Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Perusahaan Umum Bulog mulai memasarkan beras yang menumpuk di sejumlah gudang. Beras yang mulai membusuk tersebut rencananya dijual minimal dengan harga Rp 23,7 miliar. "Sudah ada solusinya dengan dilelang," ujar Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proses lelang terbuka mulai berlangsung sejak kemarin. Beras rusak yang dilego itu jumlahnya 20.392.771 kilogram, berasal dari berbagai gudang di daerah, antara lain dari Subdivisi Regional Tanjung Pinang dan Divisi Regional III Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lelang akan menyasar badan usaha niaga dan industri. Para peminat diwajibkan membawa salinan surat izin usaha perdagangan dan surat izin usaha industri. Penjualan beras yang kualitasnya jauh menurun ini, ujar Tri, ditujukan untuk industri. "Bahaya kalau yang membeli pedagang beras kemudian dijual lagi ke masyarakat," katanya.
Tri menuturkan persoalan beras yang kualitasnya menurun ini sebenarnya sudah menjadi persoalan tahunan di Bulog. Penyebabnya dari pengadaan beras tak terserap dengan lancar sampai faktor cuaca, seperti banjir yang kerap merendam fasilitas penyimpanan pangan di daerah. Ia memastikan tumpukan beras ini semuanya berasal dari dalam negeri, tidak ada yang bekas impor.
Sinyal pangan yang membusuk tersebut sudah dirasakan Bulog sejak pertengahan tahun ini. Namun angka itu diprediksi lebih masif lantaran minimnya penyaluran beras Bulog kepada masyarakat miskin akibat transisi program beras sejahtera ke bantuan pangan non-tunai. Akibatnya, Bulog yang semula menargetkan bisa menyalurkan 700 ribu ton hanya bisa mengeluarkan beras 70 ribu ton sejak paruh kedua tahun ini.
Menurut Tri, beras busuk Bulog tersebut nantinya bisa digunakan untuk industri pakan ternak hingga diolah menjadi etanol. Bulog optimistis berasnya bakal laku dilelang karena dibuka dengan harga jauh lebih rendah dari nilai pasar. "Beras sebanyak itu harga normalnya sekitar Rp 160 miliar," kata Tri. "Harga akan bertambah begitu terjadi tawar-menawar."
Sekretaris Perusahaan Bulog Awaluddin Iqbal menambahkan, pendaftaran lelang bakal dibuka hingga Rabu besok. Beras dengan kualitas rendah ini dijual dalam satu paket. Artinya, calon pembeli tidak membeli ketengan.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso memastikan beras rusak tersebut tak akan menambah beban keuangan perusahaan yang tengah dililit utang Rp 28 triliun. Ia mengatakan Bulog akan meminta Kementerian Keuangan menanggung selisih kerugian bila beras hasil lelang tersebut terjual di bawah harga modal. Dengan harga patokan Rp 7.500-8.000 per kilogram, Bulog harus merogoh kocek sekitar Rp 160 miliar saat membeli beras sebanyak 20 ribu ton.
Angka itu belum termasuk biaya operasional yang sebagian berasal dari pinjaman bank dengan bunga komersial, meski Bulog tengah menjalankan penugasan pemerintah. Ini salah satu yang memicu utang Bulog melambung hingga Rp 28 triliun, dengan bunga Rp 10 miliar per hari, per September 2019.
Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa, menilai rencana Bulog melelang stok beras merupakan hal yang wajar. Apalagi, kata dia, stok beras yang Bulog miliki hampir menyentuh angka 2,1 juta ton dari total kapasitas 2,4 juta ton. "Manajemen first in first out harus lebih optimal. Begitu pula tata cara penyimpanannya," kata Andreas. Dengan cara ini, barang yang pertama kali masuk gudang adalah barang yang keluar pertama kali. CAESAR AKBAR | ANDI IBNU
Bulog Jual Rugi Beras Rusak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo