Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan unjuk rasa yang melibatkan ribuan orang di Jakarta dan sekitarnya berpotensi meningkatkan lonjakan kasus Covid-19. Lonjakan tersebut bakal terlihat dalam waktu tiga sampai tujuh hari ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bahkan berpotensi menjadi klaster demo. Karena para peserta unjuk rasa tak mematuhi protokol kesehatan," kata Tri saat dihubungi, Jumat, 9 Oktober 2020. Gelombang unjuk rasa terjadi di berbagai daerah termasuk Jakarta. Sejumlah kalangan menolak disahkannya Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja oleh DPR pada Senin, 5 Oktober kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tri menuturkan penularan kasus saat unjuk rasa sangat berpotensi terjadi jika ditemukan orang yang positif Covid-19. Apalagi saat ini banyak orang yang tidak mengalami gejala saat tertular virus corona.
"Ini yang berbahaya. Kalau ada dua orang saja saat di dalam kerumunan bisa menularkan. Apalagi kalau ada puluhan yang positif. Penularan akan semakin besar."
Tri memperkirakan peningkatan kasus di DKI bisa mencapai 1.500-2.000 kasus per hari pada pekan depan. Bila itu terjadi, kata Tri, unjuk rasa yang dilakukan kemarin telah menjadi klaster Covid-19 yang baru di Ibu Kota.
"Kalau penambahan tidak ada atau masih berada di kisaran 900 sampai 1.000 kasus per hari di Jakarta, artinya probabilitas pendemo yang kena sedikit," ujarnya. "Kalau dari hasil tes kemarin dengan peserta unjuk rasa yang reaktif cukup banyak dan itu yang menimbulkan risiko."