Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah meminta Gubernur Banten Wahidin Halim agar turut memperhatikan Situ Bulakan di Kecamatan Periuk. Menurut Arief, di seputar Situ Bulakan terdapat bangunan liar, yang menjadi salah satu penyebab banjir Periuk tak kunjung surut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami sudah bersurat kepada Pak Gubernur (Wahidin Halim) terkait penanganan situ, sebab saat ini (Situ Bulakan) menjadi kewenangan Provinsi Banten," kata Arief Kamis sore 6 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arief mengatakan penduduk di seputar Situ Bulakan sudah pernah diminta pindah tetapi tidak mau. Pemkot pun telah berupaya keras untuk menuntaskan banjir Periuk yang merendam rumah-rumah penduduk hingga sepekan belakangan ini. "Kami berdoa, tidak menyerah. Upaya terus dilakukan. Jumat ini surut seluruhnya, setidaknya sampai Ahad sudah kering," kata Arief .
Arief menyebutkan upaya yang dilakukan Pemkot Tangerang untuk atasi banjir dan sanitasi diantaranya mengerahkan 45 pompa air, yang diantaranya ditempatkan di pintu air 3 Mutiara Pluit; 23 mobil tangki air untuk menyedot air bah di Perumahan Villa Mutiara Pluit dan Periuk Damai. Adapun 2 unit mobil toilet (berkapasitas 4 ruang) didistribusikan di Gor Perumahan Total Persada dan di Masjid Al - Jihad Periuk Damai; 5 unit toilet portable di Taman Elang dan Ruko Palazo Mutiara Pluit.
Kepala Bidang Tata Air Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Kota Tangerang, Fachri Wahyudi menjelaskan bahwa proses pengeringan telah mengalami runutan yang panjang. "Beberapa wilayah seperti Sepatan, Gelam, Pasar Kemis (Kabupaten Tangerang) juga banjir dan air bermuara menuju Sungai Cirarab semua," kata Fachri.
Tim PUPR dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane kata Fachri menelusuri wilayah mana yang menghambat air menjadi tidak mengalir dengan semestinya."Kami temui tumpukan eceng gondok di bawah jembatan jalan Raya Kuta Bumi dan sudah kami angkut. Debit air sebelum jembatan hanya di angka 0,5 meter per detik setelah melalui jembatan debit air bisa lebih cepat pada angka 1 meter per detik," kata Fachri.
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWS Ciliwung Cisadane Wijayanto mengatakan terkait banjir Periuk pihaknya sudah meninjau kondisi Sungai Cirarab. "Kami telah melakukan pengecekan sungai dan uji coba kecepatan arus, ternyata memang ada penurunan kecepatan dibanding di wilayah hulu," ujar Wijayanto.
Wijayanto mengatakan kecepatan aliran Sungai Cirarab dihitung dengan menggunakan cara yang sederhana, sungai diukur sepanjang 29 meter, lalu sebuah kayu diapungkan (mengikuti aliran sungai) ke titik yang ditentukan. Terhitung waktu (kayu yang diapungkan ke titik yang ditentukan) selama 49 detik. Dari hitungan tersebut kata Wijayanto ada perlambatan sekitar 0,5 meter/detik. "Lambatnya waktu itu akibat terhalang jembatan di Kotabumi, sehingga perlu dilakukan normalisasi," kata Wijayanto.
Maka itu BBWS segera menindaklanjuti program yang diajukan oleh Pemkot Tangerang terkait normalisasi sungai. Sejauh ini belum ada tanggapan dari Provinsi Banten. Kepala bidang Aplikasi, Informatika dan Komunikasi Publik Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Provinsi Banten Amal Herawan Budhi belum merespon konfirmasi Tempo.