HAMPIR tak ada bank internasional yang tak punya cabang di Cayman. Empat bank terbesar di dunia, Citibank, Bank of Amerika, Deutsche Bank, dan Barclay, punya cabang di kepulauan ini. Ada dua alasan mengapa bank-bank itu membuka cabang di sini. Pertama, karena banyak sekali lembaga-lembaga internasional memanfaatkan Cayman sebagai pusat booking. Kedua, di Cayman banyak bank pribadi atau bank perseorangan. Bank-bank pribadi ini memberikan tawaran menggiurkan untuk orang-orang kaya di dunia, maksudnya mereka yang punya duit nganggur, sedikitnya US$ 5 juta, untuk dikembangbiakkan. Pelayanan bank pribadi pun sangat pribadi. Bisa, umpamanya, suatu pagi seorang karyawan bankir pribadi menguruskan duit seorang industrialis Amerika Latin, lalu siangnya si bankir mendaftarkan putri sang klien ke sekolah swasta di Swiss. Divisi "bank pribadi" dalam tubuh bank-bank internasional ini biasanya ditangani oleh tim kecil yang punya kecakapan internasional. Mereka menjamin kerahasiaan kliennya seratus persen. Dan yang lebih asyik lagi buat orang-orang berduit ini: di Kepulauan Cayman dana mereka benar-benar bebas pajak. "Tapi alasan utama orang menaruh uang di Cayman adalah karena di negara asal si penyimpan pemerintahannya secara politis tidak stabil," kata seorang karyawan bank pribadi di Georgetown, yang tak mau disebut namanya. Ia lalu menyebut bahwa kebanyakan nasabah-nasabah di Cayman datang dari Amerika Selatan, Asia, Timur Jauh, dan Timur Tengah. Rekening orang-orang berduit dari negara berkembang itu disimpan di sini dalam dolar Amerika. Uniknya, di Cayman bank pribadi satu ini tidak menangani rekening orang-orang Amerika. "Ini bukan karena dilarang undang-undang, tapi karena orang Amerika tak punya alasan bisnis apa pun untuk menyimpan uang di sini." Tapi ribuan orang Amerika berpikir sebaliknya. Kebanyakan perusahaan yang terdaftar di Cayman adalah perusahaan pribadi milik orang Amerika. Perusahaan seperti ini juga merupakan bentuk lain dari penyimpanan uang yang aman. Karena undang-undang Cayman memberi jaminan bahwa kreditur, suami atau istri, rekan bisnis, atau penggugat tidak bisa mengutak-atik uang mereka. Seorang pengacara dari Miami, Denis A. Kleinfeld, mengesahkan pendirian lebih dari 200 perusahaan asing di Cayman, dan ditempat lainnya dalam tiga tahun belakangan ini untuk para dokter, dokter-dokter gigi, para pengacara, pengusaha kecil, dan lain-lain. Perusahaan-perusahaan asing ini tentu saja, menurut Kleinfeld, tak bisa dijangkau dengan hukum Amerika. Dengan kata lain, mereka memang lari dari hukum Amerika. Soalnya, "Berurusan dengan pengadilan Amerika merupakan malapetaka," kata Kleinfeld, "masuknya babi, keluarnya jadi sosis. Maka orang memindahkan aset ke perusahaan di luar Amerika untuk melindungi kekayaannya." Para penasihat hukum perusahaan (Amerika) mengatakan bahwa praktek mendirikan perusahaan di luar negeri (oleh orang Amerika) halal-halal saja sepanjang ini dilaporkan ke Internal Revenue Service (dinas pajak Amerika). Tapi diduga keras laporan itu tidak akurat. Mengapa orang ingin menyimpan uang atau mendirikan perusahaan di Cayman, salah satu sebabnya adalah untuk mengelabui petugas pajak. Ed Pankau, sorang detektif swasta yang pernah jadi petugas pajak, pernah melacak beberapa kasus penggelapan pajak di Georgetown. Antara lain kasus yang ia tangani adalah kasus seorang akuntan yang menyelundupkan uang kontan dalam tangki oksigen penyelam ke Cayman, dan pengusaha pornografi yang mendepositokan dana dibank Cayman atas nama ibu mertuanya yang berumur 86 tahun. "Pulau Cayman adalah lokasi pilihan bagi para pengusaha bandit yang hendak menyembunyikan beberapa ratus ribu dolarnya," kata Pankau. Ia baru-baru ini menangkap bekas eksekutif perusahaan simpan-pinjam yang diam-diam melarikan uang ke rekening bank di Cayman. "Banyak bandit dari perusahaan simpan-pinjam yang lari ke Cayman. Kepulauan ini aman bagi mereka. Mereka bisa pesta-pesta sambil menyembunyikan uangnya di sana." Untuk memonitor gelombang dana ke sarang-sarang duit itu Amerika Serikat menandatangani perjanjian pertukaran informasi pajak dengan beberapa negeri pulau di Laut Karibia, termasuk Barbados,Yamaika, Bermuda, dan Granada. Sebagai balasan atas kerja samaitu Washington menjanjikan untuk mendorong pengusaha Amerika menanam modal di sana. Di bawah perjanjian ini penandatangan akan berbagi informasi dan bantuan dalam urusan penggelapan pajak. Namun, menurut Bruce Zagaris, pengacara Washington yang pakar bidang undang-undang kejahatan internasional, penegak hukum di Cayman dan Bahama menolak untuk ikut dalam perjanjian itu. Sebenarnya Amerika punya senjata ampuh untuk menghentikan praktek cuci uang di lokasi-lokasi pantai itu. Yakni yang disebut Amandemen Kerry, bagian dari Undang-Undang Penyalahgunaan Obat Bius yang diubah pada tahun 1988. Dalam perubahan itu ditentukan agar pulau-pulau persembunyian itu melaporkan tiap transaksi yang nilainya lebih dari 10 ribu dolar Amerika. Dan amandemen ini memberikan sanksi keras bagi yurisdiksi yang tidak menaatinya. Sanksi itu, misalnya, tak dibolehkannya bank-bank pelanggar melakukan kliring dolar Amerika, dan melakukan transfer elektronik. Untuk "surga uang" seperti Kepulauan Cayman, sanksi ini sama halnya dengan hukuman mati. Namun Washington tampaknya hati-hati dalam melaksanakan perjanjian itu karena khawatir itu dapat mengecewakan pemerintah asing, dan mendorong para pengusaha cabut diri dari bank-bank Amerika begitu mereka khawatir terhadap kekuatan finansial industri perbankan. John Kerry, senator Partai Demokrat dari Massachusetts yang merancang amandemen itu, berkeras. AS, katanya, punya hak untuk melacak dana-dana dari Cayman, kepulauan surga dolar itu, karena uang itu akhirnya dibayarkan memakai sistem Amerika. "Pemerintah kami harus memutuskan bahwa menjaga keutuhan sistem keuangan Amerika itu penting," kata Kerry, "dan harus ada hukuman buat sarang-sarang uang di negeri pulau yang tak mau tunduk pada peraturan ini." Pendekatan Kerry tampaknya yang paling keras. Tapi dengan munculnya skandal BCCI, bank-bank sentral negara industri besar juga dapat melihat perlunya mereka melarang bank-bank komersial negeri mereka membuka cabang-cabang di tempat-tempat yang tak punya standar peraturan internasional. Namun Georgetown tampaknya tidak begitu peduli dengan segala kritik-kritik itu. Thomas Jefferson, menteri keuangan kepulauan koloni itu, tidak percaya bahwa Amerika atau Inggris akan mengambil langkah yang akan membahayakan mata pencarian di Pulau Cayman. "Saya ragu mereka akan memaksakan peraturan yang akan menyusahkan kita semua." BSU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini