Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Efek Rumah Kaca

6 Juli 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TUTUPLAH mata, dengarlah musik mereka. Aroma Radiohead, band asal Inggris, pun akan segera menyebar. ”Itu karena sebagian besar lagu diciptakan Cholil dan ia sangat suka Radiohead,” kata Akbar Bagus Sudibyo, penabuh drum Efek Rumah Kaca. Seperti Radiohead, lagu-lagu band ini memang terasa kelam, sunyi, dan minimalis.

Terbentuk pada 2001, mereka baru merilis album enam tahun kemudian dengan tajuk Efek Rumah Kaca, yang merupakan salah satu judul lagu di album tersebut. Tahun lalu, mereka mengeluarkan album kedua, Kamar Gelap.

Meski namanya Efek Rumah Kaca, band ini tak berteriak tentang lingkungan setiap saat. Dari dua album yang sudah mereka buat, hanya ada dua lagu yang berkisah tentang planet yang merana akibat efek pemanasan global, yaitu lagu Efek Rumah Kaca (pada album pertama) dan Hujan Jangan Marah (album kedua).

Nama ini mereka pilih karena mereka kehabisan akal saat akan manggung. Nama yang sudah mereka siapkan ternyata sudah menjadi merek band lain. ”Manajer kami mengusulkan, daripada bingung cari nama, ya sudah, judul lagu Efek Rumah Kaca saja. Kami yakin pasti hanya kami yang pakai,” ujar Cholil Mahmud, sang vokalis. Dan ternyata ada lagu-lagu kelompok ini yang justru lebih menunjukkan perhatian sosial, seperti Cinta Melulu, yang mengkritik kecenderungan lagu mainstream. Lagu Di Udara adalah lagu Efek Rumah Kaca yang paling diingat berbagai kalangan, bukan hanya karena nadanya yang suram, melainkan lantaran liriknya yang jelas merupakan sebuah persembahan bagi aktivis hak asasi manusia, Munir.

Kini Akbar Bagus Sudibyo, Cholil Mahmud, dan Adrian Yunan Faisal sepertinya kian teguh pada pilihan memainkan musik dengan nuansa suram dan tempo yang lambat itu. Meski untuk itu mereka harus mengambil risiko kalah bertanding dengan band produk label besar yang sekarang mendominasi pasar. ”Kami sadar, segmen kami kecil, tapi kami maksimalkan untuk merebut irisan-irisan yang ada di luar,” ujar Cholil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus