Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit Pusat Pertamina atau RSPP didirikan pada 1967 berawal dari gagasan Ibnu Soetowo yang kala itu menjadi Direktur Utama Pertamina. Dikutip dari undip.ac.id, pada 6 Januari 1972, Presiden Soeharto meresmikan RSPP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya, RSPP hanya dibuka untuk memberikan perawatan dan pengobatan kesehatan para pekerja Pertamina beserta keluarga. Melalui dinamika perubahan industri minyak dan gas, Pertamina berupa menata seluruh bidang dalam restrukturisasi secara menyeluruh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan restrukturisasi, Pertamina menuntut kemandirian sarana penunjang. Akibatnya, Pertamina melepaskan aktivitas yang tidak berhubungan langsung dengan bisnis utamanya, yaitu minyak dan gas bumi. Bersama Yayasan Tabungan Pegawai Pertamina (Pertamina Dana Ventura), Pertamina membangun anak perusahaan untuk mengelola pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, dan akademi keperawatan. Anak perusahaan tersebut tergabung dalam dalam PT RSPP yang berubah nama menjadi PT. Pertamina Bina Medika dengan anak perusahaan RSPP.
Berdasarkan rspp.co.id, RSPP merupakan rumah sakit terbesar dari 16 rumah sakit yang dikelola oleh PT. Pertamina Bina Medika. Rumah sakit ini berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang dibangun di atas lahan 31.420 meter persegi dengan area bangunan seluas 27.795 meter persegi. Saat ini, RSPP telah melakukan peremajaan bangunan dengan mengutamakan prinsip patient safety untuk kenyamanan dan keamanan pasien.
RSPP menggunakan standar pelayanan sesuai akreditasi KARS dengan predikat paripurna dalam memberikan pelayanan medis dan nonmedis. RSPP juga memberikan pelayanan medical check-up dengan konsep One Stop Service yang menyediakan seluruh layanan dalam satu ruangan. Rumah sakit ini juga melayani pasien dengan layanan unggulan, seperti Cardio Neuro Vascular center, Burn Center, dan Minimal Invasive Surgery.
Sebagai rumah sakit Kepresidenan, RSPP mengklaim akan melakukan perbaikan berkelanjutan mengikuti perkembangan teknologi digital dan menjalankan fungsi edukasi melalui media. Dengan pelayanan yang ditawarkan, RSPP berhasil meraih beberapa penghargaan. Rumah sakit ini pernah meraih juara Runner Up Lomba Green Hospital Tingkat Nasional pada 2018. Selain itu, RSPP juga mendapatkan apresiasi Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Tingkat Daerah dari Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta pada 2018.
RSPP juga menjadi saksi bisu Soeharto mengembsukan napas terakhir. Pada 27 Januari 2008 pukul 13.13 WIB, Soeharto dinyatakan meninggal di RSPP tanpa meninggalkan pesan terakhir.
“Beliau tidak sadar diri, meninggal dengan sangat tenang,” ujar Haryono Suyono, pada Ahad, 27 Januari 2008 di RSPP seusai menunggu hari terakhir mantan atasannya itu.
Sementara itu, Dr Djoko Sanjoto, Pjs Direktur RSPP sekaligus dokter yang merawat Soeharto menyatakan, kematian Soeharto terjadi karena kegagalan multi organ (failure multy organ), termasuk jantung, ginjal, dan paru-paru. Organ-organ tersebut mengalami infeksi yang sudah terlalu lama.
RACHEL FARAHDIBA R | MUHAMMAD NUR ROCHMI
Pilihan Editor: Soeharto Meninggal dalam Keadaan Tidur