Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Candra Tulungallo: "Ada Mumi Berharga Rp 10 Miliar"

24 Juni 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak banyak pencuri dan penadah mumi atau patung kuburan kuno Toraja (tau-tau) yang dihukum karena perbuatannya. Kejahatan mereka umumnya tak terungkap karena dilindungi aparat atau keluarga pemilik mumi yang masih terpaut famili dengan si pencuri. Candra Tulungallo, 39 tahun, adalah satu dari sedikit penadah yang masuk bui. Ia dituduh membeli tau-tau pada Februari 1999, dan dihukum empat bulan penjara tahun lalu. Candra adalah pemain lama dalam bisnis haram itu. Tapi ia mengaku tak lagi berjual-beli mumi curian. Kini, bidang usahanya adalah berdagang kain tenun Toraja. Memburu dan memperjualbelikan benda-benda makam sudah ia lakukan sejak usia belasan. Kegiatan ilegal itu kemudian mengandaskan kuliahnya di Universitas Atmajaya, Makassar, dan pekerjaannya sebagai direktur operasional sebuah perusahaan ekspedisi di Tanjungpriok, Jakarta. Kamis, 7 Juni lalu, Tomi Lebang dari TEMPO menemui Chandra di rumahnya di kaki bukit di pinggiran Kota Makale, Toraja. Berikut keterangan bekas pedagang tau-tau itu tentang lika-liku pencurian mayat dan patung kuno.
Apakah para pencari mumi masih kerap mendatangi Anda? Calon-calon pembeli dari Makassar masih kerap datang. Ada yang datang, lalu mem-bual: mereka mengatakan mumi yang akan mereka beli dilindungi oleh pemerintah karena mereka punya surat izin. Siapa saja mereka? Orang dari luar Toraja, seperti dari Jawa, Batam, Arab, dan Brunei. Biasanya barang-barang itu dibawa ke Bali atau Jakarta. Di Denpasar, barang tersebut di pajang di toko-toko souvenir. Di Toraja, penadah sekaligus pembelinya adalah seorang pengusaha barang antik yang punya modal yang besar. Dari sana, barulah barang itu dijual ke orang-orang asing. Bagaimana barang-barang itu dikeluarkan dari Toraja? Pintar-pintar mereka saja. Biasanya dibawa dengan kapal laut karena lebih aman dan tidak ketat pemeriksaannya. Anda masih kerap mendapat tawaran mumi atau tau-tau curian? Ya. Kebanyakan penjualnya berasal dari kampung-kampung. Tapi sering saya tolak karena benda-benda itu tak dilengkapi surat resmi dari keluarga pemilik tau-tau, kepala desa, ataupun camat. Kalau tidak ada surat, barang-barang itu berstatus ilegal. Betulkah pencurian mumi terus terjadi karena pelakunya keluarga mayat itu sendiri? Betul, tapi tidak selalu. Sebenarnya begini, kadang-kadang keluarga pemilik mumi tidak mengetahui mumi mereka hilang. Atau, mereka tahu tapi baru melapor beberapa tahun kemudian. Akibatnya, petugas yang dilapori juga bingung ke mana harus mencarinya karena barang itu raibnya sudah lama sekali. Makam-makam tua tempat mumi yang dicuri ada di tebing-tebing yang tinggi. Bagaimana mereka memanjatnya? Para pencuri itu memang nekat mempertaruhkan nyawa. Mereka menggunakan tali untuk memanjat. Tapi, setahu saya, selama ini tidak ada yang jatuh. Untuk mencuri 2-3 mayat, mereka melakukannya berkelompok dengan membawa mobil. Semua operasi itu mereka lakukan malam hari. Tapi orang-orang sekitar gua makam tidak berani ikut mencuri karena mereka takut kutukan. Mereka hanya memberi informasi ke pencuri untuk kemudian dibayar oleh pencurinya. Selain mumi, tau-tau seperti apa yang menjadi in-caran pencuri? Tau-tau yang usianya sudah tua, sekitar 100-200 tahun. Bagaimana mereka membedakannya dengan tau-tau yang usianya jauh lebih muda? Ada perbedaan fisik yang jelas. Patung-patung tua bikinan orang dulu tampak lebih hidup dan punya karisma. Patung itu dibuat bukan oleh orang sembarangan, melainkan oleh orang berilmu. Dan pencuri umumnya tepat sasaran. Inilah yang mengindikasikan adanya keterlibatan keluarga dalam proses pencurian. Banyak mumi dipalsu untuk mengelabui kolektor. Bagaimana mumi palsu itu dibuat? Dari boneka yang dibungkus dengan kulit ayam yang dibalik. Kadang-kadang di dalamnya diberi magnet untuk mengelabui orang. Akibatnya, jam tangan yang didekatkan ke mumi jadi mati, dan orang mengira mumi itu bertuah. Penipuan semacam ini banyak dilakukan di Mamasa, Kabupaten Polmas. Mumi palsu biasanya dijual dengan harga murah—sekitar Rp 2 juta. Di Makassar, saya pernah bertemu seorang Cina-Manado yang menawarkan mumi palsu. Katanya, mumi itu berkhasiat membuat menang judi, meramal kejadian, dan melindungi kita dari preman. Sepintas, benda itu mirip asli, tapi setelah diamati ternyata palsu. Berapa harga tau-tau asli? Bergantung pada pembelinya. Rata-rata Rp 3 juta sampai Rp 10 juta. Berapa kira-kira omzet penjualan barang-barang itu di Toraja? Tidak pasti. Pendapatan juga tidak selalu dari penjualan barang, tapi juga dari penjualan informasi tentang tau-tau atau barang tertentu. Saya pernah mendengar ada orang yang berhasil menjual mumi kepada kolektor di luar negeri seharga Rp 10 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus