Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Fakta Teror Ular Kobra: Jenis Ular dan Cara Antisipasi Bisa

Di Royal Citayam Residence, warga dibantu petugas telah menemukan lebih dari 30 anak ular kobra.

11 Desember 2019 | 14.42 WIB

Satu di antara anak ular kobra yang ditemukan di kompleks perumahaan Royal Citayam Residence, Bojong Gede, Minggu 8 Desember 2019. TEMPO/M.A MURTADHO
Perbesar
Satu di antara anak ular kobra yang ditemukan di kompleks perumahaan Royal Citayam Residence, Bojong Gede, Minggu 8 Desember 2019. TEMPO/M.A MURTADHO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Depok – Teror ular kobra membuat heboh masyarakat beberapa hari belakangan. Hewan melata itu menggegerkan warga di perumahan Royal Citayam Residence, Bojonggede, Kabupaten Bogor dan warga Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, Depok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Di Royal Citayam, warga dibantu petugas telah menemukan lebih dari 30 anak ular kobra. Sedangkan di Depok, baru ditemukan satu kasus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pemerhati reptil, Arbi Krisna mengatakan peristiwa itu bukan merupakan teror melainkan peristiwa alamiah dari proses perkembangbiakan ular. “Ini peristiwa alami, cuma kondisi saja yang menjadikan ini berbeda,” kata dia kepada Tempo, Selasa, 11 Desember 2019.

Tempo menghimpun sejumlah fakta seputar teror ular kobra di permukiman itu:

- Ular jenis Naja Sputatrix atau kobra Jawa/penyembur

Ular kobra jenis ini merupakan ular dengan bisa neurotoxin atau bisa yang langsung nyerang saraf. Bisa ular ini bisa juga menyebabkan efek nekrosis atau pembusukan di tempat tergigit.

Sama dengan ular lainnya, ular ini menyukai tempat lembab yang jarang aktivitas atau getaran dan penampakan orang. Namun pada ular jenis Naja Sputatrix berani beradaptasi dengan permukiman ramai. “Aslinya semua ular (habitatnya) tidak jauh dari sumber air, namun untuk jenis Naja sputatrix (kobra penyembur) sudah dari dulu hidup dan berani beradaptasi dengan permukiman ramai,” kata Arbi

- Waktu perkembangbiakan ular pada November-Januari

Arbi menyebut waktu penetasan anakan ular antara November hingga Januari yang didahului dengan proses bertelur pada 1-2 bulan sebelumnya.

Selama bulan berkembangbiak itu, masyarakat diminta hati-hati. “Sebelum bulan-bulan ini adakan kerja bakti, lingkungan bersih dan tidak ada tempat nyaman otomatis kobra akan cari tempat lain buat bertelur,” kata Arbi.

- Habitat ular rusak dengan maraknya permukiman
Menurut Arbi, maraknya permukiman membuat tempat persembunyian ular semakin sedikit. Imbasnya, saat musim bertelur, ular akan bersembunyi di dekat permukiman warga.

“Musim menetas ular tiap tahun emang begini. Nah dulu sebelum banyak permukiman yang gusur rumah si ular, ular akan sembunyi, tapi sekarang rumah ular bersembunyi habis sama perumahan, jadi mau tidak mau kobra akan menampakan diri karena tempat sembunyi yang hilang,” kata Arbi.

- Antisipasi ular masuk ke rumah dengan karbol

Arbi mengatakan kedatangan ular masuk ke dalam rumah bisa diantisipasi. Salah satunya dengan rajin membersihkan lingkungan. “Lebih berhati-hati, lebih rajin bebersih lingkungan untuk membuat tidak ada tempat nyaman otomatis (ular) kobra akan cari tempat lain buat bertelur,” kata Arbi.

Selain itu, pencegahan bisa dilakukan dengan menyiram seluruh saluran air yang menuju rumah dengan karbol yang berbau tajam, “Dan tutup semua saluran air dengan ram kawat,” kata Arbi.

- Langkah jika tergigit ular

Arbi menjelaskan jika terlanjur tergigit ular berbisa, maka yang harus segera dilakukan adalah imobilisasi. Berdasar penelitian dari World Health Organization (WHO) yang dikeluarkan pada 2016, bisa ular tidak langsung masuk ke dalam darah melainkan menyerang sel getah bening manusia. “Tapi sel getah bening ini memang drainase (untuk) masuk ke dalam darah,” kata Arbi.

Sementara posisi sel getah bening, kata Arbi, berada persis di atas otot, sehingga apabila otot bergerak bisa akan terus mengalir dan menjalar ke seluruh tubuh. “Nah proses imobilisasi ini untuk mencegah otot tidak bergerak,” kata Arbi.

Arbi mengatakan proses imobilisasi dilakukan dengan cara menopang area tubuh yang terkena gigitan agar ototnya tidak bergerak. “Imobilisasi yang dianjurkan terbaru oleh WHO sistemnya itu dibidai (dibalut seperti penderita patah tulang),” kata dia.

Setelah dilakukan imobilisasi, kata Arbi, bawa korban gigitan ular ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. “Di rumah sakit akan di observasi selama 2x24 jam untuk melihat fase lokal atau sistemik, jika sistemik akan di suntik serum, tapi kalau lokal korban sudah boleh pulang setelah dua hari,” ujarnya.

- Jika tersembur ular

Selain gigitan, yang berbahaya dari ular kobra adalah semburan bisa. Arbi pun menjelaskan jika terkena semburan bisa ular, maka langsung disiram gunakan air. “Jangan dikucek, bisa ular akan bekerja jika dikucek ada lecet masuklah bisa kedalam sel getah bening,” kata dia.

Ade Ridwan Yandwiputra

Ade Ridwan Yandwiputra

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957. Memulai karier jurnalistik di Tempo sejak 2018 sebagai kontributor. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus