Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PAM JAYA, Arief Nasrudin meminta warga Jakarta untuk memasak air tanah hingga matang sebelum mengkonsumsinya agar aman dari bakteri E.coli (Escherichia coli).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Harus dipastikan airnya dimasak dengan matang, sehingga benar-benar bakterinya mati,” kata Arief kepada wartawan saat ditemui di Hotel Grand Cempaka, Senin, 14 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini menanggapi temuan United Nations Children’s Fund (UNICEF) soal 70 persen air tanah di Indonesia tercemar bakteri E.coli.
Dia mengaku bahwa air tanah di DKI Jakarta sudah banyak tercemar oleh bakteri E-coli. Namun demikian, Arief meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir. “Yang terpenting sebelum air dikonsumsi, pastikan air sudah dimasak,” kata dia.
Dirut PAM JAYA itu mengatakan mengkonsumsi air yang tercemar bakteri E.coli dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satunya sakit perut dan diare. “E.colinya sudah cukup besar dan tinggi terutama di daerah Jakarta yang berdekatan dengan laut,” ujarnya.
Menurutnya, pihaknya tidak bisa memberi tahu secara pasti kapan air di DKI Jakarta mulai tercemar bakteri E.coli. Ia hanya mengatakan bahwa yang perlu dilakukan masyarakat adalah lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi air agar terhindar dari penyakit.
“Mulainya dari kapan kami tidak bisa deteksi, tetapi dari hasil para analisa telah menyampaikan adanya E-coli di air tanah,” kata Arief.
Di sisi lain, ia menyampaikan bahwa daerah dekat laut menjadi wilayah dengan pencemaran air tanah tertinggi di Jakarta. Menurutnya, pencemaran air tanah dapat diselesaikan dengan menggunakan air pipa.
“Harusnya pakai air pipa tapi, kan masyarakat nggak punya pilihan, pipanya belum sampai, makanya PR-nya di saya, PAM Jaya,” katanya.
PAM JAYA menargetkan proses peralihan dari air tanah ke air pipa di Jakarta tuntas pada 2030 dan akan menurunkan tarif air untuk masyarakat miskin.
MUTIA YUANTISYA