Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hages Budiman pertama kali mengetahui dirinya terinfeksi HIV/AIDS setelah melahirkan anak pertamanya pada 2006. Anak yang dilahirkanya sempat dinyatakan positif HIV namun setelah berusia 18 bulan dilakukan pemeriksaan hasilnya negatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski positif HIV, Hages tetap hamil dan melahirkan anak keduanya. Kini dia sedang hamil anak ketiga dengan usia kandungan tiga bulan. Baca: Semangat Radiaz Hages Trianda Melawan HIV/AIDS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“ODHA boleh hamil tapi dengan syarat minum obat ARV, setiap tahun cek jumlah virus dan sel kekebalan tubuh di atas normal,” ujar perempuan 35 tahun ini.
Hages menjelaskan, tidak hanya ibunya, suami juga harus minum obat ARV secara teratur. Pasangan ODHA dapat merencanakan hamil dengan cara tidak menggunakan kondom saat tiga hari masa subur. Setelah itu tetap menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Selama masa hamil ibu tetap mengkonsumsi obat ARV.
“Obat ARV ini dapat mencegah penularan virus pada bayi, juga kepada pasangan,” ujar Hages. Baca juga: Donor ASI, Pastikan Tak Ada Transfer Virus HIV dan Hepatitis
Setelah hamil, disarankan untuk tidak melakukan proses persalinan secara normal dan tidak menyusui. Penularan virus HIV dapat terjadi melalui darah, cairan kelamin, serta menyusui.
Sementara bayi yang dilahirkan setelah 12 jam diberikan obat provilaksis, yang merupakan obat ARV, disesuaikan dengan berat badan bayi selama satu setengah bulan. Setelah itu, dilakukan cek VCR untuk melihat reaktif atau tidaknya obat, jika reaktif harus dicek lagi setelah 18 bulan saat anak mulai punya kekebalan tubuh sendiri.
“Bayi yang dilahirkan positif HIV karena masih membawa imun ibunya, setelah 18 bulan dia mempunyai imun sendiri,” ujar Hages. Artikel lain: Catatan Blogger : Masih Ada Diskriminasi HIV di Sekolah