Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Penyedia uang elektronik kian banyak.
Transaksi melonjak di masa pandemi Covid-19.
Optimisme bank sentral untuk mempercepat digitalisasi sistem pembayaran.
PAPAN promosi kertas berlogo “ShopeePay” bertebaran di lapak-lapak sentra jajanan pusat belanja Margocity, Depok, Jawa Barat, pada libur panjang akhir Oktober 2020. Hampir semua gerai memajang papan kertas berwarna jingga itu di meja kasir. Layanan pembayaran uang elektronik itu memberikan iming-iming cashback alias uang kembali sebesar 30 persen.
Uang elektronik lain juga ada, seperti LinkAja, OVO, dan GoPay. Hanya OVO yang menawarkan promo serupa, itu pun berlaku di beberapa kios saja. “Lumayan,” kata Rohmat, pengguna OVO, di gerai Krispy Kreme Doughnuts, Rabu, 28 Oktober lalu. Di sejumlah resto lainnya, tampak pengemudi ojek online tengah mengantre untuk layanan pesan-antar makanan GoFood dan GrabFood.
Berbagai fasilitas dan kemudahan layanan benar-benar memanjakan konsumen pengguna layanan pembayaran berbasis server yang kian marak. Makanya jumlah pengguna uang elektronik melonjak dari tahun ke tahun. Bank Indonesia mencatat peningkatan signifikan terjadi pada 2019. Total volume transaksi mencapai 5,22 miliar kali, dengan nilai Rp 145,16 triliun. Jumlah itu naik drastis dibanding pada 2018 yang hanya mencatat 2,92 miliar transaksi senilai Rp 47,19 triliun.
Uang elektronik kini bisa digunakan untuk pembayaran banyak hal, baik transaksi online maupun offline. Presiden Direktur PT Visionet Internasional Karaniya Dharmasaputra menyebutkan lima besar penggunaan OVO ada di sektor retail—meliputi makanan dan barang, transportasi online, jasa pengiriman makanan online, e-commerce, dan pembayaran tagihan. “Kami tersedia di 700 ribu merchant, baik gerai modern maupun usaha mikro, kecil, dan menengah,” ujarnya, Senin, 26 Oktober lalu.
Aplikasi yang semula hanya menawarkan layanan pembayaran, poin loyalitas, dan layanan keuangan itu juga telah berkembang menjadi perusahaan teknologi finansial (fintech). Bahkan, unicorn nasional ini disebut-sebut telah mengakuisisi perusahaan pinjam-meminjam (peer-to-peer lending) lokal Taralite yang membuka peluang ekspansi ke sektor pembiayaan. Kini, hampir empat tahun sejak aplikasi dompet elektronik ini diluncurkan, OVO telah terpasang di 115 juta perangkat.
GoPay juga telah berkembang pesat dari fungsi semula sebagai solusi bagi mitra driver untuk menerima pembayaran di Gojek, aplikasi ride hailing yang dikembangkan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa. Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata menjelaskan dompet digital ini merambah berbagai layanan keuangan, seperti pembayaran berbagai tagihan, cicilan kredit kepemilikan rumah (KPR) bersubsidi, tabungan pendidikan, tabungan umrah, hingga alat pembayaran di toko-toko mitra. Saat ini, GoPay telah menjangkau 390 kota di Indonesia, meski di antaranya belum tersentuh layanan Gojek.
Mulai tahun ini, GoPay menawarkan layanan GoSure dan GoInvestasi untuk mengakses layanan jasa investasi dan asuransi yang mudah dan terjangkau bagi masyarakat. GoPay juga dapat digunakan sebagai opsi pembayaran untuk aplikasi populer di Google Play, Viu, HBO Go, YouTube Premium, YouTube Music, dan Spotify.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo