Setelah sang pasien meninggal, penyakit aib yang dialami aktor selebritis itu baru terbongkar. Earvin Johnson memilih jadi juru kampanye anti-AIDS. TROY Frazier bergegas ke kamar kecil. Wajahnya bersimbah air mata. Pelajar SMA Luther King Jr. di Amerika Serikat itu tidak dapat menahan tangisnya yang padat. Dari berita televisi awal November silam, ia menyimak: Earvin "Magic" Johnson, bintang klub bola basket profesional di Los Angeles Laker, menyatakan bahwa dirinya positif mengidap HIV (human immunodefficiency virus), virus penyebab AIDS (acquired immune deffisiency syndrome). Ia berniat mundur dari dunia basket Amerika. Siswa 17 tahun itu tergagau. Kemudian, ia terisak menumpahkan kesedihannya terhadap idolanya tadi. Tampaknya, tidak ada lagi saat-saat indah menonton kehebatan atlet yang tingginya 2,06 meter itu memantulkan bola, kemudian mengopernya kepada rekannya, tanpa melirik. Juga, kelenturan tubuhnya yang lincah melakukan rebound. Tiada lagi Johnson, yang mampu mengubah pertandingan basket sebagai suguhan hiburan memikat. Lenguhan Johnson makin bergaung panjang tatkala dokter meramal bahwa bintang berusia 32 tahun itu tidak bakal lama lagi hidup. Kesedihan Troy Frazier merupakan kesedihan para pencinta pemain bola basket itu di seluruh dunia. Toh, dunia makin bersimpati karena inilah untuk pertama kalinya orang terkenal dan terpelajar seperti Johnson justru terbuka mengumumkan penyakit aib yang dialaminya. Ia bekas mahasiswa komunikasi Universitas Michigan. Ini soal yang pelik, memang. Bukan seperti dialami pelacur, terutama yang di kelas bawah, setelah diketahui terkena AIDS kemudian dikecam, atau diubek-ubek, dan dijauhi. Sebaliknya, orang seperti Johnson, setelah ketahuan positif mengidap HIV, malah mengundang uluran untuk menolongnya. Orang beriba-iba dan menganggapnya pahlawan. Ini sama dengan mereka yang berada serta main di tingkat atas, seperti bintang yang biasanya dipuja penggemarnya. Ingat, aktor ganteng Rock Hudson. Ia tidak dijauhi, atau ditakuti, karena disangka bisa menyebarkan AIDS. Padahal, ia sendiri bungkam ketika 1983 dirinya sudah menyandang HIV. "Saya tutup rahasia ini sampai mati," ujarnya pada Yannou Collart, juru bicaranya. Keganasan AIDS telah mencuat dalam tubuh bintang Hollywood itu di tengah persiapan shooting serial TV Dynasty bersama Linda Evans, teman bermainnya. Tiba-tiba tampak bobotnya melorot drastis. Ia gampang lelah dan gejala flu yang diidapnya tidak juga kunjung sembuh. Dokter mengatakan bahwa gejala itu karena efek setelah ia menjalani operasi jantung pada 1981. Hasil tes darah memang menunjukkan ada kerusakan pada sistem kekebalan tubuhnya, tetapi dia tetap diizinkan bermain film. Usai pembuatan film tersebut, Rock Hudson mengonfirmasikan hasil tes darahnya pada Michael Gottlieb, dokter penemu virus AIDS. Dari hasil tes ulang itu, ia terbukti mengidap HIV. Rock Hudson baru belakangan pula diketahui seorang homoseksual. Ia mengalami shock berat. Bruk! Sepulang dari lawatannya ke Paris, aktor yang punya nama asli Roy Scherer Jr. itu kontan ambruk. Dokter, yang belum menyadari apa yang diderita si Rock, bingung mendiagnosa penyakitnya. Selama ini ia merahasiakannya. Akhirnya disimpulkan bahwa aktor beken yang semasa mudanya disenangi perempuan kalangan atas ini ditimpa kanker liver. Sebelumnya, Rock Hudson menjalani pencegahan AIDS di Institut Pasteur dan bersedia menelan obat eksperimen anti AIDS HPA-23. Selama sembilan bulan di San Francisco ia menjadi anggota Proyek Shanti, klub bagi penderita AIDS untuk menyiapkan mental menghadapi kematian. Berbulan-bulan Rock Hudson terpaksa mengucilkan diri, sambil membantah isu bahwa dirinya mengidap AIDS. Ia bahkan muncul di depan publik bersama artis Doris Day, pada 1985. Penggemarnya terkesiap karena pujaan mereka, yang bersuara jantan dan dahulu tubuhnya tegap, kini tampak kurus, kempot, lesu, dan pucat. Setelah Rock Hudson meninggal pada usia 59 tahun itu, barulah juru bicaranya mengumumkan penyakit yang dialami majikannya. "Tapi saya tidak tahu bagaimana ia bisa tertular," kata Collart. Musibah yang menimpa aktor selebritis itu mengguncangkan dunia perfilman Amerika. Keadaannya itu juga menyentuh hati Elizabeth Taylor. Berhari-hari Liz menangisi kepergian Rock Hudson. Derita sahabatnya itu kemudian mendorong Liz mendirikan AmFAR (The American Foundation for AIDS Research), 1985, dan gencar melakukan kampanye anti-AIDS. Hari-hari Liz penuh dengan jadwal kegiatan memerangi AIDS. Ia tidak saja memberi penyuluhan AIDS kepada para artis Hollywood, bahkan juga mencari dana dan melancarkan kampanye anti-AIDS ke berbagai negara. AmFAR, lewat promosi bintang gaek yang tetap molek itu, cepat dikenal. Donatur berdatangan dari berbagai pihak. Tiap tahun lembaga ini memberi subsidi 400.000 dolar AS untuk biaya penyuluhan anti-AIDS oleh LSM di seluruh dunia. Tahun ini mereka menyokong 35 juta dolar AS untuk kegiatan 550 proyek anti-AIDS. AIDS memang makin merajalela. Misalnya, September lalu, AIDS juga merenggut nyawa Brad Davis. Aktor terkenal penerima Golden Globe Award lewat film Midnight Express itu kena HIV melalui jarum suntik. Empat tahun pernah ia berlangganan obat bius sebelum akhirnya mengetahui bahwa HIV bersarang di dalam darahnya pada 1985. Seperti Rock Hudson, Brad Davis juga merahasiakan penyakitnya. Bahkan, keresahan yang dialaminya tidak dibagikan kepada istri dan anaknya. "Saya perlu semangat dari keluarga. Jadi, saya tidak mau kehilangan teman, relasi, dan penggemar," kata aktor tampan berotot itu. Namun, serapi-rapinya ia menyimpan rahasia ibarat menyembunyikan buah durian, akhirnya baunya tercium dan bocor juga. Beberapa minggu sebelum meninggal, aktor berusia 41 tahun itu menulis proposal buku yang berisi kecaman terhadap industri perfilman Hollywood. Ia merasa dibiarkan dicekam ketakutan dan kesepian melawan penyakit mengerikan itu. Pendeknya, Brad Davis dianggap telah mempermalukan glamor Hollywood. Masih banyak bintang terkenal enggan mengumumkan penyakitnya. Misalnya, Jerry Smith, bintang football di The Washington Redskins yang meninggal pada 1986. Meski mengaku terkena AIDS, ia tetap merahasiakan musababnya. Begitu pula dengan Thomas Waddell, 49 tahun, bintang atletik Olimpiade Meksiko 1968. Ia meninggal Juli 1987. Juga, Esteban de Jesus, 39 tahun, bekas juara tinju dunia kelas ringan yang tewas Mei 1989. Lalu pembalap Tim Richmond, 34 tahun, yang tewas karena AIDS, Agustus 1989. Semasa hidupnya, mereka tak bersedia menggelar penyakit yang diderita ke hadapan umum. Baru setelah mereka meninggal, penyakit aib yang dialaminya itu semua terbongkar. Ini sama halnya dengan berita paling baru tentang meninggalnya Freddie Mercury, vokalis grup musik cadas Queen, Rabu, 27 November lalu. Penyanyi biseksual itu menutup rapat penyakit yang diidapnya (lihat: Seks Kotor, Selamat Tinggal). Maka, pada giliran ini orang lalu berpaIing pada kejantanan Earvin Johnson. Ia bukan saja dengan besar hati berani membuka tabir penyakitnya, bahkan segera menawarkan cerai pada istrinya Earletha "Cookie" Kelly. Bekas teman kuliah yang baru dua bulan dinikahi Johnson, dan kini hamil tujuh minggu, menampik pula tawaran suaminya. Hasil pemeriksaan terhadap ibu muda ini negatif. Untuk pastinya, Cookie harus menunggu dua bulan lagi guna menjalani tes ulang. Tindakan Johnson bukan tanpa risiko. Malah, kontrak iklannya terancam putus dengan sejumlah perusahaan, seperti Pepsi-Cola, Kentucky Fried Chicken, Converse NBA Properties, Spalding, dan Nintendo. "Ini persoalan citra perusahaan," kata seorang pengusaha. Nilai kontrak itu tidak sedikit, berkisar antara dua dan 24 juta dolar AS. Toh, Johnson tampaknya siap. Karena pengunduran dirinya dari klub basket, ia mengembalikan sisa kontrak 100.000 dolar AS kepada Lakers agar pengurus klub itu mencari pemain pengganti. Namun, Johnson masih belum total membuka tirai. Ia bahkan belum menyebutkan dari siapa tertular AIDS. Yang diakuinya hanya baru dalam soal sering tidur dengan wanita, sebelum ia resmi menikah dengan Cookie. Jadi, penularan tersebut jelas lewat hubungan heteroseksual. "Saya bukan gay. Dan itu tidak akan pernah terjadi pada diri saya," katanya. Tekadnya setelah mengundurkan diri, menurut Johnson, ia memilih jadi juru kampanye ihwal AIDS. Sikapnya ini tambah mengundang simpati pengagumnya dan ia berjanji akan menyebarkan cara aman melakukan hubungan badani, termasuk memopulerkan penggunaan alat anti-AIDS. "Janganlah mengasihani saya karena saya telah melewati hari terbaik dalam hidup saya," katanya. Sri Pudyastuti R.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini