Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Panglima TNI Mendukung Saya

Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta Mayor Jenderal Dudung Abdurachman menjelaskan kepada Tempo tentang instruksi pencopotan baliho dan pengamanan kedatangan Rizieq Syihab. Dudung mengatakan telah meminta Satuan Polisi Pamong Praja dan kepolisian mencopot baliho. “Tapi enggak ada yang berani. Maka saya perintahkan copot itu baliho-baliho FPI,” katanya.

21 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman di Markas Kodam Jaya, Jakarta, Jumat (20 November 2020). TEMPO/Raymundus Rikang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH muncul kegaduhan di Ibu Kota akibat kedatangan Rizieq Syihab, personel Tentara Nasional Indonesia menurunkan baliho bergambar pentolan Front Pembela Islam itu di berbagai tempat. Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta Mayor Jenderal Dudung Abdurachman mengaku menginstruksikan pencopotan tersebut. Mendapat pujian dari berbagai kalangan, tindakan Dudung itu juga dikritik karena masuk terlalu jauh ke ranah sipil dan berbau politis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Jumat, 20 November lalu, Dudung menerima wartawan Tempo, Devy Ernis, Raymundus Rikang, dan Stefanus Pramono, di kantornya. Selama lebih dari 30 menit, ia menjelaskan alasannya mengeluarkan instruksi pencopotan baliho dan pengamanan kedatangan Rizieq Syihab. Dudung menyatakan tindakan itu merupakan inisiatifnya sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kenapa Anda menertibkan baliho bergambar Rizieq Syihab?

FPI itu pasang-pasang poster seenaknya, tidak pakai aturan. Saya sebenarnya tidak bisa langsung menertibkan karena itu kewenangan Polisi Pamong Praja dan dibantu kepolisian. Pol PP pernah menurunkan baliho itu, tapi disuruh pasang kembali dengan ancaman akan dipasang lebih banyak baliho. Ancamannya, kalau diturunkan satu, akan pasang seribu baliho. Mereka makin menjadi-jadi, seakan-akan tidak ada hukum. Apalagi setelah Habib Rizieq datang, muncul kerumunan yang melanggar protokol kesehatan. Padahal sudah ada Peraturan Gubernur DKI Nomor 88 Tahun 2020, tidak boleh ada kerumunan lebih dari lima orang.

Ini semua adalah pelanggaran. Tapi mereka merasa benar. Saya minta Pol PP dan kepolisian. Prosedurnya kan harus dari Pol PP karena mereka yang menjalankan peraturan gubernur, setelah itu kepolisian. Kalau mereka sudah tidak sanggup, minta bantuan ke TNI. Saya minta Pol PP dan kepolisian, tapi enggak ada yang berani. Maka saya perintahkan copot itu baliho-baliho FPI.

Anda dianggap masuk terlalu jauh ke ranah sipil karena urusan itu terkait dengan penegakan hukum.

Mereka memasang baliho sesukanya sendiri. Di setiap belokan ada. Memang siapa itu Rizieq? Ceramahnya pun provokatif, menjelek-jelekkan TNI, polisi. Dia bilang akan ada revolusi, jihad. Ini kan sudah kurang ajar dan memecah belah. Nikita Mirzani disebut dengan ucapan kotor. Saya ini muslim, tapi tidak terima kalau ada kalimat kotor disampaikan di depan umat Islam.

Mereka sudah bertindak seenaknya. Rizieq juga bilang akan merevolusi. Kalau dalam kondisi itu, negara harus hadir. Menunggu Pol PP hadir, enggak akan dilakukan. Kalau Pol PP takut, polisi takut, terus negara di mana? Tugas tentara itu menjaga kedaulatan negara. Jangan sampai negara ini kacau. Kalau dia coba-coba revolusi, akan saya hajar. Enggak ada cerita.

Ada juga yang menganggap gerakan Anda ini politis.

Saya tidak berpolitik. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan, dalam pelaksanaan tugasnya berdasarkan keputusan politik negara. Saya enggak ada kepentingan mendukung siapa pun atau siapa yang berkuasa.

Bagaimana Anda menilai Rizieq Syihab?

Kalau dia imam besar, ulama, habib, hatinya harus baik, pikirannya baik, ucapannya baik, dan tindakannya pasti baik. Kalau ucapan kotor dan tindakannya tidak benar, itu bukan ulama, bukan habib. Apakah dia mewakili orang Islam? Enggak. Islam mengajarkan rahmatan lil alamin, Islam mengajarkan tentang kasih sayang kepada seluruh alam semesta. Islam tidak pernah mengajarkan kebencian. FPI itu Front Pembela Islam. Apa yang harus dibela dari Islam? Tidak ada.

Anda gerah terhadap FPI dan Rizieq Syihab?

Habib Rizieq itu bukan musuh kami. Terlalu cetek itu. Tapi TNI bertugas melindungi warga negara Indonesia dari ancaman, gangguan, dan hambatan serta menjaga keselamatan bangsa dan negara. Kami ini melindungi semua warga negara, bukan satu kelompok saja. Nikita Mirzani aja berani. Terus, kita mau mengandalkan siapa lagi? Di situ tentara hadir.

Anda siap menghadapi risiko berhadapan dengan FPI?

Siap. Kita harus berani, termasuk berani menghadapi risiko. Gusti Allah akan melindungi kita.

Pencopotan baliho itu atas perintah Panglima TNI?

Pencopotan itu bukan baru kali ini saja, tapi sudah sebulan terakhir. Ini sifatnya pembinaan, bukan operasi. Kalau operasi, itu harus perintah Panglima TNI. Panglima sudah menyampaikan, yang mengganggu persatuan dan kesatuan akan berhadapan dengan TNI. Dari bahasa tubuhnya, intonasinya kelihatan, Panglima sudah gerah. Masak, saya, Pangdam Jaya, hanya diam? Perintah Panglima itu saya jabarkan dan implementasikan. Tidak perlu menunggu surat resmi dari Panglima. Buat apa saya jadi bintang dua kalau cuma garuk-garuk dan tidak bekerja?

Panglima mendukung Anda?

Setiap kegiatan, pasti saya laporkan kepada Panglima. Dia bilang, “Saya dukung.”

Setelah Anda menyatakan mengeluarkan instruksi pencopotan baliho, banyak dukungan terhadap Anda?

Banyak. Dari banyak pihak. Banyak yang kirim pesan mendukung dan berterima kasih.

Anda sempat bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membicarakan soal kegiatan FPI?

Iya. Pak Anies menyampaikan bahwa dia sudah membuat surat yang ditandatangani oleh wali kota. Lalu ada sanksi Rp 50 juta. Sudah benar gubernur memberikan saksi. Tapi mereka kan tidak mau tahu.

Anda berkoordinasi juga dengan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya?

Saya sudah ajak Kapolda (Nana Sudjana) untuk mendatangi Habib Rizieq. Cuma dibilang, perintahnya adalah standby, kita persuasi. Memang waktu rapat dengan Menkopolhukam (Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md.) disampaikan bahwa pengamanan sifatnya persuasif.

Setelah Kapolda Nana Sudjana dicopot, kabarnya Anda datang ke Polda bertemu dengan dia.

Iya. Saya sampaikan supaya beliau tegar. Ini adalah keputusan pimpinan. Dia juga tidak tahu salahnya di mana. Tapi kita memang harus siap dicopot kapan pun.

Menurut Anda, Polda juga sudah bersiap mengamankan kedatangan Rizieq?

Polisi sudah siap. Cuma, arahannya, kita jangan terlalu berlebihan. Biasa-biasa saja. Dia itu juga akan biasa-biasa saja. Toh, tidak ada dia anarkistis. Mereka menjemput Rizieq dan akhirnya membeludak. Yang kami prihatin, kenapa dia tidak mematuhi protokol.

Saat Rizieq datang, ada kesan polisi dan tentara kebobolan.

Tugas kami mengamankan Bandara Soekarno-Hatta sebagai obyek vital nasional, bukan menjaga Rizieq. Jangan sampai mereka masuk dan menjebol Terminal 3. Personel TNI saya pasang di situ. Itu berhasil. Kalau kursi rusak, itu biasalah.

Ada kesalahan prediksi jumlah penjemput Rizieq?

Sebetulnya diperkirakan sekitar 6.000 orang yang datang, ternyata lebih banyak. Mereka datang dari daerah lain, seperti Jawa Barat, Banten. Ini yang kami sesalkan. Seharusnya daerah juga menghalau.

Apakah ada perwakilan FPI bertemu dengan Anda?

Baru dua hari lalu (Rabu, 18 November 2020), pengurus FPI DKI datang. Mereka bilang yang pasang baliho itu bukan FPI. Saya tanya, “Kalau begitu, lu sepakat dong baliho itu harus dibersihkan?” Terus dia bilang sepakat, tapi jangan cuma baliho itu. Gue bilang, baliho lain ada di tempat yang ditentukan. Mereka juga bayar pajak. Lah, elu di setiap belokan ada. Memang siapa Habib Rizieq itu?

Apa lagi yang mereka sampaikan?

Dia bilang, Habib Rizieq itu cinta kepada TNI. Sangat cinta. Tapi tetap gue bilang, lu macam-macam, awas, ya.

Anggota TNI tidak boleh mencintai Rizieq Syihab?

Saya tidak melarang anak buah saya ikut pengajian di luar. Itu biasalah, tidak ada masalah. Saya juga setiap minggu ceramah keliling masjid, program manunggal subuh. Ini kan pendekatan dari panglima kepada penduduk di daerahnya. Saya tidak mempersoalkan anak buah ikut pengajian. Kagum kepada habib atau ulama, silakan saja.

Anak buah Anda kena sanksi karena videonya yang mengatakan menyambut Rizieq Syihab beredar....

Begini, ya. Itu memang anggota saya. Semua anggota mendapat perintah dari komandannya untuk melaksanakan pengamanan Bandara Soekarno-Hatta. Ingat ya, pengamanan bandara, bukan pengamanan Rizieq Syihab. Bandara itu kan obyek vital nasional. Nah, dia menyampaikan sesuatu yang bukan tugas pokoknya, yaitu menyambut Rizieq. Itu salah dan harus kena hukuman disiplin. Dia juga terikat sumpah prajurit kelima, yaitu menjaga rahasia tentara sekeras-kerasnya. Ada instruksi Kepala Staf Angkatan Darat tanggal 31 Januari 2019, tentara tidak boleh memviralkan kegiatan atau latihan TNI. Nah, dia memviralkan rencana pengamanan bandara. Itu melanggar.

Ini yang orang tidak paham. Seolah-olah mau menjemput ulama disalahkan. Kalau kita perang, mana boleh memberi tahu posisi atau tujuan. Jadi ketahuan dong kita sama musuh. Bisa habis dihajar.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus