Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengungsi banjir Cipinang Melayu memilih tetap tinggal di tempat pengungsian di Kampus Universitas Borobudur karena genangan air masih setengah meter pada Rabu pagi.
Tidak kurang dari 100 kepala keluarga di Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, masih menempati tempat pengungsian akibat banjir yang belum surut, Rabu siang.
Informasi tersebut disampaikan Ketua RW 04 Irwan Kurniadi saat dijumpai Antara di kediamannya.
Irwan mengatakan 100 kepala keluarga yang masih bertahan di lingkungan Kampus Universitas Borobudur berasal dari warga yang tinggal di dekat Kali Sunter.
"Rumah-rumah mereka di dekat Kali Sunter masih terendam banjir kurang lebih 50 sentimeter. Sampai jam 06.00 WIB tinggi air masih 50 sentimeter," katanya.
Berdasarkan informasi dari pengelola Universitas Borobudur, jumlah pengungsi banjir Cipinang yang menempati area parkir kendaraan serta musala saat ini semakin berkurang.
Jumlah pengungsi di Universitas Borobudur saat terjadi banjir, Selasa kemarin mencapai 650 kepala keluarga. "Sekarang tersisa sekitar 600-an jiwa dari 100 KK di Universitas Borobudur," kata Irwan.
Sebagian pengungsi dari RW05, RW08, RW10, RW11, RW12 dan RW13 telah kembali ke rumah mereka masing-masing.
Pantauan di lokasi, pengungsi banjir yang pulang kembali ke rumah mulai membenahi perabotan serta membersihkan lumpur dari dalam rumah. Sebagian warga ada pula yang memanfaatkan air dari selokan untuk membersihkan perabotan rumah seperti kursi dan meja. "Airnya masih susah, pompa saya mati kerendam. Jadi pakai yang ada dulu," ujar warga RW10, Siti (44).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini