Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"SAYA tidak punya kuda. Saya tidak punya pelana. Tapi saya bisa datang ke sini.” Berdiri di atas mimbar gedung megah Congress Centre, Nur-Sultan, ibu kota Kazakstan, 4 September lalu, sastrawan sepuh asal Korea Selatan, Ko Un, 86 tahun, berbicara tentang keberagaman sastra Asia. Ko Un, kandidat peraih Hadiah Nobel Sastra 2016, baru pertama kali datang ke Kazakstan. Dia memulai kalimat pidatonya dengan metafora yang berkaitan dengan kebudayaan para pengembara stepa Kazakstan di masa lalu. Saat Asia Tengah dikuasai anak-cucu Genghis Khan, Masyarakat etnis Kazakstan diketahui memiliki keterampilan berkuda yang tangguh.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo