MASALAH perumahan di Kota Tebing Tinggi (Sumatera Utara)
rupanya sudah mendesak juga. Penduduk kota ini memang tak
banyak, hanya sekitar 35.000 jiwa. Tapi dengan luas hanya 345
hektar, kota ini terasa telah sempit.
Selain itu sebagian besar kota ini terdiri dari dataran rendah,
dengan 2 buah sungai membelahnya. Akibatnya penduduk berebut
untuk mendapat tempat tinggal di bagian yang lebih tinggi.
Ditambah dengan fungsinya sebagai tempat berduduknya
instansi-instansi Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang,
maka lengkaplah kesempitan kota ini.
Karena bentuk maupun susunan bangunan rumah-rumah penduduk yang
serba centang-perenang itu pula, kota ini kurang sedap dipandang
mata. Di perkampungan Gang Becek, Jalan Subur, Kampung Rao
maupun Bandar Sono, dengan mudah pemandangan serupa itu
ditemukan. Rumah-rumah di sini bahkan tak sedikit yang dihuni
oleh 3 kepala keluarga setiap rumah. Lebih dari itu sebagian
besar rumah penduduk itu adalah bangunan liar.
Walikota Tebing Tinggi, drs. Amiruddin Lubis, rupanya kurang
berkenan untuk main gusur begitu saja terhadap bangunan-bangunan
liar tadi. Ia lebih memilih membangun rumah-rumah sederhana.
Pilihan ini sudah cukup matang, bahkan pihak Bank Tabungan
Negara (BTN) sudah menyanggupi memberi kredit. Tapi belakangan
disebutkan usaha itu gagal karena status tanah yang disediakan
untuk itu tak jelas.
Ketika Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara,
belum lama ini berkunjung ke kota ini, Walikota Amiruddin sempat
mengungkapkan keinginannya agar diberi kesempatan membangun
rumah murah untuk warganya. Cosmas agaknya tak menjanjikan
apa-apa, kecuali meminta agar rencana itu dipersiapkan dengan
matang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini