "Masyarakat akan paham sistem keamanan pesawat ini," ujarnya.
Keyakinan serupa muncul dari Sunaryo. Menurut dia, Sukhoi akan banyak mengisi pasar maskapai penerbangan di Indonesia dalam 1-2 tahun ke depan. Bukan hanya maskapai penerbangan komersial, para orang kaya yang berminat memiliki jet pribadi juga menjadi target pasar. "Kini saatnya Sukhoi terbang tinggi," katanya sumringah.
Setri Yasra, Maria Hasugian, Maria Yuniar
Sukhoi Superjet 100
Produsen: Sukhoi Civil Aircraft
Panjang: 29,94 meter
Rentang sayap: 27,8 meter
Tinggi: 10,28 meter
Diameter pesawat: 3,35 meter
Lebar kabin: 3,24 meter
Tinggi kabin: 2,12 meter
Kapasitas penumpang: 98 orang
Ketinggian terbang maksimum: 12.500 meter
Kecepatan terbang jarak jauh: 828 kilometer per jam
Kecepatan maksimum: 870 km per jam
Daya jelajah: 3.048 km/4.578 km (versi jarak jauh pada ketinggian 12.200 meter)
Harga: US$ 32 juta
Terbang perdana: 19 Mei 2008 Sertifikasi dari European Aviation Safety
Agency: Februari 2012
Teknologi:
Sistem fly by wire modern yang dapat mendarat hanya dengan satu pilot. Pesawat ini juga dilengkapi sistem kendali failure safe flight, yang diklaim meningkatkan efisiensi bahan bakar dan meningkatkan keamanan penerbangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo