Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bukan Cuma Ibu yang Bisa Antar Jemput Anak, Ini Kata Psikolog

Dulu, antar jemput anak sekolah identik dengan tugas ibu. Kini semakin banyak ayah yang melakukannya. Apa kata psikolog?

8 Agustus 2018 | 17.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi ayah dan anak. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bukan hanya ibu, nenek, atau pengasuh yang bisa mengantar jemput anak. Kini pemandangan yang cukup umum adalah ayah yang antar jemput anak sekolah. Tidak cuma mengantar anaknya di pagi hari, tapi juga menjemput di siang atau sore hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fenomena ini diakui psikolog anak dan keluarga Vera Itabiliana sempat juga membuatnya terheran-heran sekitar 5 atau 7 tahun lalu. Sebagai seseorang yang juga bekerja di sekolah, Vera dan rekan guru pun memandang aneh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tapi sebetulnya sekarang ini, dengan bantuan teknologi juga, semakin banyak orang yang bisa kerja dari rumah. Semakin banyak ayah yang jam siangnya fleksibel sehingga sempat antar-jemput sekolah anaknya," kata Vera.

Ditegaskan Vera, boleh-boleh saja jika menganut gaya stay at home dad seperti ini, di mana seorang ayah juga terlibat cukup penuh dalam hal mengurus anak-anak sehari-hari, termasuk jika kondisinya menempatkan pihak istri yang justru memiliki pekerjaan rutin atau kantoran. Akan tetapi perlu diwaspadai tantangan yang datang dari luar terkait hal ini.

"Mungkin bagi pasangan yang menjalani lumrah-lumrah saja, tapi kita tidak hidup sendirian. Ada norma-norma ketimuran yang masih menyebut bahwa laki-laki harus kerja, dari pagi hingga sore atau malam," kata Vera.

"Maka, menjadi penting bagi pasangan untuk mempersiapkan diri menghadapi serangan dari luar, misalnya dari keluarga besar yang mungkin akan berkata, kok ayahnya di rumah terus?" tambahnya

Maka, siapkan respons terbaiknya seperti apa oleh Anda dan pasangan, diawali dengan bersikap saling terbuka satu sama lain hingga Anda dan pasangan benar-benar telah menemukan kesepakatan terkait gaya berumah tangga yang dijalani. Jangan lupa untuk mengendalikan emosi dalam diri untuk menghadapi tantangan-tantangan semacam ini agar tidak sampai mengganggu keutuhan rumah tangga.

"Karena tantangan seperti itu pasti ada," bilang Vera. "Tidak bisa dihindari dan tidak bisa juga kita menutup paksa mulut orang. Ini yang harus dipikirkan oleh pasangan suami-istri," papar Vera.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus