Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa terdengar jelas?” tanya Muhammad Jusuf Kalla, yang duduk di sisi kepala meja, kepada Tempo sesaat sebelum wawancara eksklusif di meja rapat pesawat Boeing Business Jet 737-700 yang dipinjamkan pengusaha Aburizal Bakrie. Dengung mesin burung putih itu memang lumayan terdengar di sini.
Pada Sabtu dua pekan lalu itu, Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla, calon presiden yang berpasangan dengan Wiranto, sedang bersama rombongan kampanye menuju Denpasar, Bali, untuk transit dan bermalam. Siangnya, ia usai berkampanye di ruang Gelanggang Olahraga Cenderawasih, Jayapura. Dari Denpasar, keesokan harinya ia terbang bersama rombongan 15 orang menuju Semarang, Jawa Tengah, melanjutkan kampanye.
Di meja rapat juga duduk Mufidah Miad Saad, sang istri, tepat di sebelah kirinya. Lalu Sekretaris Jenderal Partai Golkar Sumarsono, fungsionaris partai Simon Patrice Morin, dan anggota tim kampanye nasional JK-Wiranto, Suaidi Marasabessy. Di bagian depan, Solichin Kalla, putranya, duduk mengobrol dengan Dedi Patiwiri, sahabat masa kecilnya yang juga wakil bendahara di tim kampanye.
Lalu ada Presiden Lembaga Riset Informasi Johan O. Silalahi serta Yuddy Chrisnandi, yang duduk meriung di sofa bersama ajudan Wakil Presiden, Komisaris Besar Polisi Syafruddin, dan ajudan istri Wakil Presiden, Letnan Satu Ebdianora Jaya.
Wawancara akhirnya berlangsung di ruang kantor berkapasitas empat tempat duduk. Di sini, ”senandung” mesin si burung putih menghalus. Di belakang kantor ini ada ruang tidur plus kamar mandi ber-shower. Selama wawancara sekitar satu setengah jam, yang diselingi makan siang ikan bakar, Solichin dan Yuddy ”mengintip” sesekali dari kaca.
Mufidah sempat menemani sebelum berganti pakaian menjelang pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai. Berkemeja lengan panjang dan bercelana panjang hitam, JK meladeni wawancara sambil berbaring di sofa. Kakinya yang terbungkus kaus kaki ikut naik. Belakangan ia mengenakan jaket hitam tipis.
Berikut ini petikan wawancara seputar kampanye pemilihan presiden dengan kandidat nomor tiga itu plus ”efek”-nya buat perusahaan keluarganya.
Dengar-dengar, Anda pernah berkampanye ke 15 tempat dalam sehari. Kok, bisa kuat?
Pernah. Ke Malang, Surabaya, Situbondo, Surabaya lagi, ke Jakarta. (Di tiap kota, ada beberapa tempat yang dikunjungi.)
Bagaimana agar stamina tidak rontok?
Kalau pikiran jernih, ya, hati itu harus ikhlas aja. Perjalanan naik pesawat, mobil, dinikmati aja. Kalau jadi beban, fisik juga kena. Makanya pembicaraan saya banyak humornya. Anda senang, saya senang. Tapi ada isinya, kan?
Untuk menjaga kebugaran, kabarnya Anda disuntik vitamin B?
Ndak. Ada vitamin dari istri untuk diminum. Tapi dulu olahraga saya joging, sudah 35 tahun sejak umur 20 saat kuliah.
Masa kampanye sudah berlangsung dua pekan. Hasilnya bagaimana?
Hasil kampanye kan bagus. Kami mulai dengan tingkat elektabilitas lima persen, tapi sekarang sudah 20 persen.
Mengapa bisa naik?
Banyak hal. Orang melihat pasangannya, lalu melihat figur, debat di televisi, serta pengaruh kultur juga. Belum lagi pengaruh organisasi keagamaan.
Organisasi keagamaan?
Ya, lebih pada faktor pengaruh kultur itu dan keumatan. Misalnya organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia, organisasi masjid. Macam-macam, deh.
Kalau faktor Jawa dan luar Jawa?
Lebih rasional sekarang.
Kabarnya, Anda rutin bayar zakat lewat Nahdlatul Ulama-Muhammadiyah?
Iya. Saya ikhlas saja, kewajiban agama saja. Lebih mudah kan membaginya lewat organisasi. Mereka menyalurkannya ke anggota yang tidak mampu. Saya lebih ringan, organisasi itu juga lebih memperhatikan anggotanya. Bukan hanya lewat NU-Muhammadiyah, lho.
Waktu tinggal satu-dua pekan. Target kampanye Anda?
Meyakinkan masyarakat perlunya ekonomi mandiri. Bangsa yang kuat dan percaya diri, pemerataan kesejahteraan, dan memperhatikan daerah.
Pesawat ini kabarnya pinjaman Aburizal Bakrie?
Ya, biasa aja. Sudah kenal sejak sama-sama pengusaha, bukan tiba-tiba. Tim yang minta supaya saya tidak capek. Jadi bisa langsung (ke Jayapura, Papua). (Pada Sabtu pagi itu, pesawat ini terbang langsung dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Bandara Sentani selama 5 jam 20 menit.)
Pemilihan presiden kira-kira berapa putaran?
Kira-kira dua putaran. Semua mengatakan nomor satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono. Sekarang tinggal mengukurlah. Tentu kita berusaha ke situ.
Ada kesan, Anda dan Megawati Soekarnoputri saling adem-ayem tapi berlaga dengan SBY. Ada deal tertentu?
Sejak dulu, saya punya hubungan baik dengan Bu Mega. Dengan keluarganya juga baik. Saya tetap berhubungan, datang ke rumahnya. Dengan SBY juga sama, tidak ada masalah.
Ada kesan, SBY dikeroyok dua kandidat, nih?
Saya tidak melihat seperti itu. Justru, kalau dari jumlah partai, beliau mengeroyok kami. Saya kan cuma didukung dua partai, beliau mungkin 24 partai. Jadi, sebenarnya, siapa yang mengeroyok dan dikeroyok?
Kabarnya, saat Anda hendak maju berpidato pada acara deklarasi kampanye damai oleh Komisi Pemilihan Umum lalu, SBY sempat membisiki, ”Pak Kalla, tolong pidatonya yang positif saja.” Benar?
Karena Bu Mega dengan Butet Kartaredjasa mengkritik habis. Jadi saya positif aja.
Kan, sudah menyiapkan catatan pidato. Berubah lagi, dong?
Enggak ada. Mana pernah saya berpidato pakai itu? Saya cuma nyeletuk aja, menyampaikan seperti inspektur upacara. Itu kan maknanya dalam.
Jika menang, program kerja seratus hari pertama apa?
Saya nanti new-incumbent. Jadi, meneruskan kebijakan dan memperbaikinya. Sektor infrastruktur, perbankan, bunga lebih murah, pemerintah harus berperan lebih besar.
Kebijakan apa yang tersendat sekarang?
Banyak hal. Katakanlah kita mau memperbaiki jalan, masalahnya lahan. Perumahan, juga lahan. Lebih pada sikap tegas. Artinya, buat kesepakatan dengan masyarakat secara lebih baik. Lalu soal kecepatan, karena banyak hal tertumpuk di sektor keuangan. Harus diperbaiki.
Jika kalah, apa yang Anda lakukan?
Pasti pulang kampung, istirahat dulu di Makassar. Membina hubungan baik dengan siapa saja. Mengurus pendidikan, kegiatan keagamaan, urusan-urusan perdamaian, di mana-mana. Dulu ada yang minta saya membantu konsultasi dengan Thailand, Sri Lanka, Filipina. Saya diminta berceramah di Eropa juga, Spanyol dan Paris, Prancis.
Bagaimana kelanjutan pendekatan dengan Amien Rais?
Sebenarnya, dalam banyak hal, saya sependapat dengan Pak Amien Rais. Soal pengelolaan sumber daya alam, kami sepakat, untuk kepentingan negara. Karena itu, dia sangat nasionalistis. Kami bertemunya di situ, walaupun solusinya kadang berbeda. Pada prinsipnya, dia mendukung meski tidak formal.
Kabarnya, salah satu kompetitor Anda punya data tebal masalah perusahaan keluarga Anda?
Saya kira kurang kalau cuma segini (Kalla merenggangkan jempol dan telunjuknya sekitar sepuluh sentimeter). Harusnya segini (ia merenggangkan kedua tangannya sekitar tiga puluh sentimeter), karena kan ada macam-macam perusahaan. Apa salahnya orang berusaha? Justru kemuliaan itu ada pada pengusaha. Kami bayar zakat dan bayar pajak.
Ada perusahaan yang diperiksa?
Banyak yang nanya-nanya. Silakan aja, bank, kejaksaan.
Pemeriksaannya setelah masa pemilihan presiden ini?
Iya. Silakan saja bertanya. Jaksa Agung ada apa kok suka nanya-nanya. Saya telepon Menteri Keuangan (Sri Mulyani).
Masalahnya soal waktu pemeriksaan?
Lha iya. Kok, larinya ke situ.
Pejabat PT Bukaka Teknik Utama (anak perusahaan Grup Hadji Kalla) sempat dipanggil Kejaksaan Agung?
Iya.
Sudah resmi ada kasusnya?
Ya, memang enggak ada kasus. Saya katakan ini bisnis swasta murni, enggak ada ikut proyek pemerintah. Sudah ada sejak dulu. Kami ikut memelopori pembangunan dalam negeri, pembangunan jalan. Kami lawan kontraktor-kontraktor dari luar negeri. Ndak tahulah saya. Kita fair aja, dong. Apa salahnya? Grup perusahaan saya pembayar pajak terbaik di Makassar. Tiap tahun mendapat penghargaan pembayar pajak nomor satu.
Ya, jadi ndak elok. Jangan begitulah. Jangan masalah personal jadi masalah seperti ini.
Sudah bertanya ke Presiden soal ini?
Ndak. Saya tanya ke Menteri Keuangan, ”Apa benar?” (Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab:) ”Ndak, ndak.”
Begitu, ya?
Sama seperti pada masa pemerintahan Gus Dur juga (saat itu Jusuf Kalla menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan, lalu diberhentikan Presiden Abdurrahman Wahid), saya diserahi dokumen-dokumen (yang ternyata dokumen) ekspor-impor. (Kalla bilang:) ”Apa ini?”
Ada pengaruhnya ke kampanye Anda? Jadi lembek?
Ndak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo