Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cerita Tantri Kotak Alihkan Perhatian Anaknya dari TV ke Sepeda

Memilki pengalaman memisahkan anak dengan TV, membuat Tantri Kotak menyadari pentingnya membuat anak aktif di luar rumah

6 Maret 2018 | 06.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tantri Kotak dan anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tantri Kotak memiliki pengalaman khusus saat memisahkan puterinya, Kara dengan TV. Sampai akhirnya dia menyadari pentingnya membuat anak aktif di luar rumah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menjelang usia dua tahun, Kara mengalami tantrum akibat kecanduan TV. Awalnya, Tantri memanfaatkan situasi Kara saat sedang menontong TV untuk makan.  Ia buat peraturan, boleh menonton TV tapi sambil makan. Namun rupanya Kara lebih cerdik memanfaatkan situasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Dia jadi sangat menunggu kegiatan makan sambil nonton TV. Awal-awalnya berjalan lancar, dia bisa makan dengan tenang sambil nonton TV. Tapi semakin ke sini dia cuma makan satu suap terus lama sekali mengunyahnya. Karena dia mulai tahu, bisa nonton TV kalau lagi makan saja. Dia sengaja mengulur waktu makan,” ujar Tantri ketika ditemui di acara ELC Little Senses Collection Preview.

Tak ingin Kara semakin kecanduan TV, Tantri mengambil keputusan tegas. Kara dilarang menonton TV lagi. Untuk mengalihkan, Tantri mengajak Kara lebih sering bermain di luar rumah. Selain rajin mengajak Kara bermain di taman atau di arena bermain di mall, Tantri dan suaminya, Hatna Danarda kerap mengajak Kara bersepeda.

 

(dok. Instagram)

“Kebetulan rumah kami  dekat kebun binatang Ragunan. Aku sama suami suka main sepeda. Jadi, ya dia suka kami ajak main sepeda ke Ragunan. Selain dekat, lebih sehat juga,” ujar Tantri yang menjak Kara bernyanyi sambil bersepeda. “Dia happy banget diajak keliling-keliling naik sepeda. Selama bersepeda dia selalu nyanyi. Kalau ibunya kan ‘Tik tik tik waktu berganti, kalau anaknya tik tik tik bunyi hujan’,” seloroh Tantri. 

“Sebenarnya sekolah anak dini tidak ada masalah. Itu kan lebih karena orang tuanya tidak punya banyak waktu untuk memberikan stimulasi kepada anak di rumah, jadi mereka menyekolahkan anaknya. Tapi kalau aku dan suami merasa masih mampu untuk menstimulasi anak di rumah. Buat aku pribadi, sekolah itu penting tapi waktunya mungkin usia tiga atau empat tahun lah yang paling pas,” ujarnya.

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus