Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Geliat Catur pada Masa Corona

Akibat kontroversi pemain catur amatir Dewa Kipas di situs game Chess.com, yang berujung pada pertandingan melawan Woman Grand Master Irene Sukandar, popularitas permainan ini kembali meningkat. Pada masa pandemi, permainan catur online pun digemari banyak orang. Masyarakat menyambut euforia catur ini dengan meramaikan klub-klub dan sekolah catur.

28 Maret 2021 | 00.00 WIB

Warga bermain catur raksasa di Taman Danau Singkarak, Bendungan Hilir, Jakarta. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Warga bermain catur raksasa di Taman Danau Singkarak, Bendungan Hilir, Jakarta. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Minat orang bermain catur meningkat pada masa pandemi.

  • Sekolah dan klub catur makin diburu.

  • Belajar di sekolah dan klub merupakan langkah penting untuk berprestasi.

Suara langkah bidak catur pada papan kayu dan ketukan tombol penghitung waktu mendominasi suasana siang yang terik di teras sebuah rumah di Jalan Rawamangun Muka Barat, Jakarta Timur, Jumat lalu. Enam pria dewasa duduk berhadapan berpasangan pada bangku yang mengelilingi sebuah meja panjang. Di tengah mereka ada tiga papan catur dan penghitung waktu digital.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Meski bermain serius, sesekali suara tawa pecah dan celetukan serta ledekan muncul dari mereka. Semakin siang, satu per satu tamu terus berdatangan ke rumah milik keluarga Raden Panji Mulyadi itu. Mereka adalah para pecatur amatir yang datang untuk menguji kemampuan mereka di Rawamangun Chess Club (RCC), yang bermarkas di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

RCC berdiri sejak Oktober 2019. Klub ini mulanya dibentuk sebagai wadah bermain catur bapak-bapak yang tinggal di kawasan Rawamangun Muka. “Saya mendirikan klub catur ini untuk sekadar mewadahi kegemaran bermain catur ayah saya yang sudah pensiun. Supaya bapak punya banyak teman bermain,” kata Raden Panji Kushardono, putra Raden Panji Mulyadi, kepada Tempo, Jumat lalu.

Panji—panggilan Raden Panji Kushardono—bercerita, pada awal pendirian RCC, ia tak terlalu bisa bermain catur. “Saya belajar autodidaktik.” Berkat melihat keseruan sang ayah dan teman-temannya bermain, Panji pun mendalami catur. Sembari belajar catur, Panji, yang aktif di media sosial Instagram (@Rawamangunchessclub) dan YouTube (Darren Squad), sering membagikan konten kegiatan di RCC di akunnya.

Rawamangun Chess Club di Jakarta Timur, 26 Maret 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Berkat promosi di media sosial, nama RCC pun semakin terkenal di sekitar Jakarta. Para pecatur amatir maupun profesional dari sekitar Jakarta dan kota lain datang ke RCC untuk menguji kemampuan mereka. “Karakter penggemar catur itu memang senang mendatangi klub-klub catur untuk sparring dengan pecatur lain.”

Popularitas RCC semakin meningkat saat sejumlah pecatur profesional, seperti Fide Master (FM) Johan Gunawan, Master Nasional (MN) Saiful Hidayat, dan MN Refdi, turut bermain di sana. Bahkan para jagoan catur itu ikut melatih para anggota RCC dan menyediakan kursus bagi warga yang berminat.

Saat ini, kata Panji, tercatat ada lebih dari 20 anggota aktif yang rutin bermain di RCC. Di luar itu, ada pelajar dan mahasiswa yang belajar catur secara privat dengan para master. RCC pun sudah diakui sebagai klub resmi karena telah terdaftar di Persatuan Catur Indonesia Jakarta Timur. “Sehingga kami bisa ikut berkompetisi kalau ada turnamen catur resmi yang diadakan klub atau lembaga lain,” ujar Panji.

Panji mengakui bahwa kehebohan pertandingan catur Dewa Kipas versus Gotham Chess di media sosial, ditambah sesi Dewa Kipas melawan GM Irene Sukandar, membuat minat masyarakat bermain catur di RCC meningkat. “Setiap pekan ada saja yang mampir untuk ikut bermain.” Mereka berasal dari berbagai wilayah, tak hanya dari sekitar Rawamangun. Karena semakin ramai, RCC pun mengadakan turnamen catur yang mengundang klub lain.

Pendiri Rawamangun Chess Club, Raden Panji Kushardono saat sesi foto di Markas Rawamangun Chess Club, Jakarta Timur, 26 Maret 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Keberadaan RCC di lingkungan kompleks Rawamangun Muka diapresiasi oleh warga setempat. Ketua RW 012 Kelurahan Rawamangun, Ahmad Muhtar Wiratama, mengatakan klub catur ini menjadi wadah kegiatan yang bermanfaat bagi warga. “Kami mendukung karena kegiatannya positif, tidak hanya nongkrong,” ujar Ahmad. Bukan cuma dukungan moral, pengurus RW pun ikut membantu pembelian alat dan perlengkapan catur.

Tingginya minat untuk mengenal dunia catur juga dirasakan Hendry Jamal, pemilik Sekolah Catur Hendry Jamal (SCHJ) sekaligus pendiri klub catur Jayakarta Muda Chess Club. Menurut Hendry, pada masa pandemi ini, minat orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya ke sekolah catur miliknya cukup tinggi. “Belakangan banyak orang yang bertanya ingin belajar catur di tempat saya,” kata Hendry kepada Tempo, Kamis lalu.

Pria yang kini menjabat Ketua Komisi Pembinaan Catur Sekolah Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) itu pun mengakui sekolahnya semakin diburu setelah ramai kontroversi pecatur Dewa Kipas. “Jadi kayak zaman Rudi Hartono menang All England dulu, orang-orang jadi ingin bermain badminton.”

Sayangnya, karena masih masa pandemi, kegiatan belajar masih terbatas. Ia belum menerima pendaftaran peserta baru dalam jumlah banyak. “Kelas-kelas pelajaran catur pun sekarang diadakan secara online.” Kini, di sekolah catur yang berdiri sejak 1979 itu, ada sekitar 40 murid yang semuanya kelas junior alias di bawah 17 tahun.

Suasana latihan catur di Sekolah Catur Hendry Jamal, Jakarta, sebelum pandemi beberapa waktu lalu. (Dok. Pribadi)

Di sekolah catur itu, para murid mengikuti kelas seminggu sekali bersama tim pelatih yang rata-rata bergelar Master Nasional dan Master Internasional. Seperti sekolah biasa, sekolah catur juga punya jenjang, dari pemula (usia 7-10 tahun), intermediate (11-13 tahun), advance (14-15 tahun), hingga lanjutan (16-17 tahun). Tapi, Hendry menjelaskan, batas usia itu tak selalu saklek. Karena ada saja murid berusia 10 tahun yang kemampuan bermain caturnya sudah setara dengan usia 13 tahun, dan seterusnya.

Keberadaan sekolah catur, kata Hendry, sangat penting untuk menunjang kemampuan pemain yang ingin mengejar prestasi. Sebab, sekolah memiliki kurikulum pelajaran yang sistematis untuk membantu seorang pecatur memahami segala sesuatu mengenai permainan ini.

Menurut Hendry, perbandingan kemampuan pecatur yang belajar di sekolah dengan autodidaktik adalah 1 : 7. Artinya, seseorang yang belajar catur di sekolah selama 1 tahun bisa menyamai kemampuan orang yang belajar catur secara mandiri selama 7 tahun. Setiap murid sekolah catur juga wajib belajar dan membaca buku catur minimal satu jam setiap hari. “Proses belajarnya harus kontinu, tidak boleh putus,” ia menambahkan.

Selain belajar dari buku dan berlatih bersama guru, murid harus belajar menggunakan program catur pada komputer maupun Internet. “Kalau tidak, nanti mereka bisa ketinggalan pelajaran dan otak jadi kaku.” Keberadaan aplikasi catur dapat membantu meningkatkan kemampuan pecatur dalam mempelajari teknik-teknik seperti opening, mempelajari posisi, hingga penutupan.

Ketua Komisi Pembinaan Catur Sekolah PB Percasi Hendry Jamal. (Dok. Pribadi)

“Karena pakai program, belajar jadi lebih efektif dan cepat. Tak mengherankan jika sekarang banyak Grand Master berusia 14-15 tahun. Kalau dulu biasanya Grand Master muda di kisaran 20-22 tahun.” Konsistensi dalam belajar dan berlatih juga bisa membuat pecatur junior lebih cepat meningkatkan peringkatnya dan mendapatkan norma resmi Federasi Catur Internasional (Fide). “Biasanya usia di bawah 10 tahun peringkatnya Kandidat Fide Master. Lalu usia 13 tahun meraih peringkat Fide Master. Di usia 15 tahun ke atas, bisa mendapat norma Master Internasional.”

Tapi, untuk mendapatkan poin agar bisa mendapat peringkat, jalan satu-satunya adalah kompetisi. Masalahnya, gara-gara pandemi, banyak turnamen catur terhenti. Sudah 1,5 tahun terakhir ini Kejuaraan Nasional Catur yang biasa melahirkan pecatur berperingkat Master Nasional menghilang. “Jadinya belum ada Master Nasional baru,” tuturnya.

Begitu juga turnamen catur internasional, yang biasa digunakan pecatur muda untuk “mengejar” poin demi memperoleh gelar Fide Master. “Sekarang paling kompetisi diadakan secara online, tapi hanya untuk sekadar mengejar hadiah.” Padahal turnamen catur langsung bisa menjadi sarana paling baik untuk melatih mental pecatur muda. “Kalau ikut turnamen kan kita bisa melihat langsung lawan kita siapa.”

Hendry bercerita bahwa ia sering melihat anak didiknya gugup ketika berhadapan langsung dengan pecatur dari luar negeri yang biasanya berbadan besar. “Penampilan lawan itu mempengaruhi psikologis pecatur kita.” Tapi kepada anak didiknya, Hendry selalu menegaskan bahwa penampilan fisik tak berkorelasi dengan kemampuan bermain catur. “Makanya kompetisi catur online itu menurut saya enggak ada jiwanya karena pecatur tidak berhadapan langsung secara fisik.”

Pertandingan catur daring yang diikuti anggota Jayakarta Muda Chess Club, menggunakan aplikasi telekonferensi. (Dok. Pribadi)

Untuk menguji kemampuan bermain catur di turnamen dan mengejar prestasi, Hendry menyarankan para pecatur bergabung dengan klub. Karena di klub-klub catur biasanya ada proses pembinaan tingkat lanjut dan kesempatan untuk mengikuti kompetisi lebih besar. “Jadi tahapannya belajar dulu di sekolah catur, baru praktiknya bersama klub,” kata dia.

Proses penjaringan bibit-bibit catur untuk diikutsertakan dalam tim catur nasional atau daerah pun biasanya dilakukan melalui klub. Klub catur Jayakarta Muda Chess Club yang didirikan Hendry sejauh ini sudah mencetak dua juara dunia kelas junior serta puluhan pecatur bergelar Master Nasional dan Internasional.

PRAGA UTAMA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Praga Utama

Praga Utama

Lulusan Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran pada 2011. Bergabung dengan Tempo di tahun yang sama sebagai periset foto. Pada 2013 beralih menjadi reporter dan saat ini bertugas di desk Wawancara dan Investigasi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus