Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
VIDEO kampanye Prabowo Subianto oleh penyanyi Ahmad Dhani yang berbusana mirip elite tentara Nazi justru memunculkan ide di kubu pesaingnya, Joko Widodo. Rekaman itu dikritik dunia internasional karena dianggap tak sensitif terhadap korban kekejaman pemimpin Nazi di Jerman, Adolf Hitler, pada Perang Dunia II. Apalagi Dhani menggunakan nada lagu band rock Queen, We Will Rock You, tanpa izin pemilik hak ciptanya.
Dalam rapat pada Senin malam tiga pekan lalu, Joko Widodo meminta timnya melibatkan artis dan seniman pada kampanye di pekan terakhir sebelum pemilihan 9 Juli. Ia menunjuk pembelaan dari penggemar Dhani di media sosial, meski video kampanyenya dikritik di mana-mana. "Pak Jokowi melihat artis punya penggemar banyak dan riil dari pemilih pemula," kata Andi Widjajanto, sekretaris tim pemenangan, pekan lalu.
Peserta rapat pun berbagi tugas. Romanus Sumaryo, koordinator media sosial, menghubungi Triawan Munaf, ayah penyanyi Sherina, yang juga anggota tim kreatif Jokowi. Teten Masduki, mantan Koordinator Indonesia Corruption Watch yang menjadi penasihat Jokowi, menghubungi Slank, Bimbo, dan personel band Wali. Jokowi sendiri mengontak Sony Subrata, Presiden Direktur Arwuda Communications, yang menjadi penggerak relawan media sosial.
Kepada Sony, Jokowi meminta format kampanye di media sosial, seperti Twitter dan Facebook, diubah dengan melibatkan selebritas, bukan hanya relawan dunia maya yang aktif mendukungnya. Sony segera menghubungi Joko Anwar, sutradara yang aktif berdiskusi di grup WhatsApp "Kawan Jokowi". Joko punya banyak teman artis yang memiliki penggemar dari pemilih pemula. "Jumlah swing voter ini lumayan banyak, ada 15 persen yang ketika itu meninggalkan Jokowi," ujar Sony.
Sejak Juni hingga awal Juli, elektabilitas Joko Widodo menurun tajam akibat kampanye hitam melalui situs online, media cetak, hingga media sosial. Tingkat keterpilihannya semakin anjlok ketika pasangan Jokowi, Jusuf Kalla, tak tampil prima dalam debat calon wakil presiden. Kalla bahkan sempat dilarikan ke rumah sakit setelah debat melawan calon wakil presiden Hatta Rajasa itu.
Sony dan Joko Anwar pun merancang pendekatan kepada artis-artis yang mereka kenal. Dari komunitas film, ada sutradara Riri Riza dan Mira Lesmana, lalu aktor Ringgo Agus Rahman, presenter Sarah Sechan, serta komedian Pandji Pragiwaksono. Tak ada hambatan apa pun. Mereka pun membuat grup percakapan di WhatsApp yang diberi nama "Seni Kreatif for JKW". Joko meyakinkan mereka agar mendukung Jokowi dengan berpromosi di akun Twitter masing-masing.
Tak semua artis bersedia bergabung untuk mengkampanyekan Jokowi secara terbuka. Ada yang beralasan khawatir diprotes penggemarnya jika mempromosikan Jokowi secara terbuka. Sebab, mereka tak pernah berbicara tentang politik. Mereka hanya berjanji akan memilih Gubernur Jakarta itu di bilik suara. Ada yang berjanji ikut kampanye tapi dengan caranya sendiri. "Mereka yang bersedia kami ajak membicarakan strategi," kata Joko, sutradara sejumlah film layar lebar, termasuk Janji Joni pada 2005.
Demi memaksimalkan efek kampanye, mereka merancang tagar khas di media sosial. Tagar ini dirancang untuk dipakai serentak oleh para pesohor agar menular ke penggemar mereka. Idenya, para artis itu diminta berbicara tentang pilihan politiknya di media sosial, dengan selalu mencantumkan tagar yang seragam. Ada dua ide yang muncul, yakni #MutusinMilihJokowi dan #AkhirnyaMilihJokowi. Pelawak ngadeg Ernest Prakasa setuju yang kedua. "Itu hashtag yang keren sekali," Sony menceritakan diskusi di grupnya itu. Setelah berembuk, mereka sepakat mempopulerkan tagar itu pada 3 Juli secara serentak pukul 12.00 WIB.
Ringgo Agus Rahman, yang biasanya melucu di Twitter dan di film-filmnya, membuat twit lebih dulu pada 2 Juli. Karena tak biasa membuat cuitan tentang politik, Ringgo memulainya dengan pengakuan tentang kemungkinan pilihannya dalam pemilihan presiden. "Setelah menimbang segalanya berdasarkan penilaian gue, Jokowi adalah selera gue," begitu dia menulis. "Itu untuk menunjukkan bahwa saya, yang tak pernah ikut pemilu, tak dibayar untuk memilih Jokowi," ujarnya.
Baru di cuitan ketiga ia mencantumkan tagar #AkhirnyaMilihJokowi. Cuitan Ringgo, yang punya 1,8 juta pengikut, diperbincangkan secara luas. Twit itu ditanggapi dan di-twit ulang oleh lebih dari 1.500 pengikutnya. Aktor 31 tahun yang kondang lewat film Jomblo ini juga menjawab dengan tangkas pertanyaan-pertanyaan pengikutnya tentang alasan di balik pilihannya itu.
Puncak keriuhan itu terjadi esoknya, sesuai dengan waktu peluncuran yang dijadwalkan Joko Anwar. Penyanyi Sherina, yang punya pengikut hampir 8 juta, tiba-tiba membuat twit: "Udah nggak zamannya anak muda apatis sama negara. Yuk! Saya #AkhirnyaMilihJokowi." Triawan Munaf-lah yang membujuk anaknya itu membuat pilihan terbuka. "Saya bilang lebih baik sebelum pemilihan pernyataan terbuka itu diumumkan," katanya.
Tagar itu menular. Penyanyi Gita Gutawa turut mencuit, diikuti Afgan, Ricky Harun, Indra Bekti, Pandji, hingga Sophia Latjuba. Semua mencantumkan tagar yang sama. Mereka artis muda dan pesohor dunia hiburan yang punya jutaan pengikut. Twitter riuh rendah karena follower mereka juga turut membuat testimoni lalu menutupnya dengan tagar itu. Banyak yang awalnya akan memilih Prabowo berbalik karena setuju dengan alasan-alasan logis idola mereka. Selama 12 jam, tagar itu dicuitkan 90 ribu kali hingga menyundul trending topic dunia.
Keriuhan media sosial itu berimbas pada elektabilitas Jokowi. Lingkaran Survei Indonesia, yang menyigi tingkat keterpilihan dua calon presiden pada 2-5 Juli 2014 di 33 provinsi, menghasilkan data mengejutkan: Jokowi mendapat rasio 47,8 persen, menyalip elektabilitas Prabowo, yang stagnan di angka 44,2 persen. "Menggaet artis itu gebrakan kampanye baru sehingga ada kenaikan signifikan di pemilih pemula," ujar Fitri Hari, peneliti Lingkaran, kepada Singgih Soares dari Tempo.
Selain di kelas menengah perkotaan, pemilih Jokowi naik di perdesaan. Menurut Fitri, 2.400 responden yang dipilih secara acak bertingkat itu menilai promosi Jokowi di akhir masa kampanye memberi harapan karena menyajikan program yang membumi dan praktis. Kartu Pintar dan Kartu Sehat, pembangunan irigasi, serta bantuan Rp 1,4 miliar per desa dianggap pemilih sebagai program yang menjanjikan karena mereka percaya Jokowi akan mewujudkannya jika menjadi presiden.
Menurut Andi Widjajanto, perubahan mencolok dari kampanye Jokowi di pekan terakhir adalah masifnya gerakan relawan yang "mengetuk pintu" ke basis-basis pendukung Prabowo. Tiga pekan pertama, kata Andi, kampanye Jokowi masih konvensional: blusukan ke pasar, bertandang ke kantong-kantong massa, menemui tokoh daerah, berkunjung ke masjid, dan bertamu ke kantor redaksi media massa. "Cara itu kami tinggalkan," ujar Andi. "Saatnya menyerang kantong-kantong yang masih kosong pendukung Jokowi, yakni anak muda."
Ada 70 kabupaten di 11 provinsi yang pemilihnya sulit ditaklukkan, seperti Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Aceh, Banten, Maluku, dan Jawa Timur. Karena luasnya daerah yang harus dijangkau, Jokowi bukan lagi sentral kampanye, melainkan relawan dan kader partai. "Dalam militer, ini disebut flanking strategy, menyerang secara masif dari sayap, tak lagi dari tengah," kata Andi, mantan dosen ilmu pertahanan di Universitas Indonesia.
Berita tentang menurunnya elektabilitas Jokowi-JK membuat kader partai koalisi juga menggeliat. Kader-kader partai berbaur dengan relawan di daerahnya menemui pemilih dengan membawa brosur dan tabloid Obor Rahmatan Lil Alamin untuk menangkal kampanye hitam dari tabloid Obor Rakyat yang diterbitkan kelompok pendukung Prabowo. Ribuan relawan lain bergerak di mana-mana, antara lain dengan memasang spanduk-spanduk di daerah yang relatif tidak terjangkau tim pemenangan Jokowi.
Di Jawa Timur, Bambang Dwi Hartono, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, mengkoordinasi puluhan organisasi relawan dan kader partai koalisi mendatangi pemilih di sepuluh kabupaten yang menjadi kantong suara Prabowo. Mereka menginformasikan keunggulan dan program kerja Jokowi. "Mereka bekerja tanpa bayaran hingga memantau tiap TPS dan memastikan perolehan suara," ujarnya. Gerakan ini didukung tampilnya tokoh populer, seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, yang berkampanye terbuka untuk Jokowi.
Agar kampanye Jokowi sampai ke sasaran, menurut Andi, tim pemenangan membentuk lima kelompok pemantauan. Tim Alpha bertugas memetakan daerah sasaran, tim Bravo mengenalkan Jokowi, tim Charlie menerjunkan relawan bersama Jokowi, tim Delta meyakinkan pemilih, dan tim Echo menjaga sentimen masyarakat tetap kepada Jokowi hingga hari pencoblosan tiba.
Gong terakhir dari strategi dan seluruh rangkaian kampanye itu adalah konser Salam Dua Jari-nomor urut Jokowi-JK-di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Sabtu dua pekan lalu. Konser yang digagas Abdee Negara, gitaris Slank, itu menghadirkan 100 penyanyi dan dibanjiri lebih dari 100 ribu orang. "Semua artis yang tampil pada acara ini tidak dibayar sama sekali," kata Indra Bekti, pembawa acara pada konser yang juga dihadiri sejumlah atlet peraih medali emas Olimpiade itu.
Menurut Joko Anwar, meski tak disiapkan berhubungan dengan konser tersebut, tagar #AkhirnyaMilihJokowi yang bertahan selama dua hari membuat banyak orang tertarik datang ke konser yang juga dihadiri Jokowi itu. Pada saat yang sama, ditayangkan promosi secara berbarengan oleh pelbagai organisasi relawan di sekitar Jokowi agar publik menghadiri konser itu. Tanpa bendera partai dan atribut organisasi, konser Jokowi ini telah menunjukkan ia calon presiden yang didukung rakyat banyak secara sukarela. "Imbasnya luar biasa dalam dukungan kepada Jokowi," kata Andi.
Jokowi dan Jusuf Kalla tampil prima dalam debat terakhir pada malam setelah konser. Posisi mereka dalam jajak pendapat kian menguat beberapa hari sebelum pemilihan. Hasilnya, enam lembaga survei yang menghitung secara cepat hasil pemungutan suara memprediksi Jokowi unggul di 22 provinsi. Sedangkan Prabowo hanya menang di 11 provinsi. Selisih perolehan suara keduanya diperkirakan 4-8 persen. Jokowi bahkan unggul di Jakarta, meski dalam survei sepekan sebelum pemilihan ia tertinggal.
Bagja Hidayat, Ananda Teresia (Jakarta), Agita Sukma Listyanti (Surabaya)
Presiden dalam Hitungan Cepat
Ratusan juta suara untuk dua pasangan calon presiden-wakil presiden sedang dalam "arus balik" menuju Komisi Pemilihan Umum. Walau begitu, berdasarkan sejumlah lembaga survei, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla diprediksi mengungguli pesaing mereka, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Provinsi | Prabowo-Hatta | Jokowi-JK | |
1. Aceh | 56,45 | 43,55 | |
2. Sumatera Utara | 47,08 | 52,92 | |
3. Sumatera Barat | 76,2 | 23,8 | |
4. Riau | 46,71 | 53,29 | |
5. Jambi | 46,02 | 53,98 | |
6. Sumatera Selatan | 51,07 | 48,93 | |
7. Bengkulu | 49,85 | 50,15 | |
8. Lampung | 45,35 | 54,65 | |
9. Bangka-Belitung | 30,12 | 69,88 | |
10. Kepulauan Riau | 44,31 | 55,69 | |
11. DKI Jakarta | 49,14 | 50,88 | |
12. Jawa Barat | 59,95 | 40,05 | |
13. Jawa Tengah | 33,04 | 66,96 | |
14. DI Yogyakarta | 50,47 | 49,53 | |
15. Jawa Timur | 46,07 | 53,93 | |
16. Banten | 56,64 | 43,36 | |
17. Bali | 29,57 | 70,98 | |
18. NTB | 74,69 | 25,31 | |
19. NTT | 29,02 | 70,98 | |
20. Kalimantan Barat | 43,95 | 56,05 | |
21. Kalimantan Tengah | 43,27 | 56,73 | |
22. Kalimantan Selatan | 49,77 | 50,23 | |
23. Kalimantan Timur | 36,13 | 63,87 | |
24. Sulawesi Utara | 40,92 | 59,08 | |
25. Sulawesi Tengah | 38,16 | 61,84 | |
26. Sulawesi Selatan | 30,29 | 69,71 | |
27. Sulawesi Tenggara | 44,63 | 55,37 | |
28. Gorontalo | 62,05 | 37,95 | |
29. Sulawesi Barat | 27,89 | 72,11 | |
30. Maluku | 50,02 | 49,98 | |
31. Maluku Utara | 50,13 | 49,87 | |
32. Papua | 32,25 | 67,75 | |
33. Papua Barat | 39,79 | 60,21 | |
Partisipasi: 72,08
Perkasa di Tempat Lain
SEJUMLAH lembaga survei juga menyatakan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memenangi pemilihan. Hanya empat lembaga yang menyebut sebaliknya.
Jokowi-JK
SMRC-LSI (Lembaga) | 47,03 | 52,97 |
CSIS-Cyrus | 48,1 | 51,9 |
Populi Center | 49,05 | 50,95 |
LSI (Lingkaran) | 46,43 | 53,37 |
RRI | 47,46 | 52,54 |
Kompas | 47,66 | 52,33 |
PolTracking Institute | 46,63 | 53,37 |
Prabowo-Hatta | ||
Puskaptis | 52,05 | 47,95 |
IRC | 51,11 | 48,89 |
LSN | 50,19 | 49,81 |
JSI | 50,13 | 49,87 |
Siapa Pencoblos Mereka?
Prabowo-Hatta | Jokowi-JK | |
Gender | ||
Laki-laki | 39,6 | 43,7 |
Perempuan | 40 | 42,4 |
Basis | ||
Desa | 38 | 46,8 |
Kota | 41,6 | 39,5 |
Agama | ||
Islam | 42,3 | 41,7 |
Pendidikan | ||
SD | 39,2 | 47,6 |
SMP | 37,2 | 42,4 |
SMA | 42,6 | 42,4 |
Perguruan Tinggi | 46,2 | 33,5 |
Lika-liku Perjalanan Suara
9 Juli
Tempat Pemungutan Suara
Penghitungan suara oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
Potensi Modus kecurangan:
10-12 Juli
Panitia Pemungutan Suara
Potensi Modus Kecurangan:
13-15 Juli
Panitia Pemilihan Kecamatan
Potensi Modus Kecurangan:
16-17 Juli
Potensi Modus Kecurangan:
18-19 Juli
KPU Provinsi
20-22 Juli
KPU
Anton Septian | Sumber: Indikator Politik Indonesia, Komisi Pemilihan Umum, Pusat Data dan Analisa Tempo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo